Nerd Alpha | NOMIN

Por jaexmnna

1M 133K 27.9K

Bagi semua orang, Lee Jeno adalah seorang Alpha lemah dengan penampilan culun yang menjijikan. a nomin fanfic... Mais

1 -U N O
2 -D O S
3 -T R E S
4 -C U A T R O
5 -C I N C O
6 -S E I S
7 -S I E T E
8 -O C H O
9 -N U E V E
10 -D I E Z
11 -O N C E
12 -D O C E
13 -T R E C E
14 -C A T O R C E
15 -Q U I N C E
16 -D I E C I S É I S
17 -D E D I E C I S I E T E
18 - D I E C I O C H O
19 -D I E C I N U E V E
20 - V E I N T E
21 - V E I N T I U N O
23 - V E I N T I T R É S
24 - V E I N T I C U A T R O
25 - V E I N T I C I N C O
26 - V E I N T I S E I S
27 - V E I N T I S I E T E
28 - V E I N T I O C H O
29 - V E I N T I N U E V E
30 - T R E I N T A
31 - T R E I N T A Y U N O
32 - T R E I N T A Y D O S
33 - T R E I N T A Y T R E S
34 - T R E I N T A Y C U A T R O
35 - T R E I N T A Y C I N C O
36 - T R E I N T A Y S E I S
37 - T R E I N T A Y S I E T E
38 - T R E I N T A Y O C H O

22 - V E I N T I D Ă“ S

19.2K 2.8K 568
Por jaexmnna

Nafas Mark tersengal setelah berlari dan menaiki tangga menuju kamar Jeno yang berada di lantai dua. Ia membuka atau lebih tepatnya mendobrak pintu kayu berplitur coklat mengkilap itu dengan brutal dan membuat sang pemilik kamar yang baru saja menyelesaikan acara mandi sorenya terlonjak karena terkejut.

"Kau mengejutkanku, ada apa denganmu? Kau dikejar hantu?"

Mark menggeleng ribut, ia menengok keluar kamar sebelum menutup rapat pintu kamar Jeno dan menghampiri sepupunya itu, "ada yang ingin kukatakan padamu?"

"Apa itu?" Jeno nampak penasaran, namun sedetik kemudian ia menyadari satu hal, "sebentar, biarkan aku berpakaian terlebih dahulu." Ujarnya kemudian. Ya bagaimana tidak? Jeno baru saja mandi dan hanya ada handuk yang melilit pinggang hingga pahanya.

Mark berdecak, "ayolah tidak ada waktu!"

"Oke, oke. Tapi setidaknya biarkan aku memakai celana terlebih dahulu." Jeno berlalu menuju lemari dan memakai celana beserta dalaman dengan cepat setelah menyuruh sepupunya itu untuk berbalik. Padahal mereka sama-sama lelaki tapi tetap saja Jeno malu.

"Sudah, cepat katakan ada apa?" Jeno berjalan mendekat kearah Mark seraya memakai kaos putih polos miliknya dan duduk disisi ranjang.

"Kau tahu soal Lucas?"

Jeno mengangguk singkat, "tahu, dia dipindahkan ke China bukan?"

"Kau salah."

Kening lelaki tampan itu mengernyit mendengarnya, "maksudmu?"

Mark duduk disebelah Jeno dan menatap sepupunya itu lekat, "Lucas ada disini. Dirumah ini. Dan kau tahu? Aku melihatnya diruangan dekat dapur yang-"

"Tunggu, kau masuk ke ruangan itu? Bukankah kakek sudah melarang?"

"Ck, sekarang bukan waktunya membahas itu. Ada yang lebih penting sekarang!" Tanpa sadar ia meninggikan suara karena kesal, "aku melihatnya babak belur, dan kau tau siapa yang menghajarnya?"

Jeno menggeleng pelan.

"Kakek kita."

"Apa? Kau bercanda? Kakek tidak mungkin melakukan itu." Tukas Jeno tidak percaya.

"Aku juga tidak mempercayainya setelah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Jen!"

"Kau mungkin berhalusinasi, Mark. Mungkin kau-"

"Aku tidak berhalusinasi, Lee Jeno! Aku bersungguh-sungguh!" Teriak Mark kesal, terlalu kesal karena Jeno tidak mempercayainya sekarang. "Lebih baik kita pergi sekarang, aku harus membawamu jauh dari kakek. Mungkin kita harus menemui keluarga Jung atau-"

"Apa maksudmu?" Tanya Jeno dingin, ekspresinya berubah ketika nama keluarga Jung terucap dari bibir Mark.

"Apa kau mengada-ngada cerita tadi, Mark? Apa kau sekarang bersekongkol dengan Jung?"

Mark mengacak rambutnya frustasi, "astaga, tidak! Aku bersungguh-sungguh, Jeno! Yang ingin memanfaatkanmu adalah kakek! Bukan keluarga Jung!"

Jeno mendengus remeh, "kau pikir aku akan percaya begitu saja? Keluarga Jung sudah menipuku selama bertahun-tahun, Mark!"

"Mereka tidak menipumu! Kau telah dibodohi oleh-"

Klek!

Suara pintu yang terbuka menghentikan perdebatan sepasang saudara itu. Sosok kakeknya terlihat ketika daun pintu dibuka, seulas senyum terlukis diwajah berumurnya, "jangan lupa untuk makan malam sebentar lagi." Ujarnya.

Kemudian ia menyadari situasi tidak mengenakan diantara kedua cucunya itu, "apa kalian sedang berkelahi?"

"Tidak, kakek. Kami hanya berdebat kecil, bukan hal yang penting." Sanggah Jeno.

Tuan Lee mengangguk paham kemudian atensinya tertuju pada Mark yang menunduk dalam; tidak ingin bersitatap dengan kakeknya. "Mark," panggil tuan Lee.

"Ya?" Jawab Mark gelagapan.

"Cepat mandi dan ganti bajumu, kau terlihat sangat kusut." Ujar tuan Lee sebelum berlalu meninggalkan kamar Jeno.

Seusai tuan Lee tidak terlihat kembali, Jeno pun bangkit dan menatap Mark datar, "setelah ini aku tidak ingin mendengar omong kosongmu lagi tentang kakek maupun keluarga Jung." Setelah itu ia berlalu begitu saja meninggalkan Mark yang masih terdiam ditempatnya.
.
.
.
.
.
Di meja makan, suasana menjadi hening. Dan entah kenapa suasana seperti ini terasa begitu mencekik seorang Mark Lee. Ia beberapa kali menenggak air putih digelasnya hingga tandas karena kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering.

"Kau kenapa, Mark? Kakek rasa pasta ini tidak pedas, tapi kenapa kau minum terus-terusan?" Mark hampir tersedak ketika kakeknya bertanya padanya.

Ia menelan ludahnya gugup dan melirik kearah sang kakek, sedangkan Jeno yang melihatnya hanya menatap datar kearah sepupunya yang terlihat ketakutan, "aku merasa gerah, kek. Sebelum pulang tadi aku sempat bermain basket sebentar bersama teman-temanku. Jadi aku merasa sangat haus sekarang." Jawabnya asal.

Jeno mendengus mendengar ucapan Mark dan memilih untuk menghabiskan pastanya tanpa memperdulikan sepupunya itu.

"Lain kali, jika sudah waktunya pulang, langsung pulang. Jangan malah berlama-lama disekolah dengan bermain basket. Kau butuh banyak beristirahat dan fokus pada ujian mu sebentar lagi." Ujar kakeknya memberi nasihat yang dibalas anggukan kaku dari cucu pertamanya itu.

Lalu atensi tuan Lee berpindah kearah Jeno yang masih fokus pada pasta dipiringnya, "bagaimana denganmu, Jeno? Bagaimana sekolah?"

Lelaki tampan itu mengulas setitik senyum diwajahnya dan mengangkat bahunya sekilas, "biasa saja, tidak ada yang menarik."

"Lalu? Bagaimana dengan Jaemin."

Suapan Jeno terhenti didepan bibir kala sang kakek menyebut nama kekasihnya itu, "tolong jangan sebut namanya, kek. Itu membuatku mual." Setelahnya Jeno menyuapkan pasta ke mulutnya dengan tidak berselera.

