BAB 1

18.3K 2.2K 139
                                    

Enam tahun yang lalu.

Arviana Janiedikana Zaquna Agnibrata membenci kota New York yang basah, berpolusi dan selalu ramai dengan turis-turis dari berbagai negara di dunia. Selama sepuluh tahun terakhir ia telah tinggal di kota New York membuatnya merindukan Ttagiantabiantara yang hangat dan tidak ramai. Ia melangkah keluar dari New York City Ballet setelah menyelesaikan satu sesi pelatihan dengan Sima Opeheimer mentornya. Ia telah berlatih untuk menjadi prima ballerina namun ayahnya dan ibunya—Thackeray Agnibrata dan Gia Agnibrata memaksanya untuk menyelesaikan pendidikannya di Columbia University.

Ia telah memilih sejarah sebagai jurusan utamanya yang menurutnya akan mudah untuk dipelajari dan fokusnya akan tertuju kepada balet sepenuhnya. Tapi Arviana, anak bungsu pasangan Thackeray Agnibrata dan Gia Agnibrata salah besar. Sejarah adalah jurusan tersulit baginya dan ia telah mengulang tiga kali mata kuliah yang sama—mata kuliah geneology, yang mempelajari mengenai silsilah dan analisa genetika secara sejarah.

"Raden Ajeng," Andora Putri, pelayan utama untuk Arviana menjemputnya di depan sekolah baletnya dan sang putri raja mendesah. "Kenapa kamu kehabisan napas seperti itu Andora?" tanya Arviana kepada pelayannya.

"Raden Ajeng, kita sudah terlambat untuk kelas Profesor Kamia," jelas Andora yang melihat jam tangannya terus menerus. "Dua puluh menit kita akan terlambat kalau pergi sekarang."

"Well, there's nothing we can do but rush, don't we?" jawab Arviana dengan tenang dan santai.

"Ya, sepertinya hanya itu pilihan kita," Andora mengangguk dan membukakan pintu bagi sang putri raja. Andora masuk ke dalam mobil melalui pintu lainnya dan mengatakan kepada supir kerajaan untuk secepat mungkin menerobos kemacetan kota New York pagi itu untuk sampai di Columbia University yang terletak tidak jauh tapi setidaknya memakan waktu delapan belas menit bagi mereka untuk sampai.

Kelas yang akan dimulai jam sebelas siang akan pasti Arviana lewati dan Andora tahu betapa pentingnya kelas Geneology bagi sang putri raja untuk hadiri. Profesor Dia Kamia telah memberikan ultimatum kepada Arviana yang terus mengulang kelasnya dan mengatakan kalau Arviana tidak menghadiri kelasnya semester ini, sang profesor tidak akan mengizinkannya untuk mengulangi ujiannya. Arviana tidak akan dinyatakan lulus dan harus mengganti mata kuliahnya, membuatnya harus mengulangi tiga tahun masa kuliahnya yang hampir selesai.

Sudah dipastikan kedua orangtuanya akan marah kepadanya. Tapi sekarang Arviana sama sekali tidak peduli. Ia hanya memikirkan satu hal—ia ingin dirinya menjadi balerina terkemuka di dunia ini dan tidak ada yang bisa menghalanginya.

Kecuali mungkin kelas Profesor Kamia.

__

"Nama saya Profesor Derek Romanov, saya memiliki dua gelar doktor di bidang sejarah dan sastra dari Columbia Unirversity. Hari ini saya akan menggantikan Profesor Kamia karena beliau mengalami kecelakaan ketika bersepeda pagi ini. Profesor Kamia memutuskan untuk beristirahat dan tidak mengajar semester ini dan untuk sisa kelas beliau akan diambil alih oleh saya mulai siang hari ini dan seterusnya. Topik hari ini...." Derek Nicholas Tver Romanov baru saja akan melanjutkan kata-katanya ketika melihat wanita itu masuk ke dalam kelas auditoriumnya yang berisi lebih dari empat ratus mahasiswa.

