Jihyo melempar tas nya ke sofa kemudian membanting dirinya kesana.
"Kenapa lagi?" Tanya seseorang
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Dia Jimin-Kakaknya Jihyo.
"Gue kira Chan masih sama. Tapi ternyata dia sekarang berbeda. Sangat berbeda."
"Rasa sakit udah merubah dia, Hyo. Apalagi lo yang udah ngasih rasa sakit itu. Gue tebak, Chan sekarang benci sama lo kan?" Jimin mendudukkan dirinya di samping Jihyo.
"Susah buat bikin dia balik lagi, Kak. Apalagi ada Chaera. Hidup dan mati Chan sekarang sepenuhnya buat Chaera. Bukan buat gue lagi."
"Itu tau. Udah lah mundur aja. Udah punya Daniel juga."
"Gue terpaksa tunangan sama dia."
Jihyo kemudian natap Jimin, "Kak, bantuin gue please." Mohon Jihyo
"Bantuin apa?"
"Gue mau Chan balik lagi sama gue, Kak."
Jimin menggeleng, "Apapun gue lakuin buat lo, asal bukan merebut milik orang. Chan udah nikah, Hyo. Jangan jadi perebut, enggak baik."
"Kak..."
"Lo lupa keluarga kita hancur karena pelakor? Dan sekarang lo mau jadi pelakor juga? Enggak boleh. Gue gak bisa bantu, maaf." Jimin berdiri kemudian pergi.
Jihyo memandang kepergian kakaknya dengan tatapan nanar.
"Gue akan tetap melakukannya meski lo ngga bantu gue. Chan punya gue. Dia harus kembali ke gue."
Agaknya cinta Jihyo udah membutakan dirinya.
•••
"Ra?"
"Hm?"
Chan mendesah pasrah. Sejak pulang dari kantor, Chaera jadi pendiem.
"Kamu marah sama saya?"
Chaera yang lagi ada di pelukan Chan dongakin kepalanya, "Untuk apa?"
"Umm... Karena Jihyo mungkin?"
Chaera nggak menjawab. Dia malah semakin menenggelamkan wajahnya di dada suaminya.
Tentu tadi Chaera cemburu waktu Jihyo meluk Chan. Apalagi Chan juga diem aja.
Rasa takutnya kembali lagi. Dia takut Chan kembali ke Jihyo.
"Saya minta maaf, Ra. Saya juga kaget waktu dia tiba tiba meluk saya. Apalagi-"
"Sstt." Chaera nempelin telunjuknya di bibir Chan, "Aku percaya sama Om."