"Kenapa? Apa ada yang salah?"

"Tentu saja salah, kek. Orang tuanya yang telah membunuh orang tuaku."

"Tapi Jaemin tidak terlibat, Jen. Kau tidak perlu ikut membencinya seperti itu. Dia adalah mate mu."

Jeno terdiam, apa yang dikatakan kakeknya barusan benar adanya. Jaemin tidak terlibat dan tidak sepantasnya Jeno membencinya seperti ini. Namun lagi-lagi egonya menguasai, jadi dengan sedikit kasar ia meletakkan garpunya diatas meja, "terlibat atau tidak, itu tidak merubah fakta jika orang tuanya yang telah membunuh orang tua ku, kek. Dan Jaemin harus mengerti bagaimana rasanya kehilangan keluarga karena orang yang ia percayai selama ini."

Mark terperangah, apa yang telah dilakukan kakeknya sehingga Jeno bisa sebenci itu kepada Jaemin? Mate nya sendiri.

Dan entah ia sedang berhalusinasi atau tidak, ia melihat secarik seringai tipis yang bahkan hampir tidak terlihat diwajah sang kakek.

Mark harus memikirkan cara untuk menyelamatkan Jeno dan juga Jaemin sekarang.

Jaemin beberapa kali melirik kearah ponselnya. Berharap jika mendapat notifikasi dari seseorang yang sangat dirindukannya. Karena selama beberapa hari ini, Jeno selalu mengabaikan pesan dan panggilannya. Bertemu disekolah atau dikelas pun ia selaku mendapat perlakuan tidak mengenakan dari kekasihnya itu.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Alpha yang berstatus mate nya itu membuat hatinya terasa nyeri. Bahkan ia kesulitan untuk tidur dan kehilangan nafsu makan karena terus memikirkan Jeno.

Namun saat ini ia bertekad akan memaksa lelaki itu untuk berbicara dengannya. Ia akan berusaha menjelaskan kepada Jeno perihal masalah keluarga mereka dan membuat kekasihnya itu seperti dulu lagi.

Ia sangat merindukan sosok Jeno yang hangat dan penuh perhatian, bukan Jeno yang acuh padanya. Ia merindukan senyuman manis yang menenggelamkan bola matanya dibalik lengkungan indah berbentuk bulan sabit yang menggemaskan, bukan tatapan dingin yang dilayangkan padanya.

Semua ini membuat tubuh, hati, serta pikirannya lelah. Konflik diantara keluarga mereka yang membingungkan ini tak kunjung menemui titik temu.

Renjun bahkan tidak terlihat selama 2 hari ke belakang karena suatu urusan yang harus ia selesaikan sebelum menyerahkan keluarganya dalam perlindungan keluarga Jung.

Dan tentunya berita mengenai hubungannya dengan Jeno yang merenggang menjadi pembahasan diantara murid-murid disekolahnya. Murid-murid yang selalu mengerjainya kembali menjalankan aksinya, dan bahkan mereka melakukan hal yang lebih parah dibandingkan mengisi lokernya dengan sampah dan tulisan-tulisan penuh ujaran kebencian.

Pernah sewaktu-waktu Jaemin harus menghabiskan jam terakhirnya hanya dengan menggunakan seragam olahraga karena kelakuan iseng murid disekolahnya yang menyiramnya dengan air pel dari lantai dua.

Tak jarang Jaemin terlibat perkelahian dengan beberapa murid yang berakhir dipisahkan oleh Haechan.

Tidak ada lagi Mark dan Jeno yang selalu menjadi pelindungnya. Yang berdiri dibarisan terdepan untuk melindungi dan melawan siapapun yang berani menyakitinya.

Ia hanya memiliki Haechan sekarang. Dan karena konflik diantara keluarganya, Haechan pun terkena imbasnya. Sahabatnya itu menjadi jauh dari Mark walaupun sebenarnya mereka masih baik-baik saja.

Ah, memikirkannya membuatnya lemas. Ia bahkan melewatkan sarapannya tadi karena ingin tiba disekolah lebih awal dan menemui kekasihnya itu.

