7.Sebuah Rindu

134 65 38
                                    

Happy reading😊

"Gue cuma pengen semuanya
baik baik aja"

-Langit Antarex-

Seorang gadis berjalan lunglai memasuki rumahnya. Rumah sederhana bercat Vanila dengan halaman rumah hijau yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Perlahan pintu berwarna coklat bertulis selamat datang rumah itu mulai terbuka.

Suasana gelap langsung menyambut cewek berambut pirang yang kini tengah berdiri getir disana. Tak ada satu pun cahaya disini semua terlihat gelap dan pengap. Malam pun sudah sangat larut membuat cewek itu menyalakan lampu senter yang ada di ponselnya. Cahaya kecil tercipta oleh benda pipih itu.

Cewek itu melangkah mencoba mencari sakelar untuk menyalakan lampu. Terang. Terang sudah ruangan itu karena lampu sudah menyala.

"Lovi." Panggil seseorang lirih dari dalam sebuah bilik kecil yang berada tidak jauh dari tempat cewek itu berdiri. Ya cewek itu adalah Ellovi.

El melangkahkan kakinya menuju asal suara itu. Pintu terbuka dan lagi lagi gelap meyerbunya. El menyalakan lampu. Nampak sosok wanita paruh baya yang tengah terbaring di atas kasur kala lampu telah menyala.

"Iya ma ini Lovi." Kata El pelan lalu duduk disamping wanita paruh baya itu. Desiran rasa sayang menerpa cewek itu lembut.

Wanita paruh baya itu adalah Elsa, mama yang paling El sayang. Dan satu satunya orang tua yang masih El punya. Ayahnya sudah meninggalkannya 5 tahun lalu. Hal yang sangat membuat cewek itu bersedih. Ayahnya meninggal dalam suatu tragedi kecelakaan beberapa tahun silam yang begitu tragis. Tragedi itu mengubah segalanya. El kehilangan ayahnya,dan mamanya yang masih hidup dengan kondisinya lumpuh dan tak bisa berbuat apa apa lagi. Miris sekali.

Kehilangan ayahnya sungguh menyiksanya. Semua tanggung jawab keluarga harus ditanggung El sendirian mengingat kondisi mamanya yang begitu memprihatinkan. Terkadang El merasa Tuhan tidak adil untuknya.

"Mama udah makan?" Tanya El pelan. Lalu menoleh mengamati semangkuk bubur yang belum disentuh mamanya sedari tadi siang.

"Mama gak nafsu makan Lovi." Kata mamanya lemah. El membalasnya dengan tersenyum lemah.

"Mama harus makan biar cepet sembuh. Lovi cuma punya mama. Mama yang semangat ya." Kata El pelan. Air matanya pun perlahan menetes menuruni pipi mulusnya. Tekanan terjadi di hatinya membuat dirinya begitu teriris melihat kondisi mamanya yang seperti saat ini. Kadang El bertanya-tanya kapan semua penderitaannya akan berakhir.

"Ma....ma harus kuat. Lovi sayang mama." Kata El nyaris tanpa suara.

Tanpa sadar El sudah menangis sejadi jadinya. Kehidupannya sungguh miris sampai sampai El kehabisan semangat untuk menjalaninya. El kehilangan semua semangat yang selalu ia coba untuk tetap terjaga.

"Sayang...." Elsa mengelus lembut pipi El dengan sisa tenaganya. Tangannya yang dulu selalu membelainya kini bergetar membuat tangisnya semakin kalut.

"I....iya ma."

"Kamu g..gak boleh nangis. Mama selalu sayang sama kamu Lovi."

Mamanya yang tadi terlihat begitu tegar kini ikut menangis. Ikut larut dalam kesedihan mereka yang begitu mendalam,miris,dan menyiksa.

"Mama sayang banget sama Lovi. Makasih udah mau ada untuk mama. Walau keadaan tak memungkinan untuk mama hidup lebih lama lagi." Suara Elsa yang dulu tegas kini bergetar. Menyuratkan kesedihan yang tersirat di dalamnya.

"Mama gak boleh ngomong gitu. Lovi gak mau kehilangan mama. Kehilangan orang yang Lovi sayang untuk yang kedua kalinya."

"Ma......ma,slalu ada disini." Kata Elsa sambil menunjuk dada El dengan tangannya yang mulai berkeriput dimakan usia. Tangan yang dulu El banggakan. Menyemangatinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tapi sekarang semua sudah berbeda.

Langit AntarexWhere stories live. Discover now