Chaera ngebantu Chan duduk di kursinya. Abis rapat panjang, Chan capek. Tapi hasilnya belum keluar karena Sion Company harus meeting juga sama perusahaan sebelah.
Chan cuma bisa berdoa semoga kontrak besar itu jatuh ke tangan perusahaan nya setelah Chan mengerahkan seluruh upayanya buat meyakinkan CEO Sion Company bahwa perusahaan Chan mampu menjalin kerjasama itu.
"Saya laper." Kata Chan
"Duh, maaf Om. Tadi aku gak sempat masak soalnya pagi pagi udah ngidam."
"Yang nyuruh kamu masak siapa? Delivery aja, uang saya masih banyak."
"Mau delivery apa?"
"Terserah. Yang penting bisa dimakan."
Chaera mendengus. Ya jelas lah bisa dimakan. Ya kali Chaera ngasih Chan makanan ga layak dimakan. Nanti kalo Chan keracunan terus wassalam, Chaera jadi janda muda beranak satu. Duh, bayanginnya udah bikin Chaera ngeri sendiri.
"Aku pesen mekdi ya? Lagi pengen ayam. Om mau?" Tanya Chaera.
"Terserah."
Akhirnya Chaera mesen mcd. Bingung juga sebenernya mau mesen apa.
"Kamu sejak kapan deket sama Jeongin?" Tanya Chan.
"Kenapa? Cemburu?"
"Jangan ngadi ngadi kamu, Kim Chaera. Saya cuma tanya, kepo aja."
"Seminggu yang lalu sih. Semenjak Kak Jeongin pindah di apartemen sebelah."
"Dia bilang mau ngerebut kamu."
Gerakan tangan Chaera yang tadinya rapiin meja Chan langsung berhenti.
Apa Chan udah inget tentang Chaera ini adalah istrinya?
"Jangan berpikiran macem macem. Justru saya mau mengiyakan aja. Kasian juga kamu lagi hamil tapi gak ada pasangan."
Kampret.
"Aku udah nikah sama Om."
"Saya gak merasa pernah menikahi kamu."
Hih, Chaera pengen jedotin kepala Chan ke tembok biar inget lagi. Abis kalo diingetin tentang pernikahannya sama Chaera, Chan selalu mengelak dengan bilang bahwa dia gak pernah menikahi Chaera.
"Yakin mau aku nikah sama Kak Jeongin terus hidup bertiga sama anak Om?"
"Anak saya? Saya gapunya anak."
Chaera nyerah aja deh. Capek debat mulu sama Chan.
"Aku mau jalan jalan. Nanti kalau ayamnya udah dateng, aku balik kesini." Chaera berdiri dan ngerapiin roknya sebentar.
"Ini uangnya." Chan nyodorin berlembar lembar uang warna merah ke Chaera.
"Aku aja yang bayar."
"Kamu kan gak kerja. Emang punya uang?"
Chan lupa kalo seluruh ATM sama satu black card nya dipegang sama Chaera. Tau sendiri dulu Chan sebucin apa sama Chaera sampe semua duitnya dipegang sama istri.
"Uang aku banyak. Udah ya, aku bosen disini."
Chaera ninggalin Chan sendirian di ruangannya. Cewe itu memutuskan buat jalan jalan keliling kantornya Chan yang super besar.
Setelah ngerasa capek, Chaera duduk aja di kursi tunggu disana.
Dari kejauhan Chaera lihat Jeongin lagi diarahin sama Jisung. Mereka berdua emang satu divisi. Jisung ketua divisinya, Jeongin anggotanya.
Setelah Jisung pergi, Chaera lambaiin tangannya kearah Jeongin dan disambut sama senyum lucu cowo bermata rubah itu.
Huh, andai berpindah hati segampang itu. Chaera pengen pindah hati ke Jeongin aja. Sayangnya hati Chaera masih sepenuhnya buat Chan. Meski suaminya itu dengan gak tau diri sering ngusir dia, tapi Chaera tetep jalanin kewajibannya sebagai istri.
Kegiatan Chaera yang lagi ngelihatin karyawan kerja terhenti ketika handphone nya bunyi. Ternyata driver gofood yang ngabari kalo dia udah ada didepan.
Chaera segera menuju keluar buat ambil pesenan makanannya. Setelah itu dia balik lagi ke ruangan Chan.
Chaera terpaku di depan pintu ketika liat Chan didalem sana lagi disuapi sama Jihyo. Hatinya kerasa ketusuk dan sakit seketika.
"Om, aku udah beli makanan." Kata Chaera lirih.
"Halah cuma ayam gitu doang Chan mana doyan. Harusnya beliin yang mahal kaya wagyu steak kek."
Ya iyasih, harga makanan yang dibawa Jihyo ini empat kali lipat dari ayam mekdi yang Chaera beli.
"Kamu bisa makan sendiri kalau mau." Kata Chan
Chaera mendesah pasrah kemudian masuk kedalam ruangan Chan dan makan di sofa sendirian. Kesel banget ya, Chaera terlanjur mesen banyak menu eh taunya Chan malah makan sama mbak mantan.