Ia melirik ponselnya sekali lagi. Sudah makin siang dan kekasihnya itu belum tiba juga. Bahkan sekolah sudah mulai ramai.

Namun tak berapa lama, tubuh tinggi tegap kekasihnya itu terlihat dari kejauhan dengan Mark yang berada disisinya. Senyumnya merekah seketika, Jeno terlihat baik-baik saja. Dan hari ini ia harus memperbaiki semuanya dengan lelaki itu.

"Jeno!" Panggilnya, namun sang pemilik nama memilih menghiraukan panggilannya dan terus berlalu begitu saja mengabaikan Jaemin. Namun Omega manis itu tidak membiarkannya dan mencekal lengan Jeno sebelum lelaki itu berjalan semakin jauh. "Jeno, tunggu!"

Jeno menyentak kasar cekalan Jaemin dilengannya dan menatap Omega manis itu nyalang, "jangan sentuh aku."

Jaemin tentunya terkejut mendapat perlakuan kasar dari Jeno, air mata menggenang dipelupuk matanya dan bisa tumpah kapan saja jika ia berkedip.

"M-maafkan aku, tapi bisakah kita berbicara sebentar?" Bibir pucatnya bergetar setelah berkata demikian. Mark yang melihatnya merasa iba, kondisi Jaemin sedang tidak baik-baik saja namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tidak."

"Jen, berbicaralah pada Jaemin sekali saja." Tukas Mark cepat, Jeno menatap Mark tidak percaya, "apa? Aku tidak mau!"

"Sekali ini saja, mungkin ada hal penting yang ingin Jaemin katakan padamu." Tutur Mark lembut, berusaha meyakinkan Jeno agar mau berbicara dengan Jaemin barang sebentar saja.

Jeno berdecak kasar, "oke, kau hanya mempunyai waktu 15 menit."

Mark tersenyum kecil lantas meninggalkan keduanya setelah menepuk pundak Jeno beberapa kali.

Jaemin menatap Jeno dengan ragu, "b-bagaimana kabarmu?"

"Kau tidak ada pertanyaan selain itu?"

Jaemin terdiam, ia memilin ujung seragamnya, "m-maaf."

"Cepat katakan apa maumu." Jeno menatap Jaemin jengah, namun dalam hati ia berteriak penuh kesakitan melihat kondisi Omeganya sekarang. Tubuhnya yang semakin kurus dengan kulit pucat. Kantung matanya yang tebal membuat Jeno meyakini bahwa kekasihnya itu tidak beristirahat dengan baik.

Ingin rasanya saat ini ia memeluk tubuh ringkih didepannya dan meminta maaf atas semua perlakuan buruknya selama beberapa waktu terakhir dan membuat kekasihnya itu seperti ini.

Namun sekali lagi, egonya yang telah mengambil alih kendali atas dirinya.

Bibir pucat Jaemin bergetar, ingin mengatakan sesuatu namun tertahan di kerongkongannya. Ia mendongak dan menatap obsidian dihadapannya, tidak ada lagi tatapan penuh kelembutan dan kasih sayang yang selalu membuatnya jatuh cinta. Dan itu sangat mengiris hatinya hingga tak bersisa.

"Tidak ada yang ingin kau katakan? Aku pergi." Karena merasa buang-buang waktu, Jeno berbalik dan meninggalkan Jaemin begitu saja.

Namun baru saja ia melangkah, suara debuman yang cukup keras membuat langkahnya terhenti.

Dan ketika ia berbalik, ia menemukan tubuh Jaemin tergeletak diatas lantai dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

.
.
.
.
.
Tbc.

Ciye update cepet hehe

Seperti biasa, ini aku sekali ketik langsung up tanpa revisi jadi maaf kalo ada typo/kalimat ga nyambung yaa

Don't forget to vote+comment and follow me, bestie!

Continuar a ler

Também vai Gostar

298K 3.4K 78
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
189K 29.3K 53
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
212K 23.4K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
104K 11.3K 34
Jaemin dikejutkan ketika sang pacar menyatakan bahwa bayi merah yang digendong oleh ibunya adalah anaknya. Sementara sang pacar sudah menghilang enta...