BAB 99

8.1K 1.4K 140
                                    

"Pangeran Bhiantama baru saja sampai dan ingin bertemu dengan Anda, Yang Mulia," kata Sergei kepada Derek Romanov. Sang kaisar terlihat tidak berkonsentrasi ataupun mendengar kata-katanya, "Maaf Yang Mulia, Pangeran Bhiantama—"

"Ya, ada apa dengan Bhian?" tanya sang kaisar yang sekarang memberikan perhatiannya kepada Sergei. "Bhian seharusnya berada di Ttagiantabiantara, apa ia baik-baik saja?"

"Pangeran Bhiantama ingin bertemu dengan Anda sekarang, Yang Mulia."

"Di Venesia?"

"Ya, beliau baru saja tiba tadi dan menginginkan waktu Anda."

Derek mengangguk, "Ya, tentu saja. Biarkan Bhian masuk dan berikan kami waktu sendiri."

Sergei menunduk dan berjalan menjauh. Ia membuka ruang kerja sang kaisar untuk membiarkan Pangeran Bhiantama masuk. Sergei menunduk kepada Pangeran Bhiantama dan tersenyum kecil mengetahui rencana sang pangeran sebelum menutup pintu. Good luck, Sir, pikirnya kepada Pangeran Bhiantama.

"Papa," kata Bhiantama kepada ayahnya, Derek Romanov.

"Bhian," Derek meminta Bhiantama untuk duduk berhadapan dengannya "Apa yang membawamu ke Venesia?"

"Aku mengetahui dimana Turan-mu berada."

"..."

"..."

Hening. Bhiantama menatap mata biru ayahnya dan berkata lagi, "Mama sakit, Pa."

Tidak ada jawaban. Ayahnya hanya menatapnya dengan penuh keheningan. "Aku mendapatkan informasi ini dari sebuah rumah sakit. Mama menggunakan nama Turan."

"Dan kenapa aku harus tahu?"

"Karena Mama... sakit parah."

Derek menyipitkan matanya, "Apa?"

"Aku ke Venesia untuk menjadi donornya."

Derek semakin menyipitkan matanya mendengar kata-kata anaknya. "Ya, Mama memerlukan jantung baru."

"Jantung baru?" Bhiantama tersenyum kecil tapi ia mempertahankan wajahnya yang terlihat khawatir akan ibunya yang baru saja ia vonis memiliki penyakit jantung.

"Kalau kamu mendonorkan jantung kepada ibumu—you're dead, Bhian. Apa kamu yakin ibumu sakit jantung atau kamu hanya ingin Papa berlari sekarang juga dan berlutut di depan ibumu untuk memaafkan Papa?"

Benar juga. Apa ia bodoh? Bhiantama terlihat panik dan Derek tersenyum, "Son, I met your mother, she's perfectly healthy."

Lalu kegaduhan terdengar dari luar ruangan dan tubuh Sergei terjatuh ketika pintu terbuka kembali. Seorang gadis remaja memasuki ruangan tersebut dan menginjak kaki Sergei membuat pelayan pribadi sang kaisar mengerang kesakitan. "Dasar Bodoh!"

"Apa ia sedang mengatakan bodoh kepadaku?" tanya Sergei.

"Lebih tepatnya kepadaku," gumam Bhiantama.

Tapi Derek melihat gadis remaja itu dan berbisik, "Ia marah kepadaku."

Ketiga pria di dalam ruangan tersebut menatap gadis remaja yang marah dan Bhiantama adalah yang pertama untuk berkata, "Maafkan aku Kya."

"Jantung? Jantung?! Kenapa tidak sekalian saja kamu mendonorkan otakmu yang bodoh itu, Bhian?" tanya gadis remaja itu. Bhiantama menarik napasnya dan menyadari kalau ia telah melakukan kesalahan terbesar yang merusak rencananya.

"You're Arvi's daughter?" tanya Derek. Kya yang terlihat marah kepada Bhiantama sekarang menatap ayahnya dan menjawab, "Aku anakmu, Yang Mulia."

Sergei yang sekarang sudah berdiri terjatuh kembali dan tidak ada yang memerhatikan pelayan pribadi sang kaisar yang begitu terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan gadis remaja yang mengaku sebagai anak Derek Romanov. "Aku tadinya berpikir kalau Bhian pintar, dan aku dengannya berencana menyatukan kembali Mama denganmu. But clearly, he's not as smart as he looks like. Baiklah, aku akan mengambil alih. Namaku Kya Agnibrata, aku lahir lima belas tahun yang lalu, aku adalah anakmu dan Mama. Aku memiliki saudara kembar bernama Kian Agnibrata yang sangat membenci Mama dan sekarang ia berada di Ttagiantabiantara. Kian bertemu dengan Bhian terlebih dahulu, dan akhirnya bertemu denganku. He wants to know Mama, and I want to know you."

Kya lalu melanjutkan, "Here's what you should know—Mama memang sakit. She is sick and she's scared. Kenapa ia kembali ke Venesia adalah untuk menyembuhkan dan menemukan dirinya sendiri. But here you are—suddenly you showed up. Taman tadi adalah milikmu, kan? Mama mengatakan kepadaku taman itu memiliki arti yang sangat besar untuknya dan sudah beberapa bulan ini Mama merawatnya, menanam bunga-bunga baru dengan tangannya sendiri—dengan tangannya yang tidak pernah sembuh.

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu dan Mama berpisah sampai aku, Kian, Bhiantama dan Leopold tidak mengenal kalian sebagai orangtua—but we want to know both of you. Apa tidak bisa kalian saling berbicara? Apa kalian tidak bisa saling memaafkan dan melupakan apapun yang terjadi lima belas tahun yang lalu?

"I think you just need a little bit of courage, Your Highness. A little more, one more step, towards her."

"Aku seperti melihatnya di dalam dirimu."

Kya tersenyum, "I'm half yours and hers."

"Where is she now?" tanya Derek.

"Mama memiliki kamar pribadi di Aman, tapi Mama menghabiskan waktunya berbicara dengan para biarawati di Monastero San Giorgio. Apa Yang Mulia ingin bertemu dengannya sekarang?" lalu Kya melihat jam tangannya. "Mama sepertinya sedang menikmati teh sore kalau kita pergi sekarang."

Derek berdiri dan Bhiantama menyipitkan matanya, "Tunggu. Apa Papa akan pergi? Menemui.... Mama?"

"Well, yes, Bhian. Bukannya kamu ingin mendonorkan jantungmu kepada Turandotku? Aku harus menyaksikan pertunjukan dramatis ini. Tentu saja Puccini pasti akan sangat bangga denganmu. Lead the way, Bhian."

Kya menarik napasnya dan senyum kemenangan menghiasi bibirnya. Maybe, just maybe, we'll get a happy ending.

Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3Where stories live. Discover now