Diabolus

By Dillaft

586K 87.3K 19.7K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Thirty Two: An Enemy

9.2K 1.7K 657
By Dillaft

Setelah kekacauan yang terjadi di Clan Asten, Lady Bona dan Damares akhirnya kembali ke Clan Akennaton di dini hari. Sebagai bentuk kesopanan setelah tak pulang selama dua hari, Ratu Akennaton itu tak menggunakan portal dan lebih memilih berdiri di depan gerbang istana tuk menanti.

Tak lama kemudian, datanglah beberapa pengawal yang dipimpin oleh Gilbert untuk membuka gerbang. Mereka langsung membungkuk tatkala melihat Sang ratu.

Melihat wajah pucat Lady Bona dan ekspresinya yang tampak lemas sontak membuat Gilbert khawatir. "Apa Anda sakit, Lady?"

"Pertanyaanmu kau simpan sampai besok saja." Damares merangkul tuannya lalu berjalan menuju jembatan.

Gilbert yang mengekori di belakang kukuh tak mau mengusir rasa khawatir. Selain itu, ia juga berjaga-jaga bila Lord Milson mengajukan pertanyaan nantinya. Sebab tuannya itu selalu sensitif bila menyangkut Lady Bona.

Mereka masuk ke dalam istana dan Gilbert masih berada di belakang. Lady Bona lantas berbalik dengan senyuman selebar mungkin. "Aku baik-baik saja, Gilbert. Kembalilah ke pemukiman lycan. Rebecca lebih membutuhkan perhatianmu."

Sontak Gilbert membungkuk dan dengan berat hati melangkah pergi.

Di ujung koridor, tatapan khawatir lainnya kembali menyambut Lady Bona.

Zinki datang dan terpaku pada wajah pucat Sang Lady. Namun, pria ini tak seberani Gilbert untuk menanyakan keadaannya.

Yang Zinki tahu, Lord Milson dan Lady Bona memang sedang ada masalah. Dan itu harus berimbas pada Zinki dan pelayan lain. Sebab sejak ditinggal pergi ratunya, Lord Milson menjadi semakin pemarah.

"Apa Lord Milson sedang tidur?"

Zinki menggeleng samar. "Tidak, Lady. Lord Milson belum pernah tidur. Lord tak pernah berhenti membaca."

Lady Bona berbalik, memandang pintu ruang pribadi Lord Milson, berpikir bahwa pria itu pasti masih membaca buku sejarah Dominic Akennaton.

Ingin Bona ke sana, tetapi Damares memperingatkan melalui tatapan bahwa saat ini yang sangat ia butuhkan adalah istirahat.

"Dampingi dia terus, Zinki. Jangan tinggalkan Lord Milson. Kuharap kau memiliki keberanian yang cukup untuk menyuruhnya tidur," ujar Lady Bona.

Zinki hanya menunduk tanpa menjawab. Sebab ia tak berani mengusik ketenangan Lord Milson.

Lady Bona tersenyum lemah. Gadis itu kembali berjalan bersama pelayannya lalu masuk ke dalam kamar.

Damares membantu membukakan jubah dan berjongkok untuk melepas sepatu tuannya.

"Istirahatlah, Nona. Besok saja kau temui Lord Milson."

Lady Bona mengangguk. Setelah berbaring di tempat tidur, bukannya memejamkan mata, ia malah melamun. Bona memikirkan tentang masa lalu Sofiya dan perbuatan jahatnya pada Latia. Hingga membuat Bona bertanya-tanya, bagaimana bisa ibunya bertemu Lord Ladarius?

Dalam keheningan, Lady Bona terperanjat kala Lord Milson berteleportasi dan kini berdiri di depannya.

Damares langsung menyembunyikan dua botol ramuan raxil yang ia bawa. Beruntung sekarung ramuan tersebut sudah diserahkan pada Lady Casmira.

Dua penguasa fraksi barat Clan Akennaton itu hanyut dalam keheningan. Damares yang mengerti situasi lantas langsung keluar dari kamar.

Lady Bona meraih tangan Milson. "Kenapa belum tidur?" Senyumannya langsung memudar kala merasakan Lord Milson mengeluarkan aura gelap. Tatapan pria itu tampak begitu mengerikan seolah ingin menerkam.

"Kenapa kau pulang?" tanya Lord Milson dengan suara yang sangat dingin.

Lady Bona mengerutkan dahi. "Kau masih marah? Bukankah sudah kujelaskan bahwa tak ada yang mencoba mengkhianatimu?"

