BAB 97

5.9K 1.3K 110
                                    

Moskow, Rusia.

"She's dead Bhian," kata Leopold kepada saudara kembarnya.

"She's not. Kita memiliki adik—namanya Kian."

...

...

Leopold tidak mengatakan apapun. "Kamu tahu kalau Mama masih hidup kan, Leo?"

Leopold meminum vodkanya dan memutuskan kalau ia tidak akan mengatakan apapun kepada Bhiantama. Tidak ada gunanya. Tapi Bhiantama mengetahui Leopold lebih daripada siapapun di dunia ini, "Kamu kecewa mendengar kita memiliki adik, Leo?"

Pangeran Mahkota Ttagiantabiantara menertawakan kata-kata Bhiantama dan menuangkan dirinya sendiri lebih banyak vodka, "I don't care, Bhian. Hidupku sekarang adalah untuk memastikan paman kita yang bodoh itu tidak lagi membuat masalah ataupun memulai perang dunia ketiga."

"But you do care, Leo."

"Do I? Aku tidak peduli ketika kamu menggunakan namaku dan pergi ke Ttagiantabiantara. Aku juga tidak peduli kalau di sana kamu menemukan Kian. Karena kamu bodoh Bhian, Mama tidak ada di sana."

"Tapi di Venesia?"

Sekali lagi Leopold tidak menjawab dan Bhiantama mengerutkan dahinya, "Kamu tahu kalau Mama ada di Venesia? Selama ini kamu tahu kalau Mama berada di sana?"

Leopold menatap saudara kembarnya, "Yes, she's dead in Venice."

"Leopold!"

"Ya?" tanya Leopold dengan santai.

"Baiklah, berbicara denganmu sama saja dengan menghabiskan waktuku. Aku sendiri yang akan ke Venesia."

"What do you want to hear from her, Bhian?" tanya Leopold.

"That she loves me."

"And that is enough?"

"That's more than enough for a lifetime, Leo."

___

"Mama," kata Kya kepada Arviana. Ibunya tengah menanam bunga dan tidak mendengarnya sampai Kya harus berkata lagi, "Mama." Kali ini Arviana Agnibrata mendongak dan menjawab anaknya, "Ya, maafkan Mama. Ada apa Kya?"

"Signore Romanov telah pergi, Mama?"

"Ya," jawab Arviana.

"Apa Mama mengenalnya?" tanya Kya.

"Ya," jawab Arviana lagi dan kali ini ia mengalihkan perhatiannya kembali kepada bunga-bunga yang sedang ditanamnya. "Ia pemilik taman ini," bisik ibunya.

Kya menyipitkan matanya, "Taman ini adalah taman pribadi kaisar Rusia?"

Arviana mengangguk, "Kya berhentilah menanyakan hal-hal ini kepadaku dan bantu Mama menanam bunga-bunga ini. Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini sebelum makan siang, Kya."

Kya berjongkok dan memasang sarung tangannya, "Signore Romanov adalah ayahku kan, Mama?"

...

...

"No, he's not."

"Yes, he is," kata Kya kepada ibunya. "Aku sangat yakin—kecuali mataku berwarna matamu, Mama. Aku dan Kian lebih mirip denganmu daripada ayah kita, Derek Romanov, ya kan?"

Kya mulai membuat lubang di tanah untuk menaruh bibit bunga mawar yang akan ditanamnya sementara Arviana menghentikkan pekerjaannya. Kya berkata kembali, "Why can't we know him, Mama? Apa begitu menakutkan? Setiap kali kita membawa topik pembicaraan mengenai Papa, Mama akan melakukan segala cara untuk menghindar. What makes you so scared, Ma?"

"The past scares me."

"But you're not living in the past anymore, Mama. And perhaps if you don't want to move on, then we will—aku dan Kian juga berhak tahu siapa ayah kita, Ma."

___

Bhiantama tahu satu hal—ibunya berada di Venesia. Tapi ia tidak tahu pasti darimana ia harus memulai mencari ibunya. Sial, Leopold tidak ingin membantuku. Bhiantama mendesah dan berjalan masuk ke dalam pelataran estat pribadi milik keluarganya dan tertegun ketika melihat Sergei menyambutnya. "Apa yang sedang Anda lakukan disini Sergei?"

"Yang Mulia," Sergei menunduk dan untuk sesaat tidak bisa memastikan yang berdiri dihadapannya. Bhiantama tersenyum, "Aku Bhian, Sergei."

"Yang Mulia Bhiantama," Sergei sekali lagi menunduk dan kali ini mengatakan nama pangeran yang benar. "Ayah Anda, beliau sedang beristirahat."

"Papa berada disini?" Bhiantama mengerutkan dahinya. "Untuk bertemu Mama?"

Sergei tersedak pada saat itu dan terbatuk tanpa henti. Bhiantama tersenyum dan membantu pria tua itu dengan memukul pelan punggungnya, "Ada apa Sergei? Kamu sepertinya terkejut dengan kata-kataku. Apa Papa bertemu dengan Mama?"

"..."

"..."

Ketika Sergei berhenti terbatuk dan menenangkan diri, pria tua itu yang telah melayani sang kaisar seumur hidupnya berbisik, "Saya akan dipenggal—tapi ya, mereka bertemu Yang Mulia."

"Dimana? Kapan?"

Sergei menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu tidak bisa mengatakannya?" tanya Bhiantama. Sergei menganguk. Asisten pribadi sang kaisar lalu menuliskan sesuatu di secarik kertas dan memberikannya kepada Pangeran Bhiantama yang terlihat bingung, "She's here, Your Highness."

Bhiantama membuka secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat dan nama,

Cari gadis remaja bernama Kya! Giardinna St. Giorgio Eden!

Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang