Diary Layla [ SELESAI ]

By Kyaakira_23

1.4K 652 471

Ini bukan cerita tentang BadGirl yang berubah menjadi Good girl . Apalagi tentang Good Girl yang mendadak men... More

Prolog
Honey Eyes
Antara Genteng dan Gigi
Harapan Kecil
New Neighbor
Cookies Bunda
Kemana Dia ?
Perkara Bola
Terlalu Pintar
Penolakan
Mulai Menerima
A Dream
Alasan Layla
Pencuri Kertas
Missing Something
School
Gadis Polos
Hide and Seek
Balap Sepeda
Ulet Ijo
Menghilang Lagi
Bukan Surat Cinta
Diri Sendiri
Salah Sasaran
Kuncir Dua
Pacaran?
Cappucino Siang Bolong
Kebetulan atau Kesengajaan?
Nia Gila
Merenggang
Konflik yang Berbeda
Terkuak
Tersadarkan
Pahitnya Gula
Kaki Lima
Marry Me?
Epilog
Extra Part 1
Extra Part 2
Final Extra Part

Senyum, Cantik

24 12 5
By Kyaakira_23

"Senyummu meruntuhkan segala rasa sakit hati yang di derita "
- Galen Bima Pranata -

Sudah dua hari sejak kejadian tersebut berlangsung, tetap saja tidak ada kata maaf dari Layla yang diterima oleh kedua orang tuanya. Kondisi Layla juga tidak sebaik yang terlihat, ia mungkin masih berpenampilan rapi dari luar.Tapi tidak di dalam yang sudah kacau tak karuan. Gadis kecil itu telah menangis sejak dua hari yang lalu, sampai-sampai ia menangis tanpa suara pagi ini.

"Ma-maafin Layla, Ayah ... Bunda ... Maafin Layla," isaknya sambil memegang pinggiran brankar tempat Bundanya berbaring.

Kedua orang tuanya, baik itu Bundanya atau Ayahnya sama sama menatapnya dengan tatapan sinis. Layla yang merasa di tatap hanya menunduk takut, isakannya perlahan mereda meski bibirnya masih bergetar.

"Bu ... tolong bawa Layla pergi dulu, Risa mau nenangin diri dulu," ujar Bunda Layla sambil melirik putrinya sekilas.

"Tapi ..." cegah Nenek Layla.

"Cuma sebentar, kok, Bu," sela Ayah Layla dengan tatapan memohon.

Layla dituntun keluar dari kamar rawat, masih dengan wajahnya yang lusuh. Sesekali ia menghapus ingusnya yang mulai turun. Ia tidak dapat membayangkan perkataan apa lagi yang akan dilontarkan oleh kedua orang tuanya.

"Layla ... sarapan dulu ya? Layla dari semalam belum makan lho "

"Ndak mau, Nek. Layla ndak lapel"

"Bohong nih. Ingat kata kakek apa? kalo bohong masuk neraka. Emang mau?"

Layla menggeleng cepat, tangan mungilnya menggenggam erat jemari Neneknya. Ia tersenyum tipis menyetujui ajakan Neneknya.

"Layla mau salapan, tapi di suapin cama Nenek. Boleh ya?"

"Ya boleh toh, masa permintaan cucu sendiri ditolak"

Keduanya berjalan menuju kantin rumah sakit, mata coklat itu beredar menatap sekelilingnya. Ia menemukan seseorang, seseorang yang beberapa hari ini mencoba menenangkannya; Bima.

"Eh ada Layla, lagi ngapain?" tanya Bima basa-basi dengan senyuman hangatnya.

"Lagi duduk," jawab Layla singkat .

"Ya Bima juga tau kalo Layla lagi duduk"

"Teyus? kenapa nanya?"

Bima menghela napasnya berat, ia mencoba untuk tidak marah. Jika saja Layla tidak dalam kondisi seperti ini, mungkin ia akan mendapatkan siraman rohani dari Bima saat ini juga. Bagaimana tidak? Tidak tahu tempat ataupun waktu, Layla tetap menyebalkan.

"Maksud Bima, Layla ngapain di kantin?"

"Buang air besar," jawab Layla asal.

Bima benar-benar menahan emosinya saat ini, ia menarik kursi di sebelah Layla dan mendaratkan bokongnya di sana dengan kasar. Ia dapat melihat mata Layla yang sembab akibat menangis tak henti. Ditambah lagi pipi chubby yang sekarang berubah menjadi lebih tirus.

"Layla jadi jelek," tutur Bima dengan tatapan lurus ke depan.

"Apa Bima bilang?"

"Layla jadi jelek, enggak kayak dulu"

Bibir Layla mengerucut, hatinya menggerutu tak terima dengan penuturan Bima. Air mata kembali berkumpul di pelupuk matanya, tidak langsung lolos begitu saja.

"Layla emang jelek , dan Bima tau itu," cicit Layla menutup kedua matanya dengan telapak tangan.

"Jangan nangis ... nanti jeleknya bertambah"

Nenek Layla menyuapkan sesendok nasi kedalam mulut Layla. Gadis kecil itu mulai mengunyah dengan bahu yang masih bergetar. Bima memainkan jemarinya, menatap Layla dengan hangat sehangat mentari.

