011%

517 111 11
                                    











HAH! Astaga apa yang terjadi? Aku... masih di lemari?


Aku sangat yakin jika si Gondrong tadi benar-benar memenggal kepalaku.



Leherku? Kepalaku?



Lho, kok tidak kenapa-kenapa? Tidak ada hal yang lain seperti goresan luka atau rasa perih dileherku selain peluh. Apa aku bermimpi? Tapi itu sangat nyata sekali.




brak!




Suara itu...

Cahaya kemudian memasuki pandangan dan tempat persembunyianku di lemari sempit ini. Aku kembali mengintip dicelah kecil di depanku. Di sana ada si Gondrong dan dan si Merah. Seperti mimpiku sebelumnya, mereka membawa laki-laki berambut hitam yang sudah babak belur.

Kemudian si Gondrong membanting laki-laki itu. Si Merah mengambil kapak dan memberikannya ke si Gondrong.

Kok persis seperti di mimpiku ya?

Lirikanku sudah mengarah ke laki-laki berambut hitam itu. Persis! Ia menatapku lalu mengucapkan kata...





"Tolong."







brak!





Anjing! Apa sih yang aku lakukan?!

Ketiga laki-laki itu mengarahkan pandangannya ke arahku saat aku dengan bodohnya malah mendorong pintu lemari dan jatuh di depan mereka.

"Wah wah wah... siapa si Cantik ini?"

Siapa lagi kalau bukan si Gondrong yang bicara? Muak sekali, dia begitu menjijikkan.

Aku melirik si Merah yang diam memandang ke arahku dengan tatapannya itu. Kemudian aku juga melirik laki-laki babak belur yang berbaring kesakitan di sana.

"L-lari!" Ucapan laki-laki babak belur itu lirih sekali. Ia begitu kesakitan, aku tidak tega. Aku tidak ingin dia mati seperti di mimpiku.

"Tidak! Ayo, kamu juga ikut lari!"

"HAHAHAHAHAHHAHAHAHA! Dasar tolol kalian berdua. Mau lari kemana, huh?"

Si Gondrong itu malah menendang wajah si laki-laki babak belur itu.

"Jangan sakiti dia!"

"HAHAHAHAHHAHAHA! Romantis sekali."

Kini si Merah mendekatiku. Mau apa sih dia? Aku tidak suka tatapannya! Begitu menusuk.

Aw! Rambutku dijambak membuat kepalaku mendongak. Sialan! Si Merah ini malah membuat kepala dan leherku sakit.

"Berisik. Jangan sok jadi pahlawan."








cuih!







Aku meludahi wajahnya. Hahamenjijikkan sekali tatapannya itu.

"Kak Chris! Hei, Jalang kecil! Kurang ajar!"

Si Gondrong itu malah berteriak dan berjalan ke arahku.




ARGH!




Si Gondrong itu malah menamparku dengan kapak. Catat! DENGAN KAPAK!

"Brengsek!"

Tubuhku gemetaran, wajahku perih!

Tanganku terangkat ke arah laki-laki berambut hitam itu. Jangan mati lagi, cepat lari! Ayo lari bersama!



dor!



"AAAAAAH! Keparat! Kenapa kau bunuh dia?!"

Laki-laki itu. Kembali. Mati

Aku gagal menyelamatkannya. Harusnya karena mimpi itu ada, aku bisa menyelamatkannya. Aku gagal! Maafkan aku, Tuan berambut hitam. Maafkan aku.

Si Merah kini menodongkan pistolnya ke arah pelipisku. Masih dengan tatapan sialan itu. Menyebalkan sekali.

"Giliranmu yang akan menyusul si Sky brengsek itu."







Sky?







"Cepat bunuh dia, Kak Chris!"


Aku menundukkan kepalaku. Tanganku... gemetar. Peluhku kian membanjiri tubuhku, bahkan sampai beriringan dengan air mata. Aku akan mati kali ini seperti di mimpi. Dan kali ini aku sudah mengetahui nama laki-laki berambut hitam itu.



Sky.



Tuan Sky, aku akan menyusulmu. Tunggulah, aku ingin meminta maaf karena gagal menyelamatkanmu.

Si Merah yang dari tadi disebut Chris oleh si Gondrong sudah mengokang pistolnya.

"Any last words, Babe?"

Haha, lucu. Seringainya begitu menyeramkan. Tatapannya begitu dingin. Si Merah ini begitu mengintimidasi.

"Kau. Biadab."

Dan ya, itu kata-kata terakhirku sebelum seringainya menghilang dari bibirnya.

"Hhh-dasar."







dor!


[✓] SURVIVE OR DIEWhere stories live. Discover now