Diabolus

By Dillaft

576K 86.5K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Thirty One: Crazy Speculation

9.4K 1.7K 1.3K
By Dillaft

Ratusan ribu tahun yang lalu ketika masa di mana Lord Zion, anak Lucifer yang menjadi satu-satunya iblis yang bertahan di dunia alam bawah sementara saudaranya yang lain telah kembali ke neraka, memecah kekuatan anak-anaknya menjadi lima elemen lantaran mereka berkomplot untuk menggulingkan Lord Zion atas takhtanya di dunia alam bawah.

Maka terbentuklah lima clan dengan elemen yang berbeda selepas Lord Zion kembali ke neraka. Yakni; Clan Akennaton, Clan Asten, Clan Akins, Clan Aneor dan Clan Ausar.

Diceritakan bahwa sejak dulu Clan Akennaton tersohor akan kehebatannya. Rumah bagi penghuni diabolus elemen api itu sudah sedari dulu dicap sebagai clan terkuat dan yang paling ditakuti di dunia alam bawah.

Menurut sejarah, ada raja yang begitu melegenda akan kekuatannya. Dia raja kedua clan api, Dominic Akennaton.

Kekuatannya begitu mendominasi. Semua ras takluk dibawah kaki Lord Dominic secara paksa. Bahkan Dominic sempat menguasai seluruh clan di dunia alam bawah dengan cuma-cuma.

Bukan dengan pertumpahan darah. Bukan dengan kesepakatan. Bukan pula dengan penawaran menggiurkan. Melainkan, karena adu domba.

Lord Dominic begitu licik dan pandai memasang topeng. Dia mengadu domba raja-raja lain agar peperangan tercipta. Lalu diakhir, Dominic akan datang sebagai Sang pelerai dan Sang penolong bagi pihak yang kalah. Kemudian merampas takhta mereka tanpa nurani.

Dia iblis yang terkuat pada masa itu. Tak ada yang dapat mengalahkannya. Semua tunduk di bawah kaki Lord Dominic. Dia begitu kejam bahkan pada rakyatnya sendiri.

Dia ingin dipuja. Ingin disembah. Sebab ia menganggap bahwa kekuatannya setara dengan kuasa Tuhan.

Berdasarkan buku, dicatat bahwa Lord Dominic memiliki kekuatan langka yang begitu berbahaya. Yaitu; dapat menghentikan waktu, membuat ilusi, menciptakan kloning diri sendiri maupun makhluk lain, shifter (dapat berganti wujud dalam bentuk apapun), kekuatan healing yang luar biasa cepat dan kekuatan lainnya yang belum diketahui secara pasti.

Pemerintahannya merupakan masa kelam dan mimpi buruk bagi semua ras. Oleh karenanya, semua makhluk dunia alam bawah bersatu untuk mengalahkan raja kedua clan api itu.

Sejarah mengatakan bahwa kekuatan Lord Dominic dicuri oleh komplotan Sang pejuang kebebasan. Mereka menjatuhkan Sang raja dengan keberingasan atas nama pembalasan dendam yang sudah lama meminta penuntasan.

Hari bersejarah itu akhirnya berakhir suram. Lord Dominic mati di tanah hitam dan tenggelam bersama kisahnya yang kelam.

Kedatangan Zinki menghentikan bacaan Lord Milson. "Selamat pagi, Lord. Apa Anda butuh sesuatu?"

Bukan apanya. Sudah dari kemarin siang Zinki berdiri di depan pintu ruangan. Ia belum tidur sama sekali lantaran menanti Sang tuan.

Alih-alih menjawab, Lord Milson malah balas bertanya. "Sudah pagi?" tanyanya terkejut.

"Ya, Lord."

Lord Milson mengacak rambutnya kasar. Pria itu langsung keluar dari ruangan pribadinya lalu berjalan menuju kamar Sang ratu. Ia tak menepati janjinya pada Bona.

Selalu seperti itu. Milson selalu lupa waktu bila sudah berhadapan dengan buku.

