DISHA_

By bznsjskx

307K 15.7K 1.7K

gadis childish yang sedang berusaha mencairkan seorang laki-laki yang berhati dingin. "Disha tuh DI SHAyang b... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

32

9.7K 430 53
By bznsjskx

"By, pulang yuk," ajak Dafa yang tiba-tiba sudah berada di belakang Disha.

Disha yang pasrah hanya mengangguk saja, gadis itu masih kepikiran dengan sikap Daren tadi.

"Naik By," titah Dafa pada Disha yang sudah siap dengan motornya.

Disha naik ke atas motor Dafa.

"By pake dulu helmnya," ujar Dafa.

Disha masih diam, pikiran gadis itu entah kemana hingga membuatnya tidak fokus.

Dafa yang melihat hal itu hanya bisa menghela napasnya, lalu ia menyalakan motor dan pergi dari kawasan sekolahnya dengan Disha yang diboncenginya tanpa menggunakan helm.

Sesampainya di depan mansion keluarga Atmaja, Disha pun turun.

"Jangan lupa istirahat," pesan Dafa setelah mereka sampai di depan mansion Disha.

Disha mengangguk sebagai balasan. Gadis itu berbalik badan dan pergi meninggalkan Dafa di depan mansionnya tanpa sepatah kata pun.

Dafa hanya tersenyum hambar sambil melihat punggung Disha yang mulai menjauh. "Sekalinya tokoh figuran akan tetap  menjadi figuran," gumamnya lalu pergi dari sana.

Dafa tahu posisinya sekarang, ia tidak akan pernah bisa menggantikan si pemeran utama.

Ia ternyata sudah benar-benar telat datang. Ia dulu hanya menganggap Disha kekanakan dan tidak menghiraukan perasaannya, tapi setelah ia berada di Amerika ia baru menyadari tentang perasaannya pada Disha. Namun saat kembali semuanya sudah berubah.

****

Di pagi yang sangat cerah, kelas Disha sedang berada di tengah lapangan. Mereka berada di sana karena ada pelajaran olahraga.

"Seperti biasa, karena materinya masi basket. Kalian belajar saja dengan anak basket yang sudah mengharumkan nama sekolah itu," tunjuk Pak Iwan pada tim basket yang sudah siap mengajari mereka karena perintah dari guru olahraga tersebut.

Sudah tentu saja di sana juga ada Daren.  "Daren," gumam Disha saat melihat Daren tapi sekali lagi ia tidak melihat Daren di dalam kelasnya, sekarang sudah bisa Disha pastikan kalau Daren kembali ke kelasnya yang dulu.

"Halah Pak, dari minggu kemaren perasaan basket terus. Terus yang ngajar bukan Bapak, bilang aja Bapak males ngajar," celetuk Selvi tanpa beban.

"Selvi! Kamu ini, kalau ngomong suka bener. Udah lah bapak capek liat kalian, kalian belajar aja sama mereka," balas pak Iwan lalu tiba-tiba pergi dari lapangan begitu saja.

Sebenarnya mereka sendiri pun tidak keberatan jika di ajarkan oleh tim basket yang notabene ganteng-ganteng semua.

"Bagi jadi lima kelompok dan berdiri di depan salah satu dari kami," titah Daren selaku ketua dengan suara dinginnya.

Hani dan Bianca langsung berpindah ke depan Sebastian, karena mereka yakin Sebastian adalah laki-laki yang lembut dan pengertian saat mengajari mereka nanti.

Sedangkan Disha yang sedari awal sudah berada di depan Daren, hanya bisa terdiam terpaku di sana dan tidak ada niatan untuk pindah ke sisi lain.

Setelah semuanya lengkap dan pas, Daren kembali melihat ke depan yang ternyata sudah ada Disha di barisan depan. "Bukannya lo nyuruh gue ngejauh,  kenapa sekarang malah milih gue?" tanya Daren dingin dengan sebelah alis yang terangkat.

"Lo mau kejadian dulu terulang lagi?" tanya Daren saat mengingat kejadian Bianca yang jatuh dan pingsan karena bola basket yang Disha lempar ke kepalanya.

"Lo ngejek gue?" tanya Disha sedikit ketus merasa tersindir karena dulu ia memang tidak pernah memegang bola.

"Serah lo mau berpikir kayak apa, sekarang lo pindah ke yang lain," balasnya.

Disha menggeleng, "Kenapa harus gue? Kenapa nggak lo aja, kan gue emang nyuruh lo buat ngejauhin gue," sahut Disha kesal.

