HAMA [COMPLETED]

By -Esqueen

23.1K 3.1K 452

Bagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia... More

[]Prolog[]
[] Part 1 []
[]Part 2[]
[]Part 3[]
[]Part 4[]
[]Part 5[]
[]Part 6[]
[]Part 7[]
[]Part 8[]
[]Part 9[]
[]Part 10[]
[]Part 11[]
[]Part 12[]
[]Part 13[]
[]Part 14[]
[]Part 15[]
[]Part 16[]
[]Part 17[]
[]Part 18[]
[]Part 19[]
[]Part 20[]
[]Part 21[]
[]Part 23[]
[]Part 24[]
[]Part 25[]
[]Part 26[]
[]Part 27[]
[]Part 28[]
[]Part 29[]
[]Part 30[]
[]Part 31[]
[]Part 32[]
[]Part 33[]
[]Part 34[]
[]Part 35[]
[]Part 36[]
[]Part 37[]
[]Part 38[]
[]Part 39[]
[]Part 40[]
[]Part 41[]
[]Part 42[]
[]Part 43[]
[]Epilog[]

[]Part 22[]

315 49 3
By -Esqueen

Sebuah motor KLX oranye memasuki area parkiran. Pengendara motor itu segera mematikan mesin saat motornya sudah berhenti mulus di tempat yang kosong.

Ia masih menahan beban motornya saat ia merasakan sepasang tangan memegang bahunya guna membantu pemilik tangan itu turun.

Nathan, sang pengendara motor itu mulai membuka helm miliknya saat seseorang yang di boncengnya telah turun terlebih dahulu.

Nathan menyimpan helmnya pada kaca spion, setelahnya pemuda itu mengambil helm lain yang tersodor padanya. Menyimpan helm itu di spion yang satunya.

"Gue ke ruang guru dulu. Lo duluan," ucap Nathan seraya turun dari motornya.

"Siapa juga yang mau bereng lo. Wlee," ucap seorang gadis yang Nathan bonceng dengan juluran lidah di akhir kalimatnya. Siapa lagi kalau bukan Andara Reva?

"Siapa tau aja sih," balas Nathan. Tanpa menunggu jawaban dari Reva, pemuda itu mulai berjalan meninggalkan parkiran. Pergi menuju arah ruang guru.

Saat Reva hendak melangkahkan kakinya untuk pergi juga, sebuah panggilan menghentikannya.

Reva menengok sisi kirinya, melihat sesosok pemuda yang baru saja turun dari motor matic birunya. Dapat Reva lihat pemuda itu berjalan ke arahnya dengan senyuman cerah.

"Pagi," ucap orang itu.

"Pagi juga," balas Reva seraya mulai berjalan. Begitupun dengan sosok pemuda tadi. Mereka berjalan beriringan di sepanjang koridor guna menuju kelas masing-masing.

"Re, pulang sekolah mau lihat pameran lukisan gak?" tanya pemuda itu di tengah acara jalan mereka.

"Sama siapa?" tanya Reva.

"Sama gue. Berdua," balas pemuda itu  seraya memperlihatkan dua buah tiket pameran yang ia rogoh dari saku seragamnya.

Reva tampak menimang, ia bingung ingin menjawab seperti apa. Baru saja Reva ingin menjawab dan menolak ajakan pemuda itu, namun, bayangan tentang perbincangannya dengan Nathan semalam terputar di otaknya.

Mobil yang dikendarai Nathan melaju meninggalkan taman setelah menurunkan Elvin di sana.

Nathan melirik ke sebelahnya, melihat Reva yang yang tampak asik dengan ponselnya. Nathan berdeham pelan. "Re, lo beneran takut sama cowo?" tanyanya.

Reva yang tengah bertukar pesan dengan salah satu temannya menghentikan aksi mengetiknya. Dia menoleh ke arah Nathan yang tampak fokus ke arah jalanan. "Lo kira gue bohong?" tuturnya yang malah balik bertanya.

Nathan menghembuskan nafasnya kasar. Adiknya ini memang selalu sewot jika berbicara dengannya, padahal dia sedang bicara serius saat ini.

"Gak gitu juga, onta. Saran aja sih, coba lo jangan suuzon dulu sama cowo. Apalagi Elvin, dia cowo baik. Jangan bandingin dia sama si berengsek Alvaro itu," ucap Nathan.

Reva mematikan ponselnya dan memilih memangku ponsel itu. "Gue juga maunya gitu. Tapi yah, mau gimana lagi? Rasa takutnya dateng gitu aja. Lo gak tau sih rasanya."

"Cobain aja lo deket sama Elvin. Bukannya mau jodohin, yah. Jangan suuzon. Asal lo tau aja, gue itu abang lo, gue juga gak mau liat lo gampang takut sama cowok. Gue gak tau sih cara gue bener apa enggak. Tapi, lo coba buka diri lo, jangan terlalu menjauh. Gak semua cowo sama. Apalagi Elvin, gue kenal dia. Gue jamin dia gak akan macem-macem," ujar Nathan.

"Tumbenan lo bisa nasehatin gue, Nat? Abis makan apa lo?" tanya Reva yang malah merusak suasana.

Nathan mendengus. "Dibilangin juga. Ah, intinya gitu lah. Tapi inget juga jangan berlebihan. Kalau Elvin gue jamin dia baik, tapi kalau cowo lain lo harus kenalin juga sama gue. Biar gue tes dulu. Urusan ini gak boleh bantah. Titik," tutur Nathan.

"Iya iya abang Nathan. Eh, abang badak maksutnya."

Kembali pada saat ini, melihat Reva yang tak kunjung menjawab, cowo di sampingnnya menghela nafas kecewa. "Kalau gak mau, gak apa-apa, kok, Re," ucapnya.

Reva tersadar dari acara flasbacknya, ia kemudian menoleh ke arah orang di sampingnya. Tersenyum kecil kemudian menjawab, "Gue mau kok, El."

Elvin, pemuda di sampingnya ini tersenyum senang. "Oke. Pulang sekolah, yah. Kalau gitu gue masuk kelas dulu. Sampai nanti," ucapnya yang diangguki Reva.

"Santai, Re santai. Kali-kali dengerin saran si badak. Siapa tau bener," gumam Reva pelan. Kemudian gadis itu memasuki kelasnya, tepat di sebelah kelas Elvin.

=====

Reva membulatkan matanya saat berbagai macam lukisan terpampang jelas di matanya. Ia memang tak mengerti soal lukisan, tapi mau bagaimanapun juga, lukisan-lukisan di depannya ini terlihat sangat indah dan mengangumkan. Maklum sih Reva begitu, orang ini pertama kalinya Reva mengunjungi pameran lukisan.

Reva berjalan pelan guna melihat-lihat lukisan yang lainnya. Di sampingnya ada Elvin yang juga melakukan hal yang sama.

"El, lo suka lukisan?" tanya Reva tanpa mengalihkan pandangannya.

"Suka. Gue juga lagi tahap belajar tentang dunia seni lukis," jawab Elvin.

Reva membulatkan mulutnya, sehingga kata 'oh' keluar dari sana.

"Kapan-kapan lukis wajah gue yah, El," ucap Reva.

Elvin yang tengah memperhatikan sebuah lukisan wajah seseorang, menoleh ke arah Reva. "Pengen sih. Tapi sayangnya gue belum pandai."

"Kan gue bilangnya kapan-kapan, El. Mau pas gue dah beranak juga gak apa-apa," ucap Reva sedikit bergurau.

Elvin tertawa kecil, ada-ada saja jawaban Reva ini.

Sekitar 2 jam lebih sudah mereka berada di pameran itu, akhirnya Elvin mengajak Reva pulang. Toh, ini juga sudah sore, bahkan menjelang magrib.

Di samping motor Elvin, Reva terdiam. Gadis itu sama sekali belum menaiki motor milik Elvin, padahal Elvin sudah menyuruh gadis itu agar menaikinya.

"Re, gak mau naik, nih?" tanya Elvin yang entah untuk keberapa kalinya.

Reva masih terdiam seraya menatap motor Elvin, dia meneguk ludahnya kasar, lagi, jatungnya berdetak tak karuan. Rasa takut merayap memasuki dirinya, keringat dingin bahkan timbul di keningnya.

Elvin yang melihat gelagat aneh dari Reva menjulurkan tangannya. Berniat menyentuh gadis itu dan menyadarkannya. Namun, belum sampai Elvin menyentuh Reva, Reva malah menghindar kasar. Hal itu tentu saja membuat Elvin terkejut.

"Ah, Eh, maaf, El. Tadi ada gajah terbang lewat," ujar Reva yang merasa tak enak. Tapi, alasan gadis itu sama sekali tak masuk akal. Mana mungkin kan Elvin mau percaya?