Tok tok!
Ketukan pintu terdengar.
"Masuk."
Jeongin masuk dengan ngebawa banyak berkas.
"Apa saya mengganggu makan siang bapak?" Tanya Jeongin yang masih berdiri dideket pintu.
"Ada perlu apa?"
"Ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani."
"Oh, kamu letakan berkasnya di meja saya. Nanti kalau sudah saya tandatangani, saya akan panggil kamu lagi."
"Baik Pak."
Jeongin letakin berkasnya di meja Chan dan berniat pergi tapi suara Chaera bikin dia berhentiin langkahnya.
"Kak Jeje, makan sama aku mau?"
Jaeongin diem, natap Chan takut. Takut kena marah anjir.
"Kak, ayo temenin aku makan. Om Chan gak mau makan makanan yang udah aku pesen." Kata Chaera sambil nunduk lesu.
"Tapi ada suami kamu, Ra. Aku gak enak sama Pak Chris."
"Kak please. Aku gak mau keliatan menyedihkan disini gara gara makan sendirian gak ada temen."
"Tapi—"
"Jeongin, kamu makan aja sama Chaera disini gak masalah. Daripada itu anak cerewet mulu saya risih dengernya." Potong Chan.
Jeongin mau gak mau nurut aja. Dia takut ngelawan Chan soalnya ini lagi di kantor dan Chan memegang jabatan tertinggi di perusahaan. Kalo ngelawan ntar kena pecat kan gak lucu, Jeongin masih karyawan baru disini.
Lagipula gak ada salahnya juga nemenin Chaera makan. Kasian juga itu anak makan sendirian sambil ngelihat pemandangan menyakitkan didepannya.
Jeongin kemudian duduk disamping Chaera. Chaera dengan antusias nyodorin ayam dan juga burger ke Jeongin. Mereka berdua makan bareng.
"Chan, kamu gak ada niatan comblangin mereka apa? Biar Chaera gak nempel mulu sama kamu. Dan biar kita berdua bisa nikah." Kata Jihyo
"Aku gak mau. Aku masih butuh Chaera."
"Hah? Gimana?"
"Seperti yang pernah aku bilang, aku gak mau munafik kalau aku masih butuh Chaera di kondisiku kaya sekarang. Kalau semua urusanku udah beres, urusan kita berdua bakal aku tangani Jihyo. Kamu tunggu aja waktu yang tepat."
Jihyo mah iya iya aja. Paling urusan yang Chan bilang itu urusan kontrak kerja besar sama Sion Company.
Padahal bukan itu.
Chan yang lagi makan sambil disuapi sama Jihyo Mandang gak suka Chaera yang lagi makan berdua sama Jeongin didepan sana.
Dadanya bergemuruh nahan sesuatu. Nahan amarah dan rasa cemburu mungkin. Tapi lagi lagi Chan gengsi dan gak mau mengakui itu.
"Ada saos."
Chaera ngusap ujung bibir Jeongin dan sukses bikin cowo ganteng bermata rubah itu salting.
"Kalau mau pacaran jangan di ruangan saya." Cibir Chan
"Apasih orang cuma bersihin saos doang. Iri bilang bos." Balas Chaera
Chaera lagi kesel sama Chan gara gara dia udah mesenin makanan tapi Chan malah bareng Jihyo.
"Ra, aku udah selesai makan. Makasih ya."
"Sama sama, Kak. Semangat kerjanya."
Jeongin berdiri kemudian pamitan sebentar ke Chan dan keluar darisana. Perlakuan Chaera gak baik bagi jantung Jeongin.
"Sebentar, ada telepon dari managerku." Jihyo keluar dari ruangan Chan
Chaera beresin bekas sampah makanan dia dan dijadiin satu di kresek. Cewe itu berniat pulang sekarang juga karena masih kesel banget sama Chan.
"Mau kemana kamu?" Tanya Chan
"Pulang."
"Kenapa pulang?"
"Ya tadi yang nyuruh aku pulang siapa? Om amnesia ya? Oh emang amnesia sih sampe istri sama calon anaknya dilupain."
Chan ngangkat alisnya. Tumben banget ini Chaera sarkas begini?
"Kamu marah?"
"Pikir sendiri. Punya otak kan?"
"Saya ada salah sama kamu?"
"YA ADA LAH!"
Chaera teriak kenceng banget sampe bikin Chan kaget. Chaera ngambil nafas sebentar kemudian natap Chan tajam.
"Kalau mau makan sama Kak Jihyo bilang dong. Jadi aku gak mesen makanan sebanyak itu. Untung aja ada kak Jeongin jadi makanannya gak kebuang. Udah ya, Om bikin aku kesel mulu. Aku gak mau marah marah, nanti Om malah sakit. Aku mau pulang aja."
"Jangan kemana mana, disini aja."
"Kenapa?"
"Jangan mencoba pergi dari saya, Chaera. Saya masih butuh kamu disamping saya buat nyelesaiin urusan saya."
Apa Chaera boleh berharap kalau ingatan Chan udah kembali?
—tbc