Hai readers !
Mari kita simak perjalanan Varo dan Rara, semoga baper pada pagi-pagi ini, biar seger aja gitu.
Oke, selamat membaca!
• • • •
Setelah menerima pengucapan Rara tentang wanita itu yang ingin dapat momongan, Varo setiap malam pasti meminta jatahnya. Ia merasa semangat, entahlah itu kata Varo.
Bahkan karena ucapan Rara dua hari yang lalu membuat Varo menjadi pribadi yang lebih hangat, tidak sedingin dahulu. Belum lagi kini dia bisa sedikit berekspresi, selalu tersenyum kecil ketika ada orang menyapa.
Seperti saat ini, Varo sedang berjalan menuju ruangannya. Hanya saja hari ini Rara tidak ikut ke kantor karena sedang mager, jadi terpaksa dia berangkat sendiri.
Beberapa pegawai sengaja menyapa nya hanya karena ingin mendapati senyuman dari Varo, kebanyakan sih kaum hawa.
Varo duduk di ruangan nya, lagi-lagi ia melebarkan senyuman nya saat melihat pigura foto yang didalam nya ada gambar pernikahan dirinya dan Rara.
Varo menunduk lalu menutup wajahnya dan mengusapnya sedikit kasar, berusaha menghilangkan senyumnya.
"Shit! Lama-lama gue bisa gila, tapi gue suka!" Gerutu Varo lelah, tapi dia tetap mesam-mesem. Biarlah di katai gila, yang penting dia sedang bahagia saat ini, persetan sama perkataan orang lain.
Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, lalu masuklah kepala bagian keuangan.
"Permisi pak" Ucap gadis itu sopan, namanya adalah Sarah. Kepala keuangan yang baru saja di angkat oleh sekretaris Varo, karena kinerja nya cukup baik.
"Silahkan" Jawab Varo dengan senyuman nya, sedikit membuat Sarah oleng dan jantung nya berdetak kencang.
"I-ini laporan keuangan bulan ini" Sarah menyerahkan beberapa berkas pada Varo, itu adalah laporan keuangan perusahaan bulan ini.
Varo menerima nya dengan baik, tak ada ekspresi datar dan dingin. Yang ada hanya wajah berseri memancarkan kebahagiaan dan tersenyum, itu membuat Sarah sedikit merasa kegeeran.
"Bagus, kamu bekerja dengan baik. Terima kasih dan silahkan kembali ke ruanganmu, Siang"
Sarah menerima itu dengan sedikit gemetar dan bibirnya tersenyum lebar, tapi dia tak langsung keluar dan memberi penawaran.
"Eum.. Mau saya buatkan kopi atau teh pak?" Tanya nya.
Varo menggeleng dan mengucapkan maaf, itu membuat Sarah sedikit kecewa. Tapi tak urung dirinya juga senang karena sedari Varo selalu tersenyum saat menatapnya.
"Apa dia suka sama gue? daritadi senyum terus. Jangan bilang iya? akh! seneng banget" Batin Sarah senang, lalu mengangguk kecil membalas jawaban dari Varo.
Kalau saja ada Rara disini dan membaca pikiran dan isi hati Sarah, pasti wanita itu akan koar-koar dan langsung mengeluarkan segala cibiran dan sindiran dari bibir manisnya.
"Ah baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri. Permisi"
Varo hanya mengangguk dan sedikit mengangkat tangannya menunjuk kearah pintu, seolah mempersilahkan dengan sopan.
Saat Sarah sudah sampai di depan pintu, dia memegangi dada nya dan tak lepas senyuman itu.
"Gue harus bilang ke orang-orang kantor" Gumam nya riang dan berjalan dengan jalan yang sedikit menunjukkan kesombongan, biarlah dia berulah dan tunggu saja labrakan nyonya Rara.
• • • •
"Varo!" Riang Rara berlari kearah Varo yang baru saja keluar mobil, dengan cepat suami nya merentangkan tangan dan menerima pelukan dari Rara, istrinya.
"Jangan lari-lari, nanti jatuh sayang" Nasehat Varo dan langsung diangguki Rara, Varo berjalan masuk kedalam rumah dengan Rara di pelukannya, sedikit kesusahan tapi tidak apa dia maklumi.
"Gimana kerja nya? capek gak?" Tanya Rara lembut setelah keduanya sudah sampai di kamar, malam ini mungkin mereka libur dulu main nya karena sepertinya Varo sangat kelelahan.