Setibanya di kamar Lady Bona, kebingungan pula kemarahan langsung terpancar di mata Lord Milson. Terlebih setelah Zinki dan lycan lain telah membantu mencari di penjuru istana, Lady Bona dan pelayannya tetap tak ditemukan.

Hanya ada dua kemungkinan di mana Sang Lady berada. Di Clan Aneor bersama Lady Caitlyn atau di Clan Asten bersama kedua kakaknya.

Lord Milson lebih memilih opsi kedua. Maka Raja Akennaton itu membuka portal menuju Clan Asten dan berakhir di kediaman lama Lady Bona.

Seperti dugaan Milson, Lady Bona bersama kedua kakaknya ada di sana. Namun, Lord Gavriel turut serta bersama mereka.

Suasana hati Lord Milson menjadi semakin rusak begitu menyadari kehadiran pria itu. Banyak spekulasi negatif bermunculan di kepala. Termasuk kemungkinan bahwa Clan Asten berkhianat.

Ketika tatapan dingin Lord Milson dan Lord Gavriel bertemu, ketegangan langsung mengisi ruangan. Lord Eduardo mengawasi keduanya dengan wajah penuh kewaspadaan.

Dua diabolus yang dianggap paling berbahaya di dunia alam bawah itu seakan ingin saling menerkam, tanpa melibatkan perkelahian.

Puncak dari situasi bersitegang ini beralih melibatkan perkelahian sungguhan lantaran Lord Gavriel ikut campur. Penguasa Clan Dexter itu bertindak seolah melarang Lady Bona kembali bersama Lord Milson.

Lord Gavriel berdiri di depan Lord Milson seolah menantang dan menyembunyikan Lady Bona di belakangnya.

Lord Milson menggeram penuh amarah. Tangannya mengeluarkan percikan-percikan api. Tanduk merahnya tampak memanjang.

Raja Akennaton itu kemudian menendang perut Lord Gavriel hingga terhempas jauh ke belakang.

Lord Gavriel bangkit dengan tatapan murka. Penguasa Clan Dexter itu melesat begitu cepat dan menghantam kuat wajah Lord Milson hingga hidungnya berdarah.

Mereka semua panik. Situasi berubah mencekam. Lady Bona menyaksikan perkelahian mereka dengan jantung berdebar.

Lord Milson melesat begitu cepat lalu menusuk perut Lord Gavriel menggunakan cakarnya dengan membabi buta. Tangan pria itu menembus masuk ke dalam seakan ingin mengeluarkan isi perut Lord Gavriel.

Namun, tak terjadi apa-apa. Ketika Lord Milson menengadahkan kepala, Lord Gavriel sudah menghilang dan kini telah berdiri di belakangnya.

Bona berteriak histeris saat Lord Milson ditikam dari belakang.

"Milson!"

Semuanya langsung terpaku. Terutama Lady Bona yang bahunya telah merosot lemas bak membeku. Sementara Lord Gavriel menanti tubuh Lord Milson tumbang dan terbujur kaku.

Namun, Lord Milson masih berdiri dengan kokoh, meski sebuah pisau menusuk punggung hingga menembus perutnya. Penguasa Clan Akennaton itu mencabut pisau tersebut sehingga lukanya langsung menutup dalam hitungan detik.

Lord Milson dan Lord Gavriel terdiam sesaat sebelum akhirnya tangan Milson kembali melayang ingin menusuk dada Sang lawan.

Lady Bona menghalangi. Pisau yang melaju begitu cepat membuat Lord Gavriel sigap melindungi wajah Bona yang nyaris tertusuk.

Lady Bona terkesiap, menyaksikan tangan Lord Gavriel yang berdarah di depan mata.

Rupanya, bukan hanya Lord Milson saja yang memiliki kekuatan healing yang begitu cepat. Lord Gavriel pun punya. Terbukti saat lukanya langsung menutup setelah pria itu mencabut pisau yang menancap di telapak tangannya.

"Tolong, hentikan." Lady Bona menggigit bibir bawahnya takut. Dia menggenggam erat tangan Lord Milson saat amarah masih berkelabat di mata pria itu.

