DISHA_

By bznsjskx

307K 15.7K 1.7K

gadis childish yang sedang berusaha mencairkan seorang laki-laki yang berhati dingin. "Disha tuh DI SHAyang b... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

17

7.4K 429 72
By bznsjskx

"Hani nggak sekolah," gumam Disha lemas saat tidak melihat Hani yang berada di sampingnya, padahal bel sudah berbunyi dari tadi, di depannya juga sudah ada seorang guru yang siap untuk mengajar.

"Lo pindah ke belakang," titah Daren pada Disha. Disha yang mendengar hal itu langsung menolehkan kepalanya ke belakang.

"Tapi ada Bianca," balas Disha saat melihat tatapan Bianca yang terkesan bingung.

"Lo mau liat gue duduk sama Bianca?" tanya Daren kesal karena Disha tidak menuruti perintahnya.

"Nggak, Disha nggak mau liat Daren deket sama cewek lain, tapi ... " Disha menatap ke arah Bianca, ia tidak akan menyuruh Bianca pergi karena itu memang tempat duduk Bianca.

"Nggak papa kok Sha, kita bisa tukaran tempat duduk," ujar Bianca yang mengerti dengan tatapan Disha kepadanya.

Disha langsung menerbitkan senyumnya, gadis itu pun berdiri dan bertukar tempat dengan Bianca. Wajah lesunya tadi seakan hilang saat ia bisa duduk dengan sang kekasih.

"Muka lo pucet lagi," kata Daren sambil memperhatikan wajah Disha saat gadis itu sudah duduk di sampingnya.

"Nggak kok, Daren aja yang salah liat," elak Disha lalu menunduk agar wajahnya tidak dilihat oleh Daren.

"Nggak, gue nggak salah liat wajah lo pucet. Udah gue bilangin kan, lo nggak usah sekolah dulu, lo masih sakit," jelas Daren. Lalu ia mengakat wajah Disha dengan menaikkan dagu gadis itu dengan jari telunjuknya agar ia bisa lebih jelas melihat wajah Disha.

"Nggak Daren, Disha nggak papa kok," tutur Disha.

"Kalau bicara liat mata gue," tekan Daren karena sadar Disha yang seakan menghindar dari tatapannya.

"Nggak kok Disha nggak sakit, Disha cuman capek dikit, soalnya Disha udah kebiasaan rebahan." Dengan perlahan Disha menatap mata Daren agar laki-laki itu percaya padanya.

"Beneran?" tanya Daren memastikan.

"Di ... Disha ... Dish--"

Disha langsung memeluk perut Daren yang berada disampingnya ia adalah gadis yang jujur, ia tidak tahu cara mencari alasan yang tepat.

"Kenapa?" tanya Daren yang terkejut dengan serangan dadakan dari Disha.

Disha hanya menggelengkan kan kepalanya sebagai jawaban.

Daren hanya bisa menghela napasnya nafasnyanya pasrah, akhirnya dia membalas pelukan Disha. Ia percaya jika Disha hanya kelelahan, apa lagi gadis ini berangkat menggunakan motor tadi.

"Udah kamu istirahat aja, nggak usah ikut pelajaran!" titah Daren.

Disha pun mengangguk paham.

Daren mengelus pelan rambut Disha, hingga membuat sang empu keenakan dan semakin mengeratkan pelukannya.

Daren melanjutkan belajarnya dengan fokus kembali ke materi yang dijelaskan Bu Lara. Namun, ia tidak menghentikan elusannya di kepala Disha.

Siapa yang yang akan memarahi Daren? Kepala sekolah pun tidak akan memarahi laki-laki itu. Karena keluarga Daren dan Disha sangat berpengaruh di sekolah ini.

Sekarang Disha dibuat melayang dengan perlakuan Daren, laki-laki itu seakan menepati janjinya untuk terus menjaga Disha.

Ada hubungan apa Daren sama Disha? batin Bianca.

Gadis itu merasa aneh dengan sikap dan perhatian Daren kepada Disha, seolah-olah mereka mempunyai hubungan yang sangat khusus dan hanya Bianca lah yang tidak tahu.

****

Kini mereka sudah berada di kantin sekolah. Mereka yang dimaksud adalah Disha, Daren, Bianca, si kembar Satya dan Satrya dan jangan lupakan sekarang ada Dafa. Laki-laki itu ikut bergabung saat melihat Disha yang juga berada di kantin.

"Disha," bisik Satya di samping telinga Disha.

"Kenapa?" tanya Disha yang juga ikut berbisik.

"Mana Hani, kok nggak ada?" tanya Satya.

"Hani nggak sekolah, emangnya Satya ada perlu apa? Nanti Disha sampein."

"Nggak kok cuman nanya," balas Satya.

"Satya suka ya sama Hani?" goda Disha.

"Nggak, gue nggak suka sama Hani," elak Satya.

"Nggak papa kok kalau Satya suka, nanti Disha kasih tahu ke Hani."

"Eh jangan Sha," cegah Satya.

"Biar gue aja nanti yang bilang," lanjut Satya.

"Cieee, si Satya," goda Disha sambil cekikan.

"Apaan sih Sha. Awas kalau bilang ke Hani," peringat Satya.

"Iya-iya."

"Kalian lagi ngomongin apa?" tanya Daren saat melihat Disha yang cekikikan saat berbisik dengan Satya. Awalnya Daren mengabaikan, tapi saat melihat Disha yang tertawa dengan pria lain membuatnya sedikit kesal.

"Daren nggak usah tahu, ini rahasia Disha sama Satya," balas Disha.

"Nggak usah deket-deket sama Satya lagi," peringat Daren lalu membawa Disha pergi dari sana. Membuat semua orang yang ada di meja itu memandang malas ke arah Daren.

"Lo bicara apa sama si bocil tadi?" tanya Satrya yang juga ikut penasaran dengan hal yang kembaranya tadi lakukan.

"Shut, jangan ada yang kepo, ini tuh masalah anak kecil. Kalian nggak usah ikut campur," balas Satya.

Dafa yang berniat bertanya pun diurungkannya saat mendengar respons dari Satya.

****

"Ayo pulang!" ajak seseorang dari belakang Disha dan langsung menggandeng tangannya.

"Eh, pulang ke mana?" tanya Disha terkejut dan juga bingung.

"Ke mansion kamu lah."

"Ih Dafa, Disha lagi nungguin Daren. Nanti kalau Daren nyariin Disha gimana?"

"Orang yang kamu tungguin, lagi nungguin orang lain Sha. Baik boleh, bego jangan Baby," ujar Dafa sedikit kasihan pada Disha karena gadis itu sedari tadi berdiri di parkiran hanya untuk menunggu hal yang tidak pasti.

"Tapi Disha pengen pulang sama Daren, dia udah janji kok," rengek Disha sambil berusaha melepaskan gandengan Dafa.

"Oke kita tunggu Daren keluar, mau bertaruh?" tanya Dafa.

"Apa?"

"Kalau sampai Daren keluar sama Bianca, aku bakal nganterin kamu pulang. Kalau Daren keluar sendirian, aku bakal relain kamu sama Daren," ujar Dafa yang hanya dibalas anggukan oleh Disha.

Akhirnya mereka berdua, Disha dan Dafa menunggu Daren keluar.

"Haha, makasih ya Daren." Tawa seseorang yang membuat Disha dan Dafa mengalihkan pandangannya dan mencari asal suara tersebut.

Terlihat dua orang yang keluar dari sekolah dengan diselangi tawa mereka.

"Sama-sama, ya udah aku anter pulang ya," balas Daren.

Dafa langsung menaiki sepeda motornya dan mengenakan helmnya.

"See? Tunggu apa lagi, sekarang kamu naik," titah Dafa karena ia menang taruhannya.

Disha hanya tersenyum masam lalu menaiki motor Dafa dengan tidak semangat.

Baru saja ia merasakan seakan terbang ke langit ke tujuh, tapi sekarang ia langsung di jatuh kan ke dasar jurang terdalam saat melihat Daren yang begitu dekat dengan Bianca.

"Pakai helmnya dulu By," suruh Dafa.