"Sedikit, kamu udah selesai nugas nya?" Tanya Varo, memang Rara dan Varo ada kerja kelompok. Hanya saja Rara sudah memberi tau bahwa biar Rara saja yang mengerjakan semua tugas Varo, karena wanita itu tidak tega melihat Varo yang harus lelah mengurus segala hal.
"Udah dong, Varo bersih-bersih dulu sana"
Rara membantu Varo membuka ikatan dasi di leher suami nya itu, lalu jas dan kemeja sedikit berjinjit untuk memberi kecupan pada suami nya lalu menyiapkan handuk untuk Varo mandi.
"Rara udah siapin air anget buat mandi, nih handuk nya" Varo menerima nya dengan lembut sedikit menarik pinggang Rara mendekat dan mencium kening istrinya sekilas lalu masuk ke kamar mandi.
Setelah melihat suami nya masuk ke dalam kamar mandi, Rara menutup mulutnya agar tidak berteriak.
"Ish! Rara baper tau dicium-cium" Gumam Rara menahan pekikan nya, padahal cuma di cium kening. Dirinya juga sudah mendapat yang lebih dari itu dari suaminya, tapi memang si dicium keningnya itu mampu membuat kita baper.
Setuju gak?
Beberapa lama kemudian keluarlah lelaki dengan handuk di pinggang nya, dan ranbut yang sedikit basah dari kamar mandi. Menghampiri sang istri yang berada di depan meja belajar, memeluknya dari belakang membuat sang empu terkejut.
"Kaget ih" Ucap Rara sedikit kesal, lalu membalikkan badannya dan mendapati pemandang indah seperti biasa.
"Ganteng banget" Puji Rara membuat Varo terkekeh lalu menciumi pipi Rara dengan gemas, membuat Rara tertawa dan sedikit gemetar merasakan tangan Varo yang dingin.
Walau mandi dengan air hangat tapi karena ia mandi pada malam hari jadi rasanya dingin.
"Baju aku?"
Rara menunjuk kearah kasur, lalu membiarkan Varo memakai pakaian nya dan dirinya sibuk memberesi beberapa barang bekas dirinya mengerjakan tugas tadi.
"Katanya udah selesai tugasnya, kok masih nulis-nulis?" Tanya Varo saat melihat istrinya sibuk menulis pada lembar kertas yang di yakini adalah lembar laporan tugas.
"Ada yang salah dikit, mau Rara benerin dulu"
Varo pun mengangguk dan duduk di ranjang memainkan ponsel Rara, membuka segala aplikasi yang ada disana guna mengecek apa saja yang dilakukan gadis nya.
Dan kebanyakan isi roomchat nya adalah membahas tugas, ah dia jadi tak tega pada istrinya yang selalu mengurus tugasnya itu.
Varo merasakan pergerakan pada ranjang, ternyata istrinya sudah selesai dengan tugasnya. Ia meletakkan ponsel itu pada nakas dan menarik istrinya untuk naik ke pangkuan nya.
"Eh, Varo capek loh" Cegah Rara saat Varo mengangkatnya, namun lelaki itu hanya menggeleng.
"Aku mau ngomong"
Dan Rara dengan pasrah mengangguk, jika suami nya sudah bertindak maka dirinya bisa apa. Toh melawan ntar dosa, nurut aja jadinya.
"Berhenti panggil nya pake nama, ubah panggil nya pake aku-kamu, mau?" Tanya Varo lembut sambil merapikan bebera anak rambut yang nakal nya menutupi sebagian wajah Rara.
"Boleh, Aku coba" Ucap Rara sedikit kaku, membuat Varo dengan lepas tertawa.
Memeluk tubuh wanita nya membuat nya lupa akan rasa lelah, yang tadinya ingin mengeluh namun ia urungkan saat merasa nyaman dengan pelukan sang istri.
"Disini udah ada anak kita belum ya?" Tanya Varo sambil memasukkan tangannya pada gaun tidur Rara dan mengusap perut datar istrinya.
"Secepatnya" Jawab Rara sambil tersenyum, entah senyuman nya sedikit berbeda tapi Varo bodoamat.
"Gak main dulu ya, cium aja sini"
Varo menarik tengkuk leher Rara dengan lembut, lalu melumat lembut bibir manis istrinya.
Kebahagiaan nya sederhana, melihat istrinya hidup bahagia dengan nya saja Varo sudah merasa senang bukan main.
• • • •
Awali pagimu dengan kebaperan ini.
Iri gak?
Iri lah, author jadi pingin nikah tapi malah di kejar tugas sama kerjaan.
See you!
Jangan lupa komen nya ya !