Lady Bona kemudian menatap Lord Eduardo, memberi kode melalui tatapan agar ditinggal berdua bersama pendampingnya saat perkelahian mereka sudah berakhir.

"Ayo." Lord Eduardo menarik Lady Casmira keluar dari kamar Bona. Percayalah. Pria ini tak lagi merasa takut setelah spekulasi gila mengisi kepalanya.

Damares buru-buru mengambil ramuan raxil milik Lord Gavriel di atas meja lalu menyusul.

Mereka semua sudah keluar. Namun, kaki Lord Gavriel masih bertahan di sana. Pria itu menatap Sang lawan dengan mata nyalang. Permusuhan mereka terlihat seolah sudah mendarah daging dan tak dapat diganggu gugat. Tanpa penjelasan dari mulut, mata mereka sudah dapat menggambarkan itu semua.

Lord Milson dan Lord Gavriel sadar bahwa mereka adalah lawan yang sepadan. Dan keduanya tahu bahwa perkelahian ini bukan menjadi yang terakhir.

"Lord? Tolong..." Ketegangan retak kala Lady Bona bersuara.

Mata Lord Gavriel beralih pada Lady Bona lalu berakhir pada genggaman tangan mereka.

"Lord, aku tidak bermaksud..." Belum selesai Bona berucap, Lord Gavriel langsung pergi begitu saja lalu menutup pintu dengan kasar.

Ditinggal berdua menjadikan keheningan langsung berkuasa. Lady Bona langsung mengecek perut dan punggung Lord Milson dengan tatapan khawatir.

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan sederhana itu tak kunjung dijawab. Lord Milson bungkam seribu bahasa dengan amarah di dada dan kecurigaan di kepala yang menolak enyah.

Lady Bona yang menyadari ini langsung memeluknya. Gadis itu menenggelamkan wajah di dada pria itu untuk melepas segala rindu dan ketakutan terbesarnya bahwa pria itu akan meninggalkannya.

"Katakan sesuatu, Milson."

Lord Milson masih bungkam dengan tangan terkepal. Ketika Lady Bona berdongak dan mata mereka bertemu, Penguasa Akennaton itu menemukan pancaran asing di mata Sang Lady. Lord Milson tahu bahwa Bona menyembunyikan sesuatu darinya.

Pikiran negatif mulai menyerbu. Rasa percaya diri Milson langsung runtuh. Pikiran negatif tanpa bukti nyata itu malah menghadirkan sesak sendiri di dada.

Apa Lady Bona mengkhianatinya?

Ingin Milson marah dan memaki Lady Bona dengan semua perkataan paling kasar yang pernah ada. Namun, untuk mengumpat saja ia tak berdaya.

Dan Lady Bona menyadari kerisauan pria itu. "Tolong, singkirkan pikiran negatifmu. Kau tahu betul bahwa aku hanya milikmu. Dia tamu Lord Eduardo dan Lady Casmira. Kami tak berniat berkomplot untuk mengkhianatimu. Ini hanya pertemuan biasa."

Namun, penjelasan itu tak mampu mengusir amarah Lord Milson. Lantas pria itu masuk ke dalam portal tanpa mengatakan apa-apa.

Lady Bona begitu sedih selepas Lord Milson menghilang bersama portalnya.

Lady Bona merenung cukup lama dengan perasaan bersalah yang amat besar.

Ratu Clan Akennaton itu kemudian melangkah ingin keluar dari kamar. Namun, setelah ia membuka pintu, wajah dingin Lord Gavriel langsung menyapa.

Lady Bona tak mampu lagi berucap apa-apa. Gadis itu menarik tangan Lord Gavriel menuju pintu keluar.

Berlatar di teras kediamannya, Lady Bona langsung menghela napas kasar untuk melepaskan segala penat yang tersisa di kepala.

"Baiklah, Lord. Aku akan menyimpan ramuan raxil-mu kalau itu membuatmu senang. Tapi, kumohon pulanglah. Hariku sudah cukup kacau melihatmu berkelahi dengan Lord Milson. Jangan ada perkelahian kedua lagi," jelas Lady Bona dengan tatapan marah.

