Happy reading....
Seminggu telah berlalu dan Maura telah berhenti sepenuhnya dari pekerjaannya, tentu saja hal itu membuat Aska senang, tapi Maura merasa ada yang aneh dengan Aska sikap Aska sedikit berbeda ia lebih banyak diam dan akhir-akhir ini Aska sering keluar rumah.
Saat ini Aska tengah berada di ruangan kerjanya, Maura membawakan secangkir kopi panas kepada Aska yang tengah fokus dengan pekerjaannya itu.
"Aska ada yang mau aku bicarakan sama kamu," ucap Maura seraya meletakkan kopi di tangannya di meja Aska.
"Aku sibuk nanti aja ya," ucap Aska tanpa menatap Maura ia fokus kepada laptop di depannya.
"Tapi ini penting," ucap Maura.
"Aku sibuk Ra," ucap Aska seraya menghela nafasnya.
"Oh oke," jawab Maura memilih keluar dari ruangan Azka tapi sebelum itu Maura berbalik ia menatap Aska.
"Akhir-akhir ini kamu beda," ucap Maura setelah itu ia keluar dan menutup pintu ruangan kerja Aska.
Aska menatap pintu yang barusan tertutup itu, ia menghela nafasnya kasar.
Maura pergi ke kamar ia lebih memilih duduk di balkon kamarnya menatap langit malam yang gelap, Maura menghela nafasnya pelan tangannya bergerak untuk memegang perutnya yang sudah sedikit terlihat berisi.
Maura menatap perutnya rasanya hatinya menghangat ketika menyadari di dalam perutnya ada darah dagingnya dengan Aska.
"Kamu tau kan apa yang mama rasain sekarang," gumam Maura,
Maura saat ini tengah memikirkan Aska bahkan kalian tau sendiri kan bagaimana tadi jawaban Aska saat Maura ingin membicarakan suatu hal kepadanya.
Maura terdiam cukup lama di balkon kamarnya sekitar tiga puluh menitan hingga hawa dingin menusuk kulitnya, Maura mengusap-usap lengannya ia memilih segera beranjak dari balkon dan masuk ke dalam kamar.
Maura menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan, dan Aska belum kembali dari ruangan kerja, Maura berniat menyusul Aska tapi ternyata pintu kamarnya barusan terbuka dan menampakkan Aska dengan tangan yang membawa laptop.
"Udah selesai?" Tanya Maura.
Aska melewati Maura begitu saja.
"Belum aku mau lanjutin disini," ucap Aska seraya menaiki ranjang dan duduk bersandar dan jangan lupakan matanya yang fokus kembali dengan laptop di depannya.
Maura ikut menghampiri Aska.
"Aska udah ya, ini udah malem," ucap Maura.
"Ngga bisa malem ini harus selesai Ra, kalau mau tidur tidur aja nanti aku nyusul," ucap Aska mengabaikan ucapan Maura.
"Kalau gitu ada yang mau aku bicarain sama kamu sekarang," ucap Maura.
"Yaudah bicara aku dengerin," ucap Aska tentunya masih fokus dengan laptop di depannya.
Maura terdiam ia sedikit tersinggung saja saat Aska mengabaikannya seperti ini, tapi Maura berusaha menepis pikirannya.
Maura menatap Aska.
"Lara yang ngasih aku obat penggugur kandungan," ucap Maura.
Reflek tangan Aska langsung berhenti bergerak.
"Jadi?" Ucap Aska.
"Kamu nggak salah tanggapan kamu kayak gitu ka, ini tentang anak kita yang hampir celaka," ucap Maura menatap tidak percaya kepada Aska akan reaksinya barusan.
Aska menutup laptopnya.
"Nggak usah di bahas, anak kita udah gapapa Ra," ujar Aska seraya meletakkan laptopnya di nakas.
"Gapapa kamu bilang, kamu nggak liat kemarin keadaan aku gimana, ucap Maura mencoba sabar akan sifat Aska.
"Yang penting sekarang dia ngga kenapa-napa, aku buatin kamu susu setelah itu tidur," ucap Aska seraya beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar.
Percayalah sekarang Maura tengah terdiam akan ucapan Aska.
"Kenapa Ka? Karena yang ngelakuin itu Lara kamu biasa aja," gumam Maura berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh begitu saja dipipinya.
Maura terdiam ia melamun dengan tangan memeluk kedua lututnya.
"Jangan duduk gitu kasihan anak kita," ucap Aska seraya memasuki kamar dan meletakkan gelas susu di nakas.
