069%

354 103 1
                                    








AKU berjalan menyusuri lorong demi lorong remang dan menuruni tangga demi tangga untuk menuju lantai satu, lantai di mana Rhino berada.

Sebenarnya aku tau jika bangunan ini sepi tiap lantainya, mengingat aku juga pernah berlari menyusuri bangunan ini sendirian—sebelum dibunuh tentunyatapi ini terlalu sepi. Bahkan, Chris dan Sam si Gondrong itu tidak terlihat batang hidungnya sama sekali. Padahal yang kutahu, seharusnya mereka membunuh Sky di ruangan biasa.

Apa yang terjadi setelah kematianku di ruangan Chris?
























Napasku memburu karena berlari. Lelah banget, lantai berapa ini?






















Ah, masih lantai empat.

Karena lelah dan tidak ada orang, mungkin istirahat sebentar lebih baik.

Capeknya.

Aku duduk di anak tangga pertama yang menuju lantai tiga sambil mengecek jam tangan di pergelangan tangan kiriku.



FEB 29, 2020.
3.43AM


Sudah sepuluh menit. Lebih lama yang aku bayangkan ternyata. Aku harus cepat menuju Rhino agar laki-laki itu bisa bebas dan kami berdua bisa keluar dari bangunan ini. Ditambah aku harus mengulik tentang masa laluku dengan Chris.



















Tap... tap... tap...







Eh... suara langkah siapa di bawah sana?



Sial! Dengan terpaksa aku langsung berdiri dan berlari lagi ke atas menuju lantai empat untuk mencoba mencari tempat persembunyian yang cukup pas untukku.

Dimana ya? Ahhhhhhh bagaimana ini? Sembunyi di—ah di sana!

Tidak jauh dari tangga aku menemukan ruangan kosong tanpa pintu, aku berlari ke sana.

















Panik. Panik. Panik. Panik. Panik.








Aduh bagaimana ini? Siapa yang naik ke atas?

"Lepaskan aku!"

Bugh!


"Sudah tau akan begini, kau masih melawan perintah, huh?"

Lho, suara... Sam?

Bugh! bugh!

"Aku mohon ampun. Aku berjanji tidak akan—Ak!"

"Tidak ada kesempatan kedua, Keparat."





Chris? Sky?


Dalam persembunyianku, aku hanya mendengar suara gaduh yang cukup menggema. Suara yang berada di luar sana seperti Sam, Sky, dan Chris. Apa aku salah dengar?

Apa mereka akan pergi ke lantai delapan?











"Ak! L-lepas!"

Aku yakin itu memang suara Sky, dan suara yang seperti menyeret sesuatu—ah mungkin menyeret seseorang mulai meyakinkanku jika itu memang Sky, yang sedang dibawa oleh Sam dan Chris ke lantai atas.

"Pengkhianat perusahaan tidak seharusnya hidup, kau tau jelas tentang peraturan itu."

Pengkhianat perusahaan, katanya.

Berarti Chris... Akan berakhir seperti itu? Mati?

Suara gaduh lama-lama kian menjauh dan lama-lama tidak terdengar lagi. Jantungku kembali berdegup dengan cepat. Entahlah... rasanya aneh sekarang mendengar kalimat pengkhianat perusahaan yang diucapkan oleh laki-laki yang aku yakini Sam tadi.

Aku... hanya jadi memikirkan Chris. Benarkah akan berakhir mati tragis seperti itu?


Helaan napas berat kuhembuskan berkali-kali sambil bersandar ditembok ruangan kosong ini. Hhhh kenapa jadi terasa aneh, ya?

Masa bodo aku tidak peduli.


Aku bangkit dari dudukku sambil mengintip sedikit ke luar ruangan memastikan di luar benar-benar sudah tidak ada siapa-siapa. Dan, ya... sudah sepi.

Aku menggerakkan langkahku menuju luar dengan perlahan dan mencoba melihat sekitar. Setelah yakin tidak ada siapa-siapa lagi, aku berlari menuruni tangga menuju lantai tiga, sambil melihat jam tanganku.

Dan langkahku terhenti tepat saat aku melihat angka yang berada di jam itu.




















FEB 29, 2020.
3.30AM


















Hah????????????????????










[✓] SURVIVE OR DIEWhere stories live. Discover now