Lord Milson tak menjawab. Pria itu membuka baju lalu mendekati Lady Bona.

"Milson..."

Lord Milson menarik kerah gaun ratunya hingga membuatnya bangun terduduk. Penguasa Clan Akennaton itu tampak naik pitam dan ingin meluapkan segala amarah yang terpendam.

Lady Bona berteriak saat Lord Milson merobek bagian atas gaunnya dengan kasar. Sontak Bona langsung bangkit dari tempat tidur dan menutupi payudaranya.

"Ada apa denganmu, Milson?" Suara Bona bergetar ketakutan.

"Bukankah ini yang membuatmu meninggalkanku? Kau marah, kan karena aku tidak datang malam itu?" Lord Milson membentak dengan amarah menggebu-gebu. "Kau berkomplot dengan Kakakmu untuk mengkhianatiku! Kau pikir aku tak tahu rencana busuk Clan Asten?"

Selama dua hari belakangan, kepala Lord Milson telah diisi dengan pikiran negatif. Ia berprasangka bahwa Clan Asten berencana ingin berpihak pada Clan Dexter. Lord Milson bahkan sampai berpikir bahwa Lady Bona membantu mereka untuk meyakinkan Lord Gavriel dan menuduh bahwa kemungkinan ratunya itu menyebarkan beberapa hal terkait Akennaton kepada musuh abadinya, Dexter.

Lady Bona menatapnya tak percaya. Gadis itu memakai jubah dan ingin keluar dari kamar. Ia tak kuat menghadapi amukan tak masuk akal Lord Milson sementara pikirannya pun sungguh kacau.

Lord Milson melesat cepat dan menahan kepergiannya. Pria itu mendorong Lady Bona ke tempat tidur. "Ini yang kau mau, kan? Aku akan mengabulkannya untukmu."

Lord Milson menindih tubuh Lady Bona lalu membekap mulutnya dengan lumatan brutal. Tangan pria itu bergerak naik dan meremas kasar benda berharga milik Bona.

Lady Bona marah dan menendang pria itu sekuat tenaga. Ia bangkit dari tempat tidur dan kembali menutup payudaranya yang terasa begitu perih.

Mata Lady Bona berkaca-kaca dengan bahu naik turun. Lord Milson baru saja memperlakukannya seperti seorang pelacur. Sentuhannya sungguh kasar dan tak menghantarkan getaran apapun. Lady Bona merasa sangat terhina.

"Aku mengizinkanmu tidur denganku sebagai pendampingmu, bukan sebagai pelacur murahan!" Lady Bona menghardik dengan suara bergetar.

"Bukankah kau memang gadis murahan? Akui saja, Bona! Kau pikir aku tak tahu bagaimana perangaimu jika bertemu dengan diabolus lain? Kau selalu tebar pesona. Senyumanmu sangat murah! Kau memalukan dan selalu mengajak siapapun berkenalan! Kau menolak diperlakukan seperti pelacur, tapi tingkahmu seperti mereka!" bentak Lord Milson dengan tangan terkepal. Pria ini marah dibakar praduga negatif.

Lady Bona tampak sekuat tenaga menahan air mata. Hatinya langsung patah mendengar ungkapan menyakitkan Lord Milson. "Begitukah p-pendapatmu tentangku?"

Lord Milson memalingkan muka. Ia yang berprasangka buruk, ia pula yang merasa sakit sendiri. Praduga negatif ini telah membuat harga diri Milson jatuh. Ia begitu marah saat menyadari bahwa ada seseorang yang sepadan dengannya. Dan Clan Asten goyah karena itu.

"Lalu bagaimana denganmu? Sejak awal kau hanya memanfaatkanku agar kau bisa membangun kerajaanmu ini, kan? Kau menjelek-jelekkanku di depan Lord Victor! Kau berulang kali menginjak harga diriku, tapi aku selalu memaafkanmu!"

"Tanpaku, kau hanya gadis biasa tanpa identitas yang terkurung dalam gubuk tua! Jujur saja, kehadiranku sangat menguntungkan bagimu, kan?"

Lady Bona nyaris ambruk. Gadis itu memukul dadanya yang begitu sesak. Ia memalingkan muka dan berusaha keras menahan air mata. "Kenapa kau b-berkata begitu, Milson? Perasaanku tulus untukmu. Aku sangat mencintaimu. Kau sangat berarti b-bagiku. Tolong, jangan berkata begitu. Hatiku s-sakit mendengarnya."

