MCW 2 ✔ (END)

By winkerdel

52.4K 4.5K 1.5K

Sekuel My Childish Wife. ⚠️Sebelum membaca season 2 ini, ada baiknya baca My Childish Wife terlebih dahulu⚠️ ... More

Bagan Satu : Prolog
Bagan dua : Tanpa Sosok Dia
Bagan Tiga : Keluarga Kecilku
Bagan Empat : Apa itu Ayah?
Bagan Lima : Masalah Cinta
Bagan Enam : Rival
Bagan Tujuh : Damai?
Bagan Delapan : Si Misterius
Bagan Sembilan: Adik-adik ganteng
Bagan Sepuluh : Miss Him
Bagan Sebelas : Hari Menyebalkan
Bagan Duabelas : Akan Melindunginya
Bagan Tigabelas : Saga Side
Bagan Empatbelas : Triplet
Bagan Limabelas : Usaha
Bagan Enambelas : Pindah
Bagan Tujuhbelas : Sebab Akibat
Bagan Delapanbelas : Penjara?
Bagan Sembilanbelas : Liburan Dadakan
Bagan Duapuluh : Pulang
Bagan Duapuluhsatu : Clay VS Kenan
Bagan Duapuluhdua : Muak
Bagan Duapuluhtiga : Broken
Bagan Duapuluhempat : Kesalahan
Bagan Duapuluhenam : Fix it
Bagan Duapuluhtujuh : Two Boys
Bagan Duapuluhdepalan : Di sekolah
Bagan Duapuluhsembilan : Yuk Ngemall
Bagan Tigapuluh : Cintanya segitiga
Bagan Tigapuluhsatu : Nothing Change
Bagan Tigapuluhdua : H-1 Tourland
Bagan Tigapuluhtiga : Lechugo
Bagan Tigapuluhempat : Aku Salah
Bagan Tigapuluhlima : Sampe Deh
Bagan Tigapuluhenam : Berat, biar aku saja
Bagan Tigapuluhtujuh : Bye
Bagan Tigapuluhdelapan : Tanpa Saga
Bagan Tigapuluhsembilan : Pergudang
Bagan Empatpuluh : Teman masa kecil
Bagan Empatpuluhsatu : Bian di lamar
Bagan Empatpuluhdua : Siapa yang jahat?
Bagan Empatpuluhtiga : Culik aku om
Bagan Empatpuluhempat : Ternyata dia
Bagan Empatpuluhlima : Final
Epilog
Extra Part

Bagan Duapuluhlima : Pergi ke Paris

1K 90 19
By winkerdel

taeilmoonie
Vote sebelum baca!!!!



Happy reading~






"Gimana?" tanya seorang pemuda tampan nan tinggi semampai didalam kamarnya pada seorang pria tegap berjas.

"Nona Fidel dijauhi temannya sejak putus dengan anda, tuan"

Darel menggeram rendah dan menatap tajam salah satu pekerja ibunya yang sejak kecil sudah ditugaskan menjaga ia dan tiga saudara nya.

"Gua nggak pernah putus sama Fidel, jaga omongan lo" geram Darel.

Sang bodyguard menunduk dan meminta maaf segera.

"Keluar"

Sang bodyguard hendak keluar, tapi ia berbalik lagi memberikan sebuah ponsel pada tuan mudanya.

"Maaf tuan, ini ponsel tuan yang selesai dibenarkan" ucapnya.

Darel menghela napas kasar, lalu merampas kasar ponselnya. Sang bodyguard keluar kamar Darel.

Ya, sejak pulang dari liburan waktu itu ponselnya jatuh dari balkon kamarnya masuk ke dalam kolam renang.

Ganti ponsel mudah saja, tapi didalam sana banyak sekali foto-foto Fidel dan berbagai hal penting.

Ia menyalakan ponselnya, semoga saja masih ada yang bisa diselamatkan.

Ponselnya menyala, ia mengecek satu persatu. Detik berikutnya ia meremas ponselnya dan membanting ponselnya hingga hancur berkeping-keping.

Tak ada yang bisa diselamatkan. Darel marah karena ceroboh saat itu, semuanya hilang.

Tanpa basa-basi, ia memakai hoodie putihnya dan merampas kunci motornya dinakas. Ia harus menemui Fidel sekarang juga.

Ia menaiki motornya dan menarik gas dengan kecepatan tinggi. Dan hanya beberapa menit untuk sampai di kediaman keluarga Fidel.

Pagar pintu terbuka otomatis saat motornya sudah didepan pagar tersebut. Ia langsung masuk ke dalam.

Memarkirkan asal dan segera melepas helm kemudian turun dari motornya. Ia bergegas berjalan dan mengetuk pintu rumah megah Fidel tidak sabaran.

Detik berikutnya pintu terbuka.

"Fidel dimana?" tanya Darel tak sabaran.

"Loh, den Darel tidak tau? Nona Fidel seminggu lalu ke Paris untuk lomba pianis internasional" jelas maid yang membukakan pintu tadi.

Darel mengeraskan rahangnya lalu menjambak rambutnya kasar.

"Kapan dia pulang?" tanya Darel.

"Yang saya tau, non Fidel lolos babak final 3 besar, kata non Fidel acaranya dimulai dua hari lagi waktu sana"

Tanpa satu patah katapun, Darel berlari menuju motornya, ia langsung memakai helm lalu naik motornya kemudian menyalakan motor dan pergi dari sana.

Entahlah, pikirin nya campur aduk. Ia baru ingat, ia melewatkan lomba Fidel beberapa minggu yang lalu, dan sekarang ia tidak tau kalau Fidel ikut lomba pianis internasional.

Fidel pasti sangat kecewa padanya. Tidak, ia tidak mau menyakiti gadis yang sangat ia sayang, ia tidak mau seperti ayahnya. Air matanya mengalir pelan.

Hingga ia tidak sadar mobil didepannya berhenti dadakan karena lampu merah. Dan tanpa bisa ia hindari, ia menabrak mobil didepannya cukup kencang.

Motornya oleng dan terjatuh.

"Shit" Darel melepaskan helmnya dan berusaha bangun, untungnya ia tidak terluka sama sekali, hanya pinggangnya ngilu karena jatuh.

Beberapa orang membantunya mendirikan motornya dan dibawa kepinggir jalan. Mobil depannya juga ikut minggir agar tidak menghalangi kendaraan lain.

Dua orang didalam mobil keluar dan menghampiri Darel.

"Darel?"

Darel menoleh lalu ia terdiam. Ia tidak sadar kalau ternyata itu adalah mobil ayahnya, Saga.

Saga menghampiri Darel dan memegang kedua bahu Darel. Mengecek kalau putranya itu tidak terluka.

"Astaga, kamu nggak apa-apa?" tanya Saga khawatir.

Darel menepis kedua tangan Saga kasar.

"Saya nggak butuh perhatian anda" ucap Darel kesal seraya hendak menaiki motornya kalau saja Saga tidak menariknya kembali.

"Kamu nangis? Ada apa? Cerita sama ayah"

Darel menghempas tangan Saga yang menahan tangannya.

"Anda bukan siapa-siapa saya, jadi jangan buang-buang waktu buat peduliin saya"

Darel hendak pergi tapi Saga menahannya lagi.

"Ayah mohon, Darel. Kasih ayah waktu buat ngobrol berdua sama kamu, ayah mohon" Saga bersujud dihadapan Darel.

Saga benar-benar ingin sekali menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya. Ia rindu sekali.

"Ayah mohon" lirih Saga.

Darel menghembuskan napas kasar.

"30menit"

Saga mendongkakan kepalanya menatap sang anak, lalu tersenyum dan berdiri. Ia menarik Darel kedalam pelukannya. Ini adalah pertama kalinya ia memeluk Darel lagi setelah berpisah.

Darel hanya diam membiarkan Saga memeluknya.