Daren melempar bola basket yang sedari tadi ia pegang ke arah Disha, tentu saja Disha langsung terkesiap. "Apa-ap--"

"Lagian gue nggak bakal ngajarin lo, Danu bentar lagi ke sini," ucap Daren lalu berbalik dan pergi dari sana.

Disha yang melihat hal itu langsung bimbang, antara sakit hati dan kesal dengan perlakuan Daren.

Gadis itu pun ikut melemparkan bola basket yang ia pegang ke arah Danu yang mulai mendekatinya. "Gue nggak bisa main basket, nanti kena pala lo!" ketusnya dengan kesal lalu pergi dari lapangan.

"Sha lo mau kemana?" tanya Hani Dan Bianca.

"Gue ke kantin," sahut Disha asal.

Kedua sahabatnya langsung mengangguk, mereka sudah tahu jika Disha memang tidak bisa bermain basket.

"Daren sialan!" umpat Disha.

"Kenapa sih gue keliatan bodoh banget di depan Daren, lagian kenapa juga tadi gue malah diem di depan Daren," kesal Disha sambil meminum jus pisang yang sudah ia pesan setelah gadis itu sampai di kantin.

"Daren itu cuman luka Disha, lo harus bisa bahagia," ujar Disha pada dirinya sendiri.

Gadis itu kembali meminum jusnya. "Oke fiks, dari sekarang gue nggak bakal deket dan ngomong sama Daren. Sekarang kita udah asing."

"Please gue bisa lupain laki-laki brengsek itu!" Baru kali ini gadis itu kembali berceloteh panjang setelah sok cool-nya selama ini.

Disha pun memilih menghabiskan jam pelajaran olahraganya hanya dengan duduk di kantin sambil main HP. Lagian Pak Iwan juga entah kemana.

Ting

Hani
Lo di mana?
Gue tunggu di ruang ganti.
Bentar lagi pergantian jam.

Disha melihat jam yang berada di ponselnya, benar saja jika 15 menit lagi akan pergantian jam. Gadis itu pun berdiri dari duduknya dan pergi dari sana.

"Nona Dis--" Bibi pemilik salah satu kantin hendak memanggil Disha, tapi ia urungkan saat melihat gadis itu sudah pergi.

Ia mengambil jus pisang yang tadi Disha minum, tapi belum gadis itu bayar. Itu lah alasannya memanggil Disha, tapi ia ikhlas karena Disha memang tidak pernah meminta uang kembalian jika membeli sesuatu kepadanya.

Saat ingin menaruhnya, tiba-tiba ada siswa yang menghampirinya. "Uang untuk jus pisangnya," ucapnya sambil memberikan uang, lalu setelah itu ia pergi.

Laki-laki itu sudah dari tadi berada di sana, sebelum Disha datang. Hanya Disha saja yang tidak menyadari keberadaannya.

"Terima kasih Nak Daren," ucap Bibi pemilik kantin itu.

****

Disha berjalan ke arah ruang ganti dengan santainya. Ia berpapasan dengan laki-laki yang tadi pagi membuatnya kesal.

"Lo tadi sama Daren kenapa? Kok gue denger ribut-ribut?" tanya Hani.

"Oh, cuman masalah kecil kok," sahut Disha acuh.

"Wait, Satrya bilang temannya Rio nanti malem ulang tahun. Dan dia ngajakin gue," tutur Bianca sedikit histeris karena kali pertamanya ia diajak ke pesta ulang tahun oleh seorang laki-laki.

"Beneran? Nanti Satya ngajak gue juga nggak ya?" tanya Hani yang ikut bimbang, bukannya bagaimana, ia tidak punya dress bagus, ia tidak mau mempermalukan Satya nanti di hadapan teman-temannya.

"Lo harus ikut, biar gue ada temennya nanti," sahut Bianca.

"Gue harap nggak," balas Hani.

"Lho kok gitu, tenang aja Han, gue bakal ajak lo shopping nanti. Iya kan Sha," sahut Bianca.

"Bener tuh Hani, gue juga udah lama nggak shopping," sahut Disha sambil memaksakan senyumnya. Ia sendiri sepertinya tidak akan datang ke acara tersebut, siapa yang mau mengajaknya? Daren, sudah tentu tidak. Laki-laki itu tidak akan pernah mau mengajaknya.

Eh tunggu, kenapa ia harus berharap dengannya. Haha, tidak akan pernah Disha.









TBC

Sorry baru up ya gys, hehe
Jangan lupa untuk selalu Vote dan komen ya

Continue Reading

You'll Also Like

287K 11.8K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
384K 29.7K 26
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
179K 17.2K 25
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
507K 25.3K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...