Lady Bona melangkah mundur dan memojokkan diri dekat lemari. Sesak semakin menghantam dadanya saat melirik tatapan tak berperasaan pria itu. Hingga membuat Lady Bona bertanya-tanya, apa dia memang gadis murahan?

Damares yang resah dan tak tahan mendengar pertengkaran mereka memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.

"Berani kau berkata begitu sementara kau saja tak memberiku sinar ikatanmu! Kenapa, hah? Apa kau ingin memberinya pada pria lain?" Amarah Lord Milson masih bertahan. Bahkan saat Sang Lady berdiri dengan wajah pucat, hati Lord Milson tak kunjung luluh, meski hasrat ingin memeluk begitu menggebu.

Lady Bona yang tak lagi kuat langsung mengeluarkan beberapa gaunnya dari lemari lalu bersembunyi di dalam. Tangis Ratu Akennaton itu langsung pecah seketika. Lady Bona terisak hebat.

Bukan ia tak mau memberikan sinar ikatan, tetapi Lady Bona tak punya. Bahkan untuk menangis di depan Lord Milson saja, Lady Bona tak bisa. Lady Bona tahu betul bahwa ia berbeda. Namun, cintanya untuk Lord Milson tak pernah bercanda.

Lord Milson menggedor-gedor pintu lemari. "Keluar, Bona! Kita belum selesai!"

Lady Bona memegang dadanya yang terasa sangat sesak. "Tinggalkan k-kamarku, Milson! Aku t-tidak mau melihatmu!"

Damares semakin resah. Pria itu sungguh sedih mendengar isak tangis tuannya. Terlebih Lord Milson menendang pintu lemari tanpa henti. Damares tak bisa membayangkan betapa ketakutannya Lady Bona seorang diri.

Tanpa pikir panjang, Damares berlutut di depan Lord Milson. "Tinggalkan Nona Bona sendiri, Lord. Kau tidak tahu betapa dia sangat menderita hanya untuk bisa bertahan di sisimu. Tolong, jangan sakiti dia. Bunuh saja aku sebagai gantinya," ujar Damares dengan tangan gemetar.

Amarah Lord Milson perlahan mulai mereda. Pria itu kembali menatap lemari dan baru tersadar betapa ia tega melukai hati Lady Bona. Mata hatinya telah buta dan melampiaskan segalanya pada Bona yang tak tahu apa-apa.

Penguasa Clan Akennaton itu ingin membuka lemari dan mengakhiri segala pelik Sang Lady dengan dekapan hangat, tetapi suara tangisan pilu Lady Bona menahannya. Tak pernah sekalipun Milson mendengar Bona menangis sekencang ini. Hati gadis itu telah terluka dengan segala tuduhan tak berdasarnya.

Yang mampu Milson lakukan sekarang hanya mengetuk pintu lemari tiga kali lalu berkata. "Keluarlah. Aku ingin memelukmu."

Namun, Lady Bona tak mau keluar dari tempat persembunyiannya. Air mata beningnya tak mau berhenti keluar. Tangisan Ratu Akennaton itu malah semakin kuat dan nyaris mengisi penjuru istana.

Lord Milson melangkah mundur dan terkejut sendiri. Raja Akennaton itu lantas keluar dari kamar ratunya dengan perasaan bersalah yang amat besar.

Lord Milson berjalan di sepanjang koridor dengan aura gelap yang menolak lenyap. Zinki datang dan membantu memakaikan jubah.

Mereka masuk ke dalam portal dan berakhir di The Black Soil dekat perbatasan Clan Dexter.

Sontak Zinki dibuat keheranan. "Apa yang kita lakukan di sini, Lord?"

Lord Milson hanya diam dengan mata yang tertuju pada istana es Clan Dexter.

Sejak perkelahian mereka tempo hari, Lord Milson langsung menaruh kecurigaan besar pada Lord Gavriel.

Lord Milson sangat marah karena pria itulah praduga negatif mengisi kepalanya beberapa hari. Ironisnya, hal itu berdampak pada hubungannya dengan Lady Bona.

Dibalik kegelapan The Black Soil, Lord Milson memantau wilayah musuh dengan sorot tajam. Suasana Clan Dexter terlihat begitu sepi. Angin tampak bertiup dengan tenang. Para Diabolus Dexter masih terjebak di dunia mimpi.