"Waktu terus berjalan, saya nggak mau ngeluarin waktu cuma buat ini" ucap Darel.

Saga langsung melepas pelukannya dan tetap tersenyum.

"Ayo, naik mobil ayah. Kita bicara didalam mobil. Biar motor kamu diantar sekertaris ayah"

Tanpa kata, Darel melempar helmnya pada sekertaris Saga dengan kuncinya, lalu ia berjalan masuk kedalam mobil Saga.

Saga tersenyum lalu ikut masuk kedalam, Saga pun menginjak gas dan pergi dari sana.

"Kamu yakin nggak apa-apa? Perlu ke rumah-"

"Saya nggak papa"

Saga mengangguk paham.

"Makasih ya udah luangin waktu buat ayah"

"Hanya kali ini"

"Ya, ayah tau kamu masih benci sama ayah"

Darel diam. Tidak perlu dijawab pernyataan bodoh itukan? Pikir Darel.

"Darel, izinin ayah buat nebus semua kesalahan ayah sama kalian" lirih Saga.

Ia tetap diam.

Saga memaklumi itu.

"Kalo ada masalah atau apapun itu, cerita sama ayah ya? Ayah tau ayah nggak pantas jadi ayah kalian, tapi sebagai ayah, ayah juga mau dekat dengan kalian"

"Saya punya masalah"

Saga langsung menoleh sebentar dan tersenyum.

"Apa? Ayah bisa bantu kamu" seru Saga. Ia bahagia sekali saat Darel mengeluh padanya.

"Saya perlu ke Paris besok, tapi buna pasti nggak ijinin saya naik pesawat sendiri. Saya nggak mengharapkan anda membantu"

"Kamu bisa naik pewasat pribadi ayah, ayah pastiin kamu aman sampe pulang kesini lagi. Tapi ayah nggak bisa bantu buat minta izin ke buna kamu, kamu tau sendirikan"

Darel menatap Saga serius, Saga menoleh dan tersenyum lebar.

"Ayah senang bisa bantu anak ayah sendiri, kalo ada masalah lagi kamu bisa mengeluh ke ayah. Ayah janji akan bantu kalian sebisa ayah"

Darel menatap ke kaca sampingnya, ia diam tidak merespon. Ia hanya merasa ketulusan sang ayah yang sudah lama sekali tidak ia rasakan.

Rasanya hangat. Tapi tetap saja, rasa bencinya masih kuat. Ia tidak akan lunak hanya dengan ini.

•••

"Apa?! Nggak! Kamu nggak bisa pergi!" pekik Bian saat Darel cerita kalau ia akan ke Paris besok.

"Please, buna. Aku harus dateng dan liat Fidel. Aku udah ngecewain dia terus, please" mohon Darel sungguh-sungguh.

"Dasar bucin" sahut Daffin yang sedang memainkan ponselnya. Darel langsung sigap melempar bantalan sofa tepat ke wajah Daffin membuat Daffin kesal.

"Aku ikut dong, Darel" seru Deon.

"Tapikan kamu sekolah, Deon" sahut Summer.

"Loh tapi Darel juga sekolah besok"

Bian menghela napas. Ia tau kalau putranya ini tidak ingin mengikuti jejak mantan suaminya. Tapi tetap saja ia khawatir.

Bian mengelus lembut pipi Darel.

"Dengerin buna, buna itu khawatir kalo kamu pergi sendirian. Apalagi dadakan kaya gini"

"Please, aku harus kesana besok. Ayah, ayah bilang aku bisa pake pesawat pribadinya. Ayah juga bilang bakalan aman, aku mohonnnn"

Bian terdiam.

"Ayah? Lo ketemuan sama ayah?" tanya Daffin.

Darel mengangguk.

"Kamu udah baikan?" tanya Bian yang penasaran. Setaunya Darel paling susah dibujuk kalau sudah benci.

"Ini menyangkut Fidel. Tapi aku belum baikan, buna. Cuma kali ini aja"

Bian menghela napas. Ia tau anaknya ini akan aman jika Saga sudah turun tangan. Sebenci-bencinya Bian ke Saga, Saga tetap berhak atas anak-anaknya. Ia bukan orang yang jahat.

"Ok, kamu boleh pergi"

Darel membulatkan matanya dan berdiri dihadapan sang buna.

"Beneran?" Bian mengangguk.

"Makasih, buna" seru Darel seraya memeluk Bian erat.

"Ih buna kok dizinin sih?" kesal Daffin.

"Tau, aku mau ikut kan" rengek Deon.

"Kalian sekolah yang bener, sana tidur besok pada telat jangan salahin buna"

•••

Pagi hari di bandara besar. Pesawat pribadi Saga sudah siap berangkat.

Koper dan perlengkapan Darel sudah dibawa masuk kedalam pesawat. Tinggal ia pamitan dengan sang buna dan ada ayahnya disana.

Bian berdiri sedikit jauh dari Saga, sosial distansing.

"Buna, aku berangkat ya" pamit Darel.

Bian mengangguk lalu ia mengelus kepala Darel.

"Hati-hati ya, sayang. Cepet pulang dan semangat!"

Darel tersenyum dan mengangguk.

Sungguh, Saga baru melihat senyum Darel setelah beberapa tahun yang lalu. Darel tidak pernah tersenyum saat bersamanya.

Darel menatap sang ayah dengan datar. Saga tersenyum.

"Hati-hati dijalan, boy" ucap Saga seraya menepuk bahu Darel.

Hingga dirinya terkejut bukan main, kala Darel malah memeluk tubuhnya. Ia membeku seketika, matanya berkaca-kaca.

Ini seperti sebuah mimpi indah baginya.

"Makasih, ayah" bisik Darel.

Air mata Saga berlomba-lomba keluar. Ia menangis lalu memeluk Darel erat. Bian yang melihat itu hanya diam, tidak mau menganggu momen ini.

Ia tau Saga pasti sedih, terdengar sangat jelas kalau Saga menangis.

Saga sampai tidak bisa bicara, lidahnya kelu saking terkejut, senang dan bahagia menjadi satu.

Tidak lama, Darel menarik tubuhnya menjauh dari Saga kemudian ia berbalik berjalan menuju pintu masuk pesawat.

Soal memeluk Saga tadi, entahlah. Darel hanya rindu memeluk ayahnya sendiri.

Dan panggilan tadi, ia juga rindu memanggil Saga dengan sebutan ayah. Tidak lebih dari kata 'rindu' selebihnya hanya ada benci.

Tak lama pesawat tersebut berjalan dan terbang. Bian menghela napas saat melihat Saga masih terisak sesegukan.

Ia jadi ikut terharu. Tapi ia memilih pergi meninggalkan Saga, dengan Marva yang selalu berada bersamanya.





Tbc




Bebs, gua mau hiatus ya. Dari hari ini sampe gua kelas UAS. Gua UAS sekitar awal Feb, paling kelar sekitar tgl 9 Feb.

Tapi mungkin kalo emang gua sempet atau pengen update ya gua update. Kalo ga yauda, berarti sebulanan gua hiatus😉

Jangan rindu:") kalo kalian rindu, sok atuh baca ulang aja semua cerita gua🤭

Byebye💜✨

Continue Reading

You'll Also Like

3.2K 905 44
TAHAP REVISI Menceritakan seorang gadis yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas harus menjalani kehidupan yang sangat pahit, dia juga menika...
650 104 22
Walau pergi tanpa kabar , kalau memang jodoh Takan kemana ! betul
132K 8.5K 70
(FOLLOW AUTHORNYA DULU OKEY!!) Senja seorang gadis berusia 16 tahun, dia adalah gadis yang ceria dan ramah. Ia memiliki orang tua yang lengkap, namun...
68.8K 3.1K 39
Adik kecil, jangan cepat tumbuh dewasa yah. Aku masih ingin menemani tidurmu seperti hari ini. Aku takut waktu akan menjadi jarak bagiku denganmu. -F...