"Bima ndak salapan?" tanya Layla yang mampu menyadarkan Bima dari lamunannya.

"Haa? udah kok, tadi Bima udah mandi," jawab Bima disambut oleh Layla yang menempelkan punggung tangannya tepat di dai Bima.

"Bima sakit? kok ndak nyambung diajak ngomong ?" heran Layla.

"Engga ... Bima pake parfum, La. Masa iya Bima bau?"

Layla menepuk jidatnya pelan, tak habis pikir degan jawaban Bima yang diluar pertanyaan. Mungkin sambungan sinyal antara keduanya sedang ada gangguan, sehingga menimbulkan obrolan yang tidak sejalan.

"Bima ... liat itu deh, awannya bagus banget"

Layla menunjuk sebuah awan dengan bentuk yang unik. Bentuk hati yang sangat sederhana namun terlihat sangat indah di mata keduanya. Dengan cepat Layla mencelupkan ujung jari telunjuknya ke dalam saos.

"Bima," panggilnya membuat Bima menoleh .

"Piiiip"

Ujung jari Layla menyentuh hidung Bima, membuat pandangan kedua bola mata itu mengarah ke satu titik. Bima menatap wajah Layla yang saat ini dihiasi oleh sebuah cengiran.

"Layla ih!" geram Bima sambil menarik pipi Layla gemas.

"Aww lucu tau"

"Iya, lucu di kamu. Di Bima enggak"

🌻🌻🌻

Pintu kamar rawat mulai terbuka secara perlahan, kak mungil itu melangkah pasti. Pandangannya masih tertuju kearah bawah, lagi-lagi ia tak cukup berani untuk menatap kedua orang tuanya.

"Layla ... sini sama Ayah," ajak Ayahnya dengan seulas senyuman manis.

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya lemah, meremas jemarinya kuat. Kedua orang tuanya saling berpandangan sebelum menatap Layla lagi.

"Kenapa gak mau?"

"Layla atut ... Layla ndak mau di malah," jujur Layla dengan kedua mata yang kembali membasah.

"Sini, sayang ... Bunda gak marah sama Layla"

Layla melangkah kecil mendekati Bundanya yang masih terbaring lemah. Dengan cepat Ayahnya mengangkat tubuh mungil itu dan memangkunya. Menghapus air mata yang tersisa di pipinya.

"Maafin Ayah, ya. Ayah gak pernah mau marahin kamu, tapi waktu itu Ayah lagi diluar kendali. Maafin Ayah karena udah bentak bentak kamu hari itu. Jangan nangis lagi ... Ayah mohon," pinta Ayahnya sambil menangkup pipi anaknya.

"Ayah ndak malah cama Layla?"

"Enggak, Layla. Ayah nggak marah, lagian kalo Ayah marah terus-menerus, enggak berguna juga. Adik kamu gak bakal hidup lagi, kan? Maka dari itu Ayah maafin kamu, bukan cuma kamu yang salah. Kita semua yang salah," tutur Ayahnya dibalas isakan oleh Layla.

"Lho, kok nangis? udahan, ya, nangisnya ... nanti Bunda ikut nangis juga kalo Layla nangis," ujar Bundanya mengusap rambut Layla lembut.

"Layla cuma atut kalo Bunda cama Ayah ndak bakal cayang Layla lagi. Layla ndak mau begitu," ungkap Layla.

Ayahnya memeluk tubuh mungil itu dan menenangkannya. Gadis kecil itu terisak semakin keras di dalam dekapan Ayahnya. Membayangkan kejadian tempo lalu yang membuatnya kian terpuruk.

"Maafin Ayah sama Bunda, kita sayang sama Layla. Layla gak boleh sedih, adik Layla gak suka lho lihat kakaknya begini"

Layla mengangkat wajahnya, mengusap air matanya dan menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Layla ndak mau nangis lagi, kalo itu bikin adik Layla jadi sedih"

"Anak pintar"

Layla mengusap pipi Bundanya perlahan, tampak bekas air mata di sana. Bukan hanya dirinya yang menangis, tapi Bundanya juga. Bahkan Ayah, Nenek, Kakek, serta kerabatnya juga merasakan kesedihan yang sama sepertinya. Gadis kecil itu kembali terisak pelan, dengan air mata yang mulai turun.

"Senyum, cantik . Jangan nangis mulu," pinta Bundanya.

"Iya, Bunda. Adik Layla lagi apa sekalang?"

"Dia lagi tersenyum dari atas sana, sayang"








Yeayyy akhirnya selesai juga ini part

Gimana ? Bunda Layla selamat kok

Kirim doa ya buat adik Layla yang lagi di surga , hiks syedih banget jujur .

Makasih banyak ya buat vote nya , sangat sangat membantu .

See you next part ...

Babay

Salam cinta dari ,

Hati yang tersakiti


Continue Reading

You'll Also Like

243K 16.7K 39
Ya Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kes...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.6M 39.7K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
371K 28.6K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...