Maura menatap Aska dengan pandangan sendu.
"Peduli apa kamu sama anak kita," gumam Maura sangat lirih.
Aska mengernyitkan dahinya.
"Barusan kamu bilang apa?" Tanya Aska.
Maura hanya menggelengkan kepala nya ia mengambil gelas yang ada Ada di nakas dan menghabiskan susunya dengan cepat.
Aska mengambil gelas yang sudah kosong di tangan Maura dan meletakkannya kembali di nakas.
"Tidur benerin posisi kamu," titah Aska.
Maura menutup mulutnya ia segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan susu yang barusan ia minum, Aska menghela nafasnya selalu saja seperti ini jika Maura selesai meminum susu.
"Biasain jangan dimuntahin Ra, kasian anak kita kalau kayak gini terus tiap hari, mana ada nutrisi kalau susunya tiap hari kamu muntahin," ujar Aska seraya memijat tengkuk Maura.
Percayalah air mata Maura saat ini sudah mengalir membasahi pipinya karena ucapan Aska, tidak tahukah Aska jika muntah-muntah seperti ini membuat perutnya sedikit tertekan dan itu sakit tapi semua Maura tahan.
Maura mengelap bibirnya.
"Kamu pikir aku mau kayak gini," ucap Maura memilih beranjak dari kamar mandi dan langsung merebahkan badannya di tempat tidur dan menangis sesenggukan disana.
Aska menyusul Maura.
"Nggak usah cengeng kamu bukan anak kecil," ucap Aska.
"Sakit hiks! Kamu ngga tau kan rasanya gimana waktu aku muntah hiks, perut aku sakit ka!" Isak Maura.
Aska menghela nafasnya.
"Yaudah sekarang maunya gimana?" Tanya Aska.
"Kamu diem!" Ujar Maura memilih memunggungi Aska yang tengah berbicara dengan nya.
"Oke," jawab Aska, ia mematikan lampu kamar tidur dan memilih tidur di samping Maura.
Maura tidak tidur sedari tadi bibirnya tidak berhenti mengeluarkan isakan,
"Maura udah malem, tidur," titah Aska.
Maura menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isakan, badannya bergetar, sedang Aska hanya diam saja.
...
Ke esokan paginya.
Maura terbangun dari tidurnya karena merasa perutnya bergejolak ia dengan cepat menyibak selimutnya dan pergi ke kamar mandi, lagi-lagi Maura muntah.
Aska yang menyadari Maura terbangun segera menyusul nya ke kamar mandi.
"Kenapa bisa muntah lagi," ucap Aska seraya menyingkirkan helaian rambut Maura.
Maura menahan sakit yang ada di perutnya yang terasa tertekan karena yang ia muntahkan hanyalah air dan itu bertambah membuat perut nya sakit.
Maura segera mengelap bibirnya, mukanya terlihat pucat, Aska yang melihat itu segera membantu Maura untuk kembali ke tempat tidur.
Aska memberikan minum kepada Maura.
"Udah enakan?" Tanya Aska.
Mata Maura berkaca-kaca ia menggelengkan kepalanya.
"Mau aku kasih minyak kayu putih perutnya?" Tanya Aska seraya mengambil gelas yang ada di tangan Maura.
Maura hanya mengangguk sebagai jawaban.
Aska segera mengambil minyak kayu putih yang ada di laci nakas, setelah itu ia segera menyingkap baju Maura dan mengoleskan minyak kayu putih di perut Maura, setelah selesai Aska menurunkan baju Maura.
"Jangan nakal ya kasian mama kamu," ucap Aska seraya mengecup perut Maura yang tertutup dengan piyama.
"Hiks,"
Maura terisak, bukan karena muntah yang ia rasakan melainkan ia teringat akan jawaban Aska tadi malam yang membuatnya sedih dan tentunya menyakiti dirinya.
Aska yang menyadari itu mengusap pelan air mata Maura, ia menatap Maura
"Tidur lagi ya sayang masih pagi," ucap Aska.
Maura hanya mengangguk, Aska segera membenarkan posisi Maura dan menyelimutinya.
Maura menuruti Aska ia segera memejamkan matanya dan tertidur tentunya dengan pikiran yang membebani dirinya.
Bersambung
Salam
#Authore..
Greget sama Aska? Kalau iya sini kita tampol Aska bareng-bareng😊😊😌😌😌
Jangan lupa follow ig Authore+tiktok biar bisa dapet info tentang cerita ini