048%

255 70 12
                                    



















TUBUHKU sakit sekaligus nyeri, bersamaan dengan pelukan Rhino yang makin erat. Aku tidak akan menjelaskan apa yang terjadi, karena itu... Kegiatan yang terlalu dewasa. Rasanya familiar, mungkin di masa lalu aku pernah melakukannya dengan Rhino ataupun Chris yang notabenenya adalah suamiku... Atau jangan-jangan dengan orang lain juga? Tidak tau. Aku tidak akan meminta Meredith untuk menempelkan dahinya untuk melihat itu. Yang jelas, aku dan Rhino sekarang habis melakukannya. Aktifitas dewasa itu.

Aku juga bercerita tentang ingatan-ingatan yang aku punya. Dari kematian Peter, Kakekku, pertemuan di ruang bawah tanah rumahku, ruangan putih, suntikan, serta kemandulan Chris. Aku menceritakan semuanya.

Rhino tidak mengekspresikannya secara langsung, hanya saja dari sorot matanya. Ia tampak marah dan berkali-kali memukul tiang kasur hingga bengkok tanpa ekspresi. Aku memeluk tubuhnya setelah ia melakukan itu. Berharap ia sedikit lebih tenang atau aku akan menjadi pelampiasannya juga, mengingat tubuh Rhino sangat kuat.

Aku menggerakkan abstrak jari telunjukku di dada polosnya sambil sesekali memejamkan kedua mata mencoba untuk tertidur.

"Ada yang masih kau sembunyikan?"

Kepalaku mendongak menatap mata Rhino yang sayu. Kemudian aku menggeleng, "Tidak ada. Semuanya sudah kuceritakan."

"Kalau begitu, ada yang ingin kau tanyakan?"

"Kau... Bagaimana bisa kau keluar dari Glass Maze? Bagaimana dengan Felix?"

Rhino menghela napasnya, membawaku kembali ke dalam pelukannya dan mengecup keningku dengan waktu yang cukup lama. "Felix tidak apa-apa. Dia tidak bisa keluar dari sana, meskipun aku sudah memecahkan seluruh kaca di gedung itu."

"Bagaimana bisa?"

"Entah. Aku tidak mengingatnya."

Tak mau lagi mempertanyakan hal itu kepadanya, aku menyesap dada polos Rhino dan meletakkan kepalaku di ceruk leher Rhino. Nyaman, walaupun terasa dingin.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampilkan Leo yang matanya langsung membola melihatku dan Rhino di atas kasur dengan tubuh atas yang telanjang dibalut selimut.

Ia hanya menggelengkan kepalanya tak percaya, "Sudahku bilang, Kak Kira itu istri orang."

"Aku tidak peduli, aku akan merebutnya kembali. Sana kau keluar!"

Leo berdecih. Ia malah menghampiriku dan langsung memukul bokong Rhino keras, "Kak Chris menelepon. Dia mencarimu dan Kak Kira."

Kini mataku yang membola, "Chris?"

Leo mengangguk, "Dia sedang bersama dengan Sam. Tadi aku mengirim pesan kepada mereka karena kita akan ke Sangkara."

"Kau keluar dulu! Kira tidak memakai apapun!"

Aku hanya tertawa mendengar Rhino yang berteriak. Leo lagi-lagi berdecak sebal dan menendang bokong Rhino lagi dengan keras, lalu ia keluar kamar dan menutup pintunya cukup keras.

Saat aku ingin bangun dari tempatku, Leo lagi-lagi membuka pintu tanpa ketukan, membuatku dengan tergesa menutupi tubuh atasku dengan selimut lagi. Rhino kembali berteriak, "Ketuk!"

"Hehe—maaf. Cepat, kita harus merencanakan cara untuk masuk ke Sangkara." Dan Leo menutup pintunya lagi.

Aku menatap Rhino yang hendak bangun dari posisinya, "Apa aku harus menceritakan tentang Chris juga kepada Leo?"

Rhino menggeleng, "Jangan. Kita tidak tau Leo berada di pihak siapa, walaupun aku yakin Leo tidak akan macam-macam." Dengan satu kecupan di bibirku, Rhino bangkit dari tidurnya dan mengambil pakaian yang berserakan di lantai, "kau hanya harus percaya padaku, Kira. Sebelum jam sepuluh malam, aku milikmu."

Perkataannya malah membuatku mendengus keras. Aku hampir melupakan fakta jika Rhino akan berubah lagi menjadi monster mengerikan itu pada jam sepuluh malam.

Sial sekali.





[✓] SURVIVE OR DIEWhere stories live. Discover now