Namun, amarahnya langsung lenyap setelah mengingat bahwa Lord Gavriel telah menolongnya. Sehingga Lady Bona meraih tangan pria itu dan tak menemukan luka apapun di sana.

"Mana lukamu?" Lady Bona berdongak dan langsung merinding sendiri tatkala melihat tatapan murka pria itu.

"Kenapa kau menghentikan perkelahianku? Apa aku terlihat lemah sehingga butuh pertolonganmu?" Lord Gavriel membentak dengan amarah menggebu-gebu. Harga dirinya terluka saat tadi Lady Bona membantu menghalangi serangan Lord Milson.

Lady Bona menggeleng keras. "Tapi, kau balas melindungiku, kan? Maafkan aku kalau itu membuatmu tersinggung, Lord. Aku tidak bermaksud meremehkanmu."

"Menjauhlah dariku!" Lord Gavriel berdesis dengan tatapan tajam. Tangan kanan pria itu terkepal kuat. Ia menatap Lady Bona seolah gadis itu adalah makhluk paling menjijikkan di dunia.

"Mau menjauh bagaimana? Kau memegang tanganku!"

Lord Gavriel menunduk ke bawah. Baru menyadari bahwa tangan kirinya memegang tangan Lady Bona. Sontak Raja Clan Dexter itu langsung menepis tangan gadis itu dengan kasar.

Lord Gavriel tenggelam dengan pikiran beberapa saat. Netra kuning gelap pria itu menyapu wajah Sang Lady. Pria itu hanyut sendiri dalam kebingungan terkait sebenarnya apa tujuannya datang ke sini?

Lalu Lord Gavriel tiba-tiba kembali marah. Pria itu bahkan mendorong Lady Bona dengan kasar hingga terjatuh di atas pasir.

Lady Bona meringis kuat. Saat ia berdongak ingin memaki, tubuh Lord Gavriel sudah berubah menjadi gumpalan kristal es dan mencair di depan kakinya.

Lady Bona berdiri dengan wajah tertekuk kesal lalu masuk ke dalam kediamannya.

Ketika berada di dalam, tatapan misterius Lord Eduardo langsung menyambut.

Penguasa Clan Asten itu mendekat dan menatap Sang adik dari kaki hingga ujung kepala.

Pria itu terlihat sedang berpikir keras dengan segala spekulasi yang tadinya adalah keraguan, kini berubah menjadi kemungkinan.

Lady Casmira yang sudah sedari tadi merasa bingung dengan keanehan Lord Eduardo berpikir bahwa kakaknya itu sepertinya sudah gila.

Namun, Lady Casmira tak punya waktu untuk memikirkannya. Princess Clan Asten itu mengambil ramuan raxil di tangan Damares dan lebih memilih mencari cara barangkali ramuan itu bisa dibagi dua untuk mengibuli Lord Gavriel.

Lalu mereka semua terkejut tatkala Lord Eduardo tiba-tiba bersuara. "Mengapa aku baru menyadari bahwa Bona secantik ini?"

Lady Bona dan Lady Casmira langsung dibuat melongo.

Damares bahkan menoleh dengan tatapan horror. Ini pertama kali Eduardo memuji tuannya. Dan itu terdengar lebih menyeramkan daripada semua umpatan kasar yang pernah ia dengar.

"Apa Asten sudah kehabisan gadis-gadis cantik?" Lady Casmira bertanya-tanya. Kemudian menutup dadanya dengan tangan. "Jangan katakan bahwa kau bernafsu dengan Adikmu sendiri?"

Lord Eduardo menoleh dengan tatapan licik. "Bagaimana kalau kukatakan bahwa mulai sekarang kita tak perlu takut lagi dengan kedatangan Lord Gavriel?"

●●●


Di malam hari, atmosfer Clan Dexter terasa lebih dingin dari biasanya. Semua penghuni clan elemen es bisa langsung tahu bahwa Sang raja sedang dalam kondisi tidak baik. Kemurkaan merupakan pemicu utama dari hawa menegangkan yang menyelimuti malam yang gelap gulita ini.