Disha pun hanya mengikuti perintah Dafa dan tetap memaksakan senyumannya padahal dirinya sudah ingin menangis.

"Turun!" Belum sempat Disha benar-benar memakai helmnya terdengar suara dengan nada dingin yang menyuruhnya turun.

Disha pun tak jadi memakai helm, ia beralih menatap orang yang menyuruhnya turun.

"Kenapa? Mau pamitan nganter Bianca pulang, udah nggak papa Disha izinin kok," ucap Disha.

"Aku nyuruh turun, kenapa masih diem!" sergah Daren tanpa memperdulikan perkataan Disha.

"Udah lah Ren, Dishanya aja nggak mau turun nggak usah dipaksa," balas Dafa.

"Jangan ikut campur lo!" sarkas Daren.

"Disha mau pulang sama Dafa, Daren boleh kok nganterin Bianca pulang," tutur Disha lirih sambil menatap Bianca yang masih berada di samping Daren.

"Disha turun!" tekan Daren sekali lagi saat tidak melihat pergerakan dari gadis itu.

"Nggak ma--"

"Jangan ngebantah Disha!" tekan Daren sambil menarik paksa Disha dari atas motor Dafa dengan mencengkeram kuat tangan gadis itu.

Setelah Disha berhasil turun, Daren kembali memaksanya untuk masuk ke dalam mobil laki-laki itu.

Dafa yang melihat itu langsung turun dari atas motornya dan berjalan dengan cepat menuju Daren.

"Nggak usah kasar sama cewek lo!" bentak Dafa kesal saat melihat Daren yang membawa Disha dengan cara paksa.

"Jangan ikut campur lo!" sengit Daren sambil menatap Dafa tajam yang di balas tatapan tajam pula oleh Dafa.

"Kalau Disha nggak mau, ya jangan dipaksa!" kesal Dafa.

"Udah gue bilang ini urusan gue, lo nggak usah ikut cam--"

Bugh

"Gue diem bukan karena gue takut sama lo, tapi gue nggak mau nunjukin sisi lain dari gue di depan Disha. Gue nggak pernah nyakitin dia, gue ke sini buat ngejagain dia dan jangan seenaknya lo nyakitin dia sialan!" cerca Dafa setelah meninju wajah Daren yang membuat Disha dan juga Bianca syok.

"Bianca lo ikut gue," titah Dafa lalu menarik tangan Bianca menuju motornya.

"Tunggu!" cegah Daren saat melihat Bianca dibawa.

"Lo harus konsisten Bro, kalau lo milih Disha nggak usah fokus ke yang lainnya. Sadar dari sekarang, jangan sampe nyesel dikemudian." Dafa pun kembali ke motornya bersama Bianca.

"Daf, boleh gue tanya?"

"Lo udah nanya," balas Dafa dingin.

"Bukan itu, gue cuman mau nanya ada hubungan apa si Daren sama Disha?" tanya Bianca kepada Dafa. Inilah yang Bianca ingin tanyakan, tapi ia tidak mau ikut campur hingga malu untuk bertanya dengan teman-temannya.

"Lo belum tahu hubungan mereka?" tanya Dafa dengan mengakat kedua alisnya.

Dan dijawab anggukan oleh Bianca.

"Licik juga ternyata lo Ren," gumam Dafa sambil menampakan senyuman miringnya.

"Lo salah tanya ke gue, seharusnya lo tanya langsung ke Daren. Tapi gue cuman mau ngingetin lo, kalau lo suka sama Daren sebaiknya lo pendem aja, karena nanti bakal ada yang tersakiti," lanjut Dafa.

"Siapa?" tanya Bianca penasaran.

"Ternyata lo juga bego ya dalam urusan cinta," kata Dafa menyerah. Entah itu Disha, Daren atau pun Bianca, menurut Dafa mereka semua bisa bodoh karena cinta, itulah yang dapat Dafa simpulkan.













TBC

Jangan lupa buat Vote dan komennya ya

Sampai jumpa di part selanjutnya all

Continue Reading

You'll Also Like

504K 25.2K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
786K 35.2K 48
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
408K 49.9K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
310K 23K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...