Lord Milson dengan nyali besar ingin membuat kekacauan di wilayah Sang musuh. Pria itu membuka mulut dan menciptakan hawa yang begitu panas menuju pemukiman Clan Dexter.

Karena ulah Lord Milson ini, satu persatu rumah warga mencair. Dataran es pemukiman mengalami hal serupa. Seketika teriakan warga dan ras lain langsung menyapu Clan Dexter. Mereka terjatuh di dalam air. Pemandangan langsung kacau. Lord Milson mampu memporak-porandakkan ketenangan Clan Dexter dalam sekejap.

Ini termasuk peringatan ringan karena Lord Gavriel berani mengusik ketenangannya. Maka jangan salahkan Lord Milson bila ia melakukan hal serupa.

Tak lama kemudian, tanah berguncang hebat. Dataran es Clan Dexter tampak retak. Suara teriakan ras siren terdengar sampai di The Black Soil.

Hanya satu kepastian bila ras siren sudah bersuara. Suara mereka, menandakan kemarahan Sang raja.

●●●

Pagi tiba. Istana fraksi barat Clan Akennaton diselimuti hawa kesedihan bercampur menegangkan. Beberapa pelayan setia Lord Milson dari empat ras berbeda mendengar tangisan hebat ratu mereka beberapa jam lalu. Mereka sungguh dibuat cemas dengan keadaan Lady Bona.

Atas inisiatif ras lycan, Lady Bona diajak untuk melihat pelatihan bertarung ras dragon rider dan penyihir putih dengan tujuan untuk menghibur diri.

Damares tentu menolak keras undangan ini. Namun, demi menghargai niat baik mereka, Lady Bona dengan senang hati menerima.

Lady Bona menampakkan diri di pekarangan istana dengan senyuman ceria dan berperilaku seolah tak terjadi apa-apa. Ratu Akennaton itu menghampiri Gilbert, Joanne, Lord Isaak dan lainnya dengan penampilan anggun seperti biasa.

Lady Bona bersikap wajar. Namun, tatapan matanya tak selaras. Terpaksa Lady Bona memakai tudung jubah untuk menyembunyikan matanya yang sungguh sembab dan bengkak itu, walau sudah ketahuan oleh semua pasang mata.

Pertarungan antara Patricio dan Joanne dimulai. Mereka adu pukul tanpa senjata. Saling menyerang tanpa melibatkan amarah. Pula dibuat semakin panas lantaran sorakan membara.

Awalnya, Lady Bona menyaksikan dengan sorot gembira. Namun, bahu Ratu Akennaton itu langsung merosot lemas. Pikirannya melayang menuju pertengkarannya tadi subuh dengan Lord Milson.

Lady Bona tak tahu apa yang harus ia lakukan bila berhadapan dengan pria itu. Lady Bona menjadi malu pada dirinya sendiri. Kesaktiannya seolah lenyap setelah dikatai gadis murahan oleh pria yang ia cintai.

Lady Bona kecewa. Namun, ia terhantam keras oleh kenyataan. Nyatanya, diri Bona memang tak pernah luput dari kekurangan.

Dalam keadaan begini saja, anggapan Lord Milson tentang perangai Bona sudah buruk, apalagi bila pria itu mengetahui bahwa pendampingnya keturunan manusia. Lord Milson pasti akan meninggalkannya.

Lady Bona menunduk sedih. Saat Rebecca dan Eva datang, ia langsung memasang senyum dan berdiri. Ratu Clan Akennaton itu mempersilakan Si ibu hamil untuk duduk.

Rebecca menggeleng keras. "A-aku tidak..."

"Duduk saja. Ini perintah," ujar Lady Bona.

Rebecca tersanjung dan akhirnya duduk di kursi. Ia menatap Lady Bona dengan pandangan sedih. Ingin ia bertanya penyebab matanya sembab, tetapi sebelum pertarungan dimulai, Gilbert telah memperingatkan mereka semua untuk menghormati privacy Lady Bona dan Lord Milson.

Eva dengan mulut lancangnya langsung bertanya. "Apa Lord Milson selingkuh darimu, Lady?"

"Eva!" Rebecca melotot tajam.

Lady Bona hanya bisa tertawa. "Mana mungkin. Tidak ada yang menyukai Lord Milson selain aku." Bona menanggapi dengan nada lelucon, tetapi berdasarkan dengan fakta yang ada.

"Aku tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan. Tapi, kau harus tahu bahwa kau tidak pernah sendiri, Lady. Sekali-kali kau juga harus berbagi kesedihan. Kebaikanmu untuk ras lycan sudah terlalu banyak," jelas Eva dengan wajah serius.

Lady Bona tersenyum sedih mendengarnya. Ia terharu. Namun, langsung kembali terhantam begitu sadar bahwa tak ada yang bisa menolongnya. Gadis itu hanya bisa menjawab, "Aku baik-baik saja. Dilain kesempatan mari berbagi kesedihan bersama, tapi kuharap waktu itu tidak akan pernah datang. Karena aku hanya menginginkan kebahagiaan yang ada di sekeliling kita."

Lady Bona mengatakannya dengan senyum getir disertai hati yang lapang. Melupakan fakta bahwa kehidupan di dunia alam bawah terlalu keras bila jika selalu berjalan mulus dengan kebahagiaan.

Rebecca melipat tangan ke depan dan mengusap lengannya berulang kali. "Kenapa tiba-tiba jadi dingin?"

Lantas Lady Bona mengedarkan pandangan dan terkejut kala melihat Lord Gavriel berjalan seorang diri di tengah-tengah kabut menuju istana.

Gilbert dan yang lainnya was-was seketika. Mereka memasang posisi berjaga-jaga.

Lady Bona langsung berujar dengan panik. "Pergi, Eva! Gilbert! Bawa Eva pergi! Lindungi dia!"

Gilbert dan beberapa ras lycan langsung menarik Rebecca dan Eva menuju ke pemukiman lycan. Panik melanda. Celakanya, Lord Milson dan Zinki belum kembali dari The Black Soil.

Lady Bona mencoba untuk tenang. Dia memberi kode pada Joanne dan Lord Isaak untuk tidak melakukan penyerangan. Sebab Lord Gavriel bukan tandingan mereka.

"Damares, ambil ramuan raxil-nya," kata Bona. Sehingga Damares langsung melesat masuk ke dalam istana.

Lord Gavriel memasuki gerbang istana barat Clan Akennaton dengan sorot yang tak biasa. Tatapan murkanya seolah ingin membunuh siapapun.

Rupanya, nyali Lord Gavriel lebih besar daripada Lord Milson. Lord Gavriel bukan tipe diabolus pecundang yang menyerang dari kejauhan. Pria itu berani mengusik ketenangannya. Maka Lord Gavriel menginjak wilayah Lord Milson seorang diri untuk melakukan pembalasan nyata.

Saat Raja Clan Dexter itu telah berdiri di depan Lady Bona, Joanne dan Isaak langsung bergerak mundur setelah diberi isyarat oleh Sang ratu.

Lady Bona yang kini tidak terlalu takut lagi dengan kehadiran Lord Gavriel langsung menyambut. "Selamat datang, Lord. Fraksi barat tak memiliki banyak pemukiman. Aku juga tidak tahu apakah Lord Victor akan mengizinkan kita untuk berjalan-jalan di pemukimannya."

Lady Bona mengira tujuan kedatangan Lord Gavriel adalah untuk menagih balas budi terkait jalan-jalan di pemukiman Clan Akennaton. Mengingat Lord Gavriel pernah menyinggung hal itu saat di Clan Asten.

Tak lama kemudian, Damares datang. Pria itu menyerahkan botol ramuan raxil milik Lord Gavriel pada Lady Bona.

Lady Bona dengan pikiran terbukanya masih bertahan. Ia beranggapan bahwa Lord Gavriel sebenarnya adalah pria yang baik. Sebab pria itu telah melindunginya dua kali. Meski, pria ini telah mencurigainya berkali-kali, tetapi ancaman Lord Gavriel tak pernah berwujud nyata.

Lantas Lady Bona berkata, "Apa aku sudah berterima kasih padamu, Lord? Kalau belum, kuharap kau menerima ucapan terima kasihku. Aku tahu kau pria baik, tapi aku tidak membutuhkan ini." Bona menyodorkan ramuan raxil pada pria itu.

Dahi Lord Gavriel berkerut tak senang. Ia dibuat bingung pula marah saat melihat ramuan raxil-nya masih utuh. Ia bertanya-tanya, lalu apa yang Lady Bona gunakan sehingga bisa bertahan di Clan Akennaton?

Gelagat Lady Bona yang seakan menyembunyikan sesuatu membuat Lord Gavriel langsung membuka tudung jubah gadis itu.

Dan terlihatlah mata sembabnya. Pinggiran kelopak mata Lady Bona bahkan tampak memerah. Meski begitu, Lord Gavriel menolak iba dan enggan bertanya.

Lalu mata Lord Gavriel tertuju pada lekukan leher Sang Lady. Kali ini berbeda. Lord Gavriel tak lagi mengabaikan. Dengan sekali tatapan, jejak merah di leher Bona yang masih membekas langsung ia lenyapkan. Dan Damares menyadari hal itu.

"Kuharap kesalahpahaman ini berakhir dan kita bisa menjalin pertemanan yang baik."

Lord Gavriel membuang botol ramuan tersebut lalu menginjaknya hingga pecah. Lady Bona menatap ujung sepatunya yang terciprat ramuan raxil.

"Hari ini pendampingmu cari masalah denganku. Dia membuat bangunan di pemukiman clan-ku mencair," desis Lord Gavriel dengan tatapan dingin.

Lady Bona terkejut mendengarnya. Senyuman Ratu Akennaton itu langsung memudar.

"Kau salah besar mengharapkan pertemanan dariku. Aku tidak pernah mau berteman dengan siapapun." Tatapan Lord Gavriel berubah mengerikan. Bahu pria itu tampak naik turun menahan gejolak amarah.

"Dekat-dekat dengan manusia menjijikkan sepertimu saja aku tak sudi."

Percuma usaha Lady Bona menyembunyikan Eva. Sebab sebelum Lord Gavriel menginjak Akennaton, pria itu sudah tahu bahwa ada manusia di sana. Dan kehadiran Eva dan Lady Bona akan menjadi pembalasan untuk Lord Milson.

Lady Bona berusaha menyembunyikan gelagat takutnya. Kini ia paham tujuan Lord Gavriel ke sini. Raja Clan Dexter itu akan menuntut pembalasan atas ulah Lord Milson.

Lady Bona angkat dagu seolah menunjukkan bahwa ialah Sang penguasa dari tanah api. Dan dia tidak takut pada pria itu. "Tidak mengherankan Lord Milson mengusikmu. Mengingat bagaimana kau yang lebih dulu mengusik kehidupan ratunya."

Lady Bona terkejut saat Lord Gavriel melesat dan mencengkeram tangannya begitu kuat. Lady Bona meringis hebat. Membuat Damares dan ras lain yang memantau dari belakang langsung bergerak was-was.

Lord Gavriel mendekatkan wajah ke telinga Lady Bona lalu berbisik. "Dulu aku pernah menyukai seorang wanita. Sebelum perasaanku terlalu jauh, aku membunuhnya. Hingga detik ini, aku tidak pernah menyesal."

Suara dingin Raja Clan Dexter itu membuat bulu kuduk Lady Bona meremang. Lady Bona tak tahu mengapa Lord Gavriel mengatakan ini padanya. Pria itu selalu tak bisa ditebak

Lady Bona merasa ketakutan. Seharusnya ia tak pernah mengharapkan pertemanan dengan pria berbahaya sepertinya.

Lord Gavriel merupakan musuh yang mutlak. Dan kali ini, perkataan pria itu terasa seperti ancaman nyata.




_________________________________________

Hai guys

Seneng banget liat banyak reader baru berdatangan. Welcomeeee

Aku heran kenapa banyak banget yg salah paham, atau kalian yg kurang teliti (?)

Aku tegasin sekali lagi bahwa diabolus itu awet muda ya. Mereka gada yg kaya nenek nenek bungkuk yg jalan pake tongkat, apasih. Lord Ladarius kalau berdiri bareng Eduardo casmira sm bona aja keliatan kaya seumuran. Aku juga udah jelasin di awal awal chapter hadeuh

#ceritanya akuni ngebela gavriel. Soalnya kmarin dia nangis dipojokan gegara dibully sm kalian🤣

Btw seru banget ya teori konspirasi di sebelah. Konspirasi utk chapter ini ada ga ya?

Sampai jumpa di chapter 33!

Dilla, istri SAHnya suholkay❤

Continue Reading

You'll Also Like

257K 1.4K 11
nina and papa (21+)
2.6M 141K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
226K 17.3K 18
[SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR!!] Jiwanya berpindah memasuki raga permaisuri didalam novel? Bukankah terdengar aneh dan gila? Tentu saja, t...
72.7K 4.4K 19
Karena tertabrak truk angkutan saat sedang menyebrang, stela mati dan terbangun di tubuh salah satu figuran yang hanya disebutkan namanya sekali di d...