Yesica dan Toni tahu betul itu. Mereka sudah mengenal baik karakter Sang tuan setelah ribuan tahun tunduk di bawah kakinya.

Sepulang dari Clan Asten, Lord Gavriel terlihat begitu marah, tetapi tidak melakukan aksi apa-apa sebagai pelampiasan. Penguasa Clan Dexter itu hanya terdiam dengan aura gelap yang menyeruak keluar dari tubuhnya.

Lady Alexa yang turut merasakan aura mengerikan ini hanya bisa menunduk dengan tangan gemetar. Bukan hanya Lord Toni dan Yesica yang sadar. Namun, Lady Alexa pun tahu bahwa kemungkinan ada kejadian buruk yang terjadi setelah ini.

Lady Helena melirik Sang raja di singgasana. Berusaha menerka alasan apa yang membuat pria kaku sedingin es itu begitu marah.

Yesica mendekati Sang tuan dan meraih tangannya. Gadis siren itu kemudian mendaratkan lidah di telapak tangan Lord Gavriel. Sehingga segala perasaan pria itu langsung ikut tersalur di pikiran Yesica.

Yang paling mendominasi adalah kemarahan. Pula ada kerisauan. Ketika lidah Yesica menemukan sedikit rasa manis yang tersamar, wajah gadis siren itu langsung berubah datar.

"Lord?"

Lord Gavriel tak menjawab. Pria itu hanyut dalam kubangan amarah yang tak bisa terucap melalui kata-kata.

Toni mendekat dan bisa langsung tahu maksud tatapan Yesica. Wajah vampire itu pun langsung berubah dingin. Mereka menunggu Sang tuan menyerukan perintah sementara keduanya telah mengancang-ancangkan kaki sebelum melakukan pembunuhan.

"Lady Helena." Lord Gavriel akhirnya buka suara.

Lady Helena membungkuk. "Ya, Lord?"

"Siapa ketua perkumpulan wanita sosialita?"

Dagu Helena terangkat angkuh. "Aku."

"Masukkan Alexa ke dalam perkumpulanmu." Lord Gavriel menoleh dengan sorot yang begitu dingin. "Clan Dexter siap menjadi tuan rumah di pertemuan selanjutnya."

●●●


Lady Bona menatap kosong ke depan sembari memikirkan keadaan Lord Milson. Mengingat kejadian tadi pagi sungguh membuat Bona stres dan bingung ingin berbuat apa.

Sementara Damares tengah menyuapnya dengan cubit demi cubit daging ikan bakar. Semuanya sungguh terasa kacau sekarang. Gelsy menghilang. Lord Gavriel yang selalu mengusik kehidupannya. Dan kini ia kehabisan ramuan raxil.

"Jangan khawatir, Lady. Lord Eduardo pasti akan membantumu. Ini hanya masalah waktu." Damares mencoba menghibur.

Lady Bona menghela napas gusar. Ya. Ini hanya masalah waktu, mengenai suatu saat nanti Lord Milson pasti tahu identitas Bona yang sesungguhnya. Lady Bona tahu bila saat itu tiba, mak kematiannya pun tidak akan lama lagi.

Ditatapnya ramuan raxil milik Lord Gavriel di nakas. Haruskah ia meminum ramuan itu saja?

"Menurutmu mengapa Lord Gavriel menolongku, Damares?"

Entahlah. Jauh dilubuk hati Lady Bona, ada secercah praduga bahwa sebenarnya Lord Gavriel telah mengetahui identitasnya.

Lord Gavriel selalu berlagak seolah ingin membunuh dan membongkar identitasnya. Namun, ketika ia memiliki kesempatan emas di hadapan Lord Milson, pria itu malah melewatkannya.

Yang menjadi masalah, apa Lord Gavriel itu seorang teman atau musuh?

"Jangan terlalu percaya dulu padanya, Nona. Sudah seratus tahun kau menghindari Lord Gavriel. Kau tahu betul bahwa pria itu berbahaya."

