The Rooftop #2

201 59 6
                                    





















AKAN aku pastikan, semua yang terlibat dalam 'pembalasan dendam' diriku yang sebelumnya akan berakhir dengan baik. Semuanya; Rhino, Leo, Sam dengan adiknya Lucy dan Jaemmi, Anne. Bahkan mendiang adikku, Peter.

Semoga saja.

Aku berjalan ke tengah rooftop, menghampiri anjing berkepala dua yang mengonggong terus-terusan di sana. Rhino berada di belakangku, sudah berjaga-jaga dengan pistol yang terarah ke anjing-anjing itu. Mereka sudah hampir berlari menghampiriku dan Rhino yang semakin lama, semakin maju.

Aku gemetar takut, anjing-anjing itu mengerikan sekali sih. Bagaimana aku bisa membuat mereka seperti itu ya?

"Dok, hati-hati!" Teriakan Lucy membuatku menoleh, lalu tersenyum menatapnya.

Ayo, Kira! Ini hanya anjing-anjing berkepala dua yang bisa membuat busuk organ tubuhmu dengan giginya. Tangan hilang satu pun tak masalah, tanganmu ada dua, Kira. Tak terlalu jadi masalah asal bukan kaki yang tergigit.

"Aku akan baik-baik saja, Rhino," ucapku ke Rhino yang masih berada di belakangku.

"Aku tetap di sini untuk berjaga-jaga."

"Sebentar lagi jam 10, 'kan?" Kulihat Rhino mengangguk, "Maka dari itu, mundurlah. Jaga yang lain sampai aku berhasil membukanya. Lalu kau bisa pergi sampai besok pagi."

"Lalu kau?"









bip... bip...










Di saat-saat seperti ini, Han masih menghubungiku?

Kurogoh tas pinggangku dan mengambil Decomphoneku di sana, "Han, apa kau tau aku sedang––"




Nona Muda, keluarkan kelima kunci itu.






Aku menuruti Han, kotak yang berisi lima kunci itu aku keluarkan dari tas, "Setelah itu?"






Perlihatkan kepada Canes jika Nona Muda adalah si pemegang kunci. Canes––yang menjaga menara pemancar––akan menjadi jinak jika kelima kunci inti, dipegang oleh seseorang. Otak mereka akan memindai kelima kunci dan manusia yang memegang kelima kunci itu.





"Aku si pemegang kunci, Rhin. Kau dengar Han, 'kan?"

"Aku tetap di sini!"

"Percaya padaku, Rhin. Mundur!"

Tatapan Rhino yang benar-benar mengisyaratkan kekhawatiran itu perlahan mundur, "Aku akan tetap berjaga-jaga dari sini. Berhati-hatilah!" sahutnya keras. Suara keras yang Rhino ucapkan, membuat para anjing-anjng berkepala dua itu menggonggong lebih keras lagi dan mencoba untuk makin maju perlahan-lahan.

Gigi besar yang terlihat dengan liur-liur itu membuatku merasa jijik. Gemetaran sekujur tubuh melihatnya, bagaimana jika gigi besar itu menggigit tubuhku. Racun-racunnya masuk ke dalam organ dalam dan membuat busuk badanmu. Hii!

Aku mengeluarkan kelima kunci yang berada di kotak dan memperlihatnya ke arah Canes. Para Canes yang tadinya menggonggong hebat kemudian berhenti. Lalu tiba-tiba ada cahaya hijau yang keluar dari sepasang mata kesepuluh kepala anjing-anjing itu, menyorotkannya ke tubuhku dari atas sampai bawah.

Astaga! Makhluk macam apa ini?

Tak lama, anjing-anjing berkepala dua itu benar-benar diam. Tubuhnya perlahan duduk dan hanya memperhatikanku yang mulai maju. Tak ada lagi gonggongan yang tercipta dari mereka.

Langkahku masih pelan, takut jika tiba-tiba Canes menyerangku secara mendadak. Kakiku makin gemetar setelah tungkaiku melewati mereka. Bak patung, mereka hanya diam. Tak menghiraukanku yang terus berjalan ke arah kotak mesin di bawah menara pemancar. Wah... hebat! Ajaib sekali.



Aku makin mendekati kotak mesin, melihat ada kelima lubang kunci yang berjejer dengan satu tuas yang mengarah ke bawah, masing-masing dari lubang kunci itu memiliki huruf di bawahnya. Dengan cepat, aku meletakkan kunci yang kupegang, ke lubang kunci yang berada di kotak mesin itu sesuai huruf.






Kunci T

Kunci E. 

Kunci R. 

Kunci R, lagi.

Kunci A.







Sudah... lalu bagaimana?








[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang