BAB 90

6.7K 1.4K 86
                                    

Bhiantama Agnibrata menatap neneknya dengan penuh tanda tanya, "Apa hanya dalem dan Eyang saja yang akan makan malam hari ini?"

"Ya," jawab Gia Agnibrata kepada cucunya. "Sup kepiting, makanan kesukaanmu."

Bhiantama mengangguk, "Ya, terimakasih Eyang." Tapi ia tidak segera memakannya dan Gia Agnibrata bertanya, "Kamu tidak lapar? Kamu selalu lapar ketika Eyang menyiapkan sup kepiting."

Sang pangeran mahkota mengangkat sendoknya dan menaruhnya di mangkuk panas berisi sup kepiting. "Terimakasih Eyang karena telah menyiapkan makanan kesukaan dalem."

Gia Agnibrata bertanya sekali lagi, "Apa kamu yakin akan memakannya sampai habis?"

"Tentu saja."

Bhiantama baru saja akan memakan sup kepiting yang akan membuatnya alergi ketika neneknya menghentikan dirinya. "Berhentilah Raden Mas Bhiantama Agnibrata."

Bhiantama tidak begerak ataupun mengucapkan satu katapun ketika neneknya mengucapkan namanya. Dengan sesantai mungkin ia berkata, "Aku Leopold, Eyang."

"You can fool me with your looks, Raden Mas, tapi Eyang tahu siapa dirimu."

Ia tidak akan dengan mudah menyerah, Bhiantama mengambil sendoknya dan memakan sup kepiting dengan diam, "Dalem adalah Leopold, Pangeran Mahkota Ttagiantabiantara."

"..."

"..."

Gia Agnibrata menarik napasnya, "I knew that you will say that. Tubuh kamu akan merah-merah Raden Mas kalau kamu terus memaksakan kebohongan ini. Apa yang ingin kamu lakukan di Ttagiantabiantara dengan menggunakan nama Pangeran Mahkota, Raden Mas?"

"Apa maksud Eyang?"

"Mukamu sudah merah, Raden Mas, jangan paksakan diri kamu sendiri untuk membohongi Eyang. I know that you are my sweet Bhian, and I could guess why you're here. Ibumu—kamu ingin mencari tahu apa yang terjadi kepadanya, bukan?" Gia Agnibrata bertanya kepada cucunya.

Bhiantama sekali lagi tidak menjawab, tapi kali ini ia menaruh sendoknya dan berhenti berusaha untuk memakan sup kepiting yang tidak bisa dimakannya. "Mama," katanya. "Dalem tidak pernah mengenal sosoknya. Apapun yang dalem ingat ketika dalem berumur lima tahun mulai pudar dari ingatan perlahan-lahan."

Lalu ia meneruskan, "Tapi sesuatu menarik dalem kembali ke Ttagiantabiantara. Turan."

Gia Agnibrata mengangguk, "Dan apa arti kata Turan untukmu, Raden Mas Bhian?"

"Siapa Turan, adalah hal yang dalem ingin ketahui."

"She's not your mother, if you're wondering—Turan."

Bhiantama berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "Dalem akan tidur sekarang kalau Eyang akan mengatakan kata-kata itu."

"What scenario are you willing to listen then? Tell me, my Bhian, tell me how to tell you that she's no longer with us?" tanya Gia Agnibrata yang sekarang terlihat sedih.

"Turan adalah ibu dalem, Eyang yang menyembunyikan Mama selama ini."

Gia menggeleng-gelengkan kepalanya dihadapan cucunya. "Tidak, Raden Mas."

"Then where is? Who is Turan?"

"Turan adalah Eyang, Raden Mas."

Bhiantama tertawa dengan sinis, "Dalem lebih baik mati memakan seluruh sup kepiting di mangkuk ini daripada mendengarkan kata-kata Eyang."

"Raden Mas!"

"Tidak, dalem tidak akan mendengarkan Eyang dan cerita konyol ini. Dalem yang akan mencari tahu sendiri kemana Mama. Kalau Eyang begitu takut dalem menemukan Mama, berarti Eyang sama sekali tidak memikirkan kalau dalem...."

...

...

"Kalau dalem...." Dan Bhiantama tidak bisa menyelesaikan kata-katanya tapi Gia Agnibrata membaca apa yang ingin dikatakan cucunya, "Kalau kamu sangat merindukannya."

"She's not here anymore, my Bhian. You're chasing after a ghost."

Bhiantama telah mendengar kata-kata itu dua kali hari itu—pertama dari Leopold dan sekarang dari neneknya. "Keluarga ini perlu satu hal, kepercayaan diri. Mama tidak semudah itu menyerah dengan hidupnya dan dalem tahu itu, Eyang. Apapun yang disembunyikan Eyang, dalem akan menemukannya. Satu hal lagi—I'm not Bhiantama, I'm Leopold."

Gia mengangguk, "Baiklah, kamu adalah Pangeran Mahkota kerajaan ini, apa yang memangnya kamu bisa lakukan, Raden Mas? Kekuasaanmu tidak lebih banyak daripada Eyang di dalam kerajaan ini. Tidak ada alasan bagimu untuk membohongi semua orang kalau kamu bukan Leopold."

"Dalem tahu."

"Jadi apa yang sebenarnya kamu masih lakukan?"

"Mencari Mama. Bhiantama hanya memiliki gelar pangeran, sedangkan dalem memiliki gelar pangeran mahkota—hal ini membedakan banyak hal."

"Raden Mas...."

"Kamar Pangeran Mahkota dibersihkan setiap hari oleh perintah Eyang, karena hanya Pangeran Mahkota yang diundang kembali untuk mengambil tahkta yang jatuh kepada dirinya. Bhiantama tidak pernah memiliki lagi tempat di kerajaan ini karena ia bukan garis keturunan Thackeray Agnibrata. Bagi dalem pesannya sangat jelas."

"Raden Mas Bhian—"

"Leopold, nama dalem adalah Leopold dan dalem akan menemukan Mama bagaimanapun caranya," kata Bhiantama dengan tegas. "Satu hal lagi—apa Eyang tahu arti kata Turan?"

...

...

"I thought so too. Turan adalah pesan yang disampaikan Mama kepada Papa kalau dirinya baik-baik saja. Aku kira Eyang perlu tahu kalau dalem mengetahui semuanya kecuali satu hal—keberadaannya. Selamat malam Eyang." 

Let's Call the Whole Thing Off | Kanaka No. 3Where stories live. Discover now