Lady Bona hanya bisa tersenyum kecut. Perhatian Damares teralih ketika mendengar pintu kediaman Sang tuan diketuk.

Lady Bona mengerutkan dahi. "Siapa yang datang malam-malam begini?"

"Tunggu di sini, Nona." Damares keluar dari kamar Bona lalu bergegas membuka pintu.

Dua pria diabolus bertrisula membungkuk. Mereka adalah pengawal Clan Asten. "Selamat malam, Tuan Damares."

Damares mengangguk singkat. "Ada apa?"

"Lady Bona memiliki tamu. Dia memaksa ingin bertemu. Katanya urusan penting."

Pengawal itu bergeser. Sehingga terlihatlah seorang gadis berjubah merah dengan aroma mermaid yang sudah sedari tadi berdiri di belakang.

Gadis itu berdongak dan langsung bertemu pandang dengan Damares.

"Apa perlumu menemui Lady Bona di waktu seperti ini? Apa kau tidak punya rasa hormat?"

"Aku punya sesuatu yang dia butuhkan." Gadis itu menunjukkan karung berukuran sedang. Suara isinya yang bergesekan membuat Damares langsung bisa menebak bahwa karung tersebut berisi puluhan botol.

Damares was-was seketika. Pria itu langsung menyuruh pengawal pergi.

Saat hanya menyisakan mereka berdua, gadis berjubah merah itu kembali bersuara. "Katakan pada majikanmu. Aku Latia Valeriant."

Wajah Damares langsung berubah dingin. Mengetahui bahwa gadis inilah yang bertemu dengan Sang tuan di Clan Dexter.

Damares mencengkeram kuat tangan Latia. Pria itu melotot tajam bak iblis sebenarnya. "Sekali kau melukai Lady Bona, aku tidak akan tinggal diam. Jadi, tutup mulutmu dan pergilah!"

Lady Bona keluar dari kamar. Gadis itu menuruni tangga dan menyahut dari dalam. "Siapa yang datang, Damares?"

Latia meringis saat Damares mendorongnya. Tak lama kemudian, Lady Bona muncul di depan pintu.

Dua gadis berdarah manusia ini bersitatap tanpa senyuman di bibir. Latia bahkan tak mau memberi penghormatan, meski ia tahu bahwa Sang Lady memiliki posisi yang penting.

Latia menjatuhkan karung di depan kaki Lady Bona. Damares langsung berjongkok dan membukanya. Isi karung tersebut membuat Lady Bona dan pelayannya terkejut. Puluhan wadah kecil berisi ramuan raxil dan ramuan glad ada di dalam.

"Masuklah, Damares," kata Lady Bona.

Terpaksa Damares mengindahkan. Pria itu mengambil karung tersebut lalu membawanya masuk.

Tatapan Lady Bona mulai melembut, walau Latia membalasnya dengan tatapan dingin. Gadis manusia itu menolongnya kembali. Lady Bona sungguh berterima kasih. "Kau..."

"Ramuan itu bisa kau gunakan selama lima tahun." Latia memotong perkataan Sang Lady. "Jadi, jangan tampakkan dirimu lagi di Clan Dexter. Aku akan menemuimu kembali lima tahun ke depan. Itupun kalau kau masih hidup."

"Kenapa kau bicara begitu?" Lady Bona tampak sedih. Ratu Akennaton itu mendekati Latia. Gadis manusia itu menyamarkan aroma tubuhnya dengan aroma mermaid.

Saat Latia berbalik ingin pergi, Lady Bona langsung menahannya. "Apa kita keluarga?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca. Besar kemungkinan bahwa Latia adalah keluarga Sofiya.

Latia menepis tangan Bona dengan kasar. "Aku tak sudi menjadi keluargamu!"

Tangan Latia terkepal penuh amarah. Ia terlihat kuat dengan tatapan dinginnya selama beberapa menit terakhir. Namun, akhirnya runtuh juga ketika matanya berkaca-kaca.