Semua mata mengarah kepada perempuan berambut panjang yang berjalan dengan sangat percaya diri memasuki kelasnya dan mengambil duduk di tengah, membuat setidaknya delapan siswa berdiri untuknya. "Excuse me, Miss...."

"Your highness, sebenarnya," jawab wanita itu dengan percaya diri.

"Excuse me?"

"Your highness, Putri Raja Ttagiantabiantara, Arviana Agnibrata. Anda, siapa?"

"Profesor Anda."

Mata perempuan itu disipitkan membuat Derek tersenyum, "Apa Anda berada di kelas yang benar? Anda seperti kucing hilang, Miss Agnibrata."

"Your Highness," Arviana membenarkan. "Anda bukan Profesor Kamia."

"Anda terlambat."

"You didn't answer my question," jawab perempuan keras kepala itu.

"Saya menjawabnya, Miss. Saya adalah profesor Anda semester ini."

"Kemana Profesor Kamia?"

"Cycling accident," jawab Derek dengan singkat. "Apa Anda akan duduk sekarang Miss Agnibrata? Anda sudah terlambat dan seharusnya tidak diizinkan masuk ke dalam kelas."

"Sadly I have to pass this ridiculous subject," gumam Arviana tapi Derek dapat mendengarnya walaupun dirinya dan perempuan itu dipisahkan setidaknya dua ratus bangku yang terisi oleh para muridnya yang mendengarkan pembicaraannya dengan wanita itu.

"Well, this ridiculous subject is important, Miss Agnibrata."

"Your Highness," Arviana memperbaiki sekali lagi.

Derek tidak akan memanggil wanita itu dengan gelarnya walaupun ia tahu kerajaan Ttagiantabiantara dan melihat wanita itu yang terlihat sangat eksotis dan begitu cantik, tentu saja Derek percaya kalau wanita itu adalah putri raja sesungguhnya. Derek berdeham dan bertanya, "Miss Agnibrata, apa Anda tahu kenapa geneology adalah mata kuliah yang penting?"

"Karena aku adalah keturunan putri raja dan orang-orang di dunia ini ingin tahu darimana aku berasal, siapa nenek moyangku, kenapa aku memiliki tahi lalat di bokongku, basically human beings are just a curious bunch," jawab Arviana kepada Derek.

Derek menyipitkan matanya mendengar wanita itu mengatakan kalau ia memiliki tahi lalat di bokongnya, membuat pria itu berdeham sebelum berbicara kembali membalas wanita itu, "Miss Agnibrata, tidak heran Anda tidak lulus kelas Profesor Kamia. Kelas ini bukan hanya mempelajari hal itu saja."

"Kalau begitu mulai saja Prof, presentasi Anda hari ini. Saya akan mendengarkan."

Dereka mengurungkan niatnya untuk membiarkan wanita itu menang dan membalas sekali lagi, "Miss Agnibrata, saya meminta Anda untuk berdiri dan meninggalkan kelas saya."

"But why?"

"Saya minta Anda untuk keluar dan saya akan mengizinkan Anda untuk memasuki kelas saya kalau Anda bisa mengerjakan tugas sederhana—berikan saya sejarah keturunan Kerajaan Ttagiantabiantara dengan metodologi ilmiah yang telah Anda pelajari di kelas Profesor Kamia. Sepertinya mudah, bukan? Please Miss Agnibrata, berdiri dan tinggalkan kelas saya."

Perempuan itu mendesah dan berdiri. Delapan siswa yang menghalanginya untuk keluar kembali berdiri untuk memberikannya jalan dan sebelum ia berjalan keluar pintu, ia berkata kepada profesor baru menyebalkan yang menggantikan Profesor Kamia, "Well, you have saved my time, Prof. Thank you for kicking me out of class."

...

...

Dan seharian itu Derek memikirkan wanita itu. Memikirkan setiap kata-katanya. Your Highness, Arviana Agnibrata, ucap Derek setelah kelasnya selesai. Ia penasaran. 

Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3Where stories live. Discover now