"Ada-ada aja lo, Re. Kenapa? Lo gak bisa yah naik motor kayak gini?" tanya Elvin.

Reva terkejut, bukan, bukan itu maksudnya. Dengan kuat Reva menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan gitu, El. Gue, em, itu, apa, ah iya kebelet. Gue tadi kebelet. Iya bener, kebelet," jawab Reva.

Elvin terkekeh, merasa gemas akan jawaban gugup dan ekspresi gadis itu. "Kalau kebelet cepetan naik. Kita pulang," ucap Elvin.

Reva mengangguk, masih dengan ragu dan rasa takut yang masih ia rasakan. Reva mulai menaiki motor Elvin. "El, langsung pulang ke rumah gue kan, ya?" tanya Reva.

Elvin mengangguk, "iya, Re. Emang mau kemana dulu?" jawab dan tanya Elvin. Pemuda itu mulai melajukan motor maticnya membelah jalanan kota.

"Bener yah, ke rumah gue?" tanya Reva lagi.

"Iya, Re. Rumah lo dimana?"

"Regalcy Regency."

"Oke," balas Elvin singkat. Dalam hatinya terbesit rasa penasaran akan tingkah Reva yang menurutnya aneh ini. Kenapa juga wajah Reva tampak takut tadi? Toh dirinya bukan orang jahat kan?

Sedangkan disisi Reva, gadis itu kini sedang dag-dig-dug tak karuan. Padahal ia sedang berada di jalan raya ramai kendaraan, namun rasa takutnya itu tak kunjung hilang juga.

Kedua tangannya mencengkeram erat tali tasnya. Keringatnya tambah banyak saat ini. Padahal cuaca saat ini tak panas panas amat. Orang sudah mulai malam juga.

Beberapa saat Reva menahan rasa tak enaknya itu. Akhirnya Reva bisa bernafas lega saat motor Elvin sudah memasuki daerah perumahannya. Perlahan Reva menghembuskan nafasnya, kemudian dia segera menormalkan wajahnya yang tadi tak karuan.

Reva turun dari motor saat Elvin sudah menghentikan motor itu tepat di depan rumah Reva. Mengucap terima kasih setelah itu masuk ke dalam rumahnya.

Reva menghempaskan dirinya di sofa ruang keluarga, menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mulai memejamkan matanya. Niatnya sih ingin menenangkan diri. Namun, saat sosok Nathan muncul di ruang keluarga, jangan harap Reva bisa tenang.

"Abis jalan, nih. Ada oleh-oleh gak?" tanya Nathan yang duduk tepat di sebelah Reva.

Reva membuka matanya, dia mendengus. "Oleh-oleh your head!" ucapnya.

"Kepala gue mah bukan oleh-oleh atuh Reva. Gimana sih?"

"Lupain, Nat, lupain. Jangan mulai ngeselin, gue capek," ujar Reva.

Nathan tertawa, dia memberikan botol air mineral yang ia bawa dari dapur ke arah Reva. "Minum," suruhnya.

Reva menerima botol itu, membuka tutupnya dan mulai menegak air di dalamnya.

"Gimana? Masih takut?" tanya Nathan.

Reva mengusap mulutnya yang sedikit basah, kemudian menaruh botol minumnya di atas meja. "Ya gitu. Sama sekali gak berubah. Rasanya mau pingsan aja deh," jawab Reva.

"Gak apa-apa, usaha aja dulu. Elvin baik kan?"

Reva mengangguk menanggapi ucapan Nathan. Dia kemudian merebahkan dirinya di sofa. Tak peduli dengan kakinya yang menindih paha Nathan. Ia hanya ingin istirahat sekarang.

Nathan mendengus, namun dengan kerendahan hatinya itu, Nathan membiarkan saja kaki Reva disana. Untuk saat ini saja ia melakukan itu, karna yah, tau sendiri Andara Reva sedang tidak baik-baik saja.

=====

Krisarnya dong maniez. Votenya juga dong, biar aku bahagia. Ngahahahaha. Pai-pai.

----------TBC----------

Continue Reading

You'll Also Like

33.2K 2.3K 26
Bab masih lengkap | Sudah terbit Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon Rex Publishing. Di tulis oleh dua orang. Aya Sovia dan Kh...
4.2M 206K 53
"Kamu nggak akan tau gimana rasa nya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti permata" "Kecuali kalau kamu temenan sama cowok..- Raina Claris...
3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY โ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...