"Ibumu adalah gadis paling menjijikkan yang pernah kutemui! Dia menjebakku hingga aku bisa berada di sini! Dia mencuri identitasku! Sebenarnya aku bukan seorang valeriant! Dia membuatku menjalani kehidupan kotor seperti ini!" Suara Latia tampak bergetar.

Lady Bona begitu terkejut mendengarnya. Reflek ia mundur ketika perasaan bersalah langsung menghantam kepalanya.

Latia masih mengingat betul kejadian 103 tahun yang lalu ketika Sofiya datang bak seorang malaikat. Sofiya membebaskan keluarga Latia dari lilitan kemiskinan dan membiayai pengobatan ibunya.

Lalu saat Sofiya meminta kebaikannya dibalas, dia menjebak Latia untuk masuk ke dalam barisan para manusia berjubah merah yang akan dikirim ke dunia alam bawah untuk menggantikan posisinya. Sofiya adalah keturunan valeriant yang sebenarnya. Namun, karena Latia telah menggantikan posisinya, Sofiya bisa hidup bebas di dunia manusia dengan identitas palsu.

Selama 103 tahun lamanya Latia menjalankan hidup sebagai seorang budak vampire karena Sofiya. Hidupnya begitu menderita dan penuh dengan air mata. Sebab valeriant bukan hanya dijadikan makanan, tetapi juga sebagai pemuas nafsu bejat dari para vampire.

"Kau sama seperti Ibumu yang berusaha lari dari takdir! Aku tidak mau membungkuk di depanmu! Bagiku kau hanya manusia rendahan seperti Sofiya! Tak perduli kau seorang Princess atau Ratu. Karena darah budak tetap mengalir di tubuhmu!" Latia berdesis dengan tatapan tajam. Gadis itu menyeka air matanya dengan kasar.

Lady Bona ambruk di lantai. Tangan Ratu Akennaton itu gemetar hebat. Air matanya langsung merebak dan meluruh ke pipi.

"Jangan kunjungi Clan Dexter lagi. Aku saja bisa mengenalmu apalagi Lord Gavriel!"

Lady Bona berdongak dan menggertakkan gigi. Ia berusaha sekuat tenaga menahan isak tangis setelah mengetahui perbuatan jahat Sang ibu.

Bona menatap dalam mata Latia. Berharap akan menemukan kebohongan di sana. Namun, yang terpancar malah sebaliknya. Mata Latia bersorot akan kesedihan dan kemarahan yang begitu besar.

"Jangan cari tahu lebih dalam soal Lord Gavriel! Jauhi dia sebelum kejadian masa lalu terulang."






_________________________________________

Hi

Tim Lord Gavriel siaga satuuuuuuu

Kutunggu jiwa jiwa detektif di kolom komentar! Aku suka baca komentar pembaca yang berteori

Dan di chapter sebelah 1k, wow! Pasti krn pasukan spamnya diabolus ini :) aku sampe hapal yg suka nyepam lho. Makasih ya❤

Dan aku gapernah bosen baca komentar kalian walau hanya sekedar next next next next

Banyak juga yg ksh semangat lewat dm

Terdabest emang ni

Sampai jumpa di chapter 32!

Dilla, penonton setia true beauty yang tadinya tim suho eh pas nonton eps 8 oleng ke seojun, tepat sebelum suho cipok mba jukyung :) apa ga kretek tu hati

Continue Reading

You'll Also Like

313K 18.6K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
10.2K 1.3K 99
- NOVEL TERJEMAHAN - Detail Judul Singkat : LPJ Judul Asli : 如珠似玉 Status : Completed Author : Butterfly's Shadow Beneath the Moon Genre : Drama, Hist...
1.9K 327 43
"Roses are violet, you're traitor, i'm a suspect." Kelompok mafia buronan paling diburu 'The Nero' muncul dengan membawa rencana jahat yang terdengar...
557K 40.6K 27
Kepindahan Elissa Andromeda ke sekolah barunya membawa perubahan besar untuk hidupnya. Menjadi murid kelas A memang menyebalkan, namun juga menjadi h...