025%

236 70 7
                                    



















AKU merobek fotoku dan Chris di kamar—yang berada di kapal—milik Leo, lalu membuang sobekannya ke lantai. Perasaanku masih tidak bisa terima dengan semua itu. Kebohongannya, perkataannya, semua bohong.

Aku masih tidak mengerti kenapa Chris bisa dengan tega menuruti perintah kakek dan ayahnya untuk membuatku seperti ini. Rasa-rasanya semua pengkhianatan yang terjadi adalah perbuatannya. Atau jangan-jangan kejadian Felix ada sangkut pautnya dengan Chris?

Argh! Bikin pusing saja.







Pintu kamar terbuka, menampilkan Rhino yang menatapku. Lalu tatapannya beralih ke foto yang aku sobek di lantai. Ia menutup pintu kamar dan berjalan ke arahku.

"Kenapa disobek?" tanyanya yang ikut duduk di sebelahku di atas kasur.

"Sudah tidak berguna." Aku beranjak dari kasur dan ingin menyusul Leo di control room, tapi tangan Rhino menarikku pelan.

"Di sini saja."

Entah. Perasaanku saja atau memang sebenarnya keadaan kami berdua cukup canggung. Tidak tau karena aku yang memulainya atau memang Rhino yang agak sedikit berjaga jarak. Apa aku salah?

"Aku tidak pernah memikirkan itu," katanya yang membuatku mengerutkan dahi.

"Apa?"

Rhino kemudian menggenggam jemariku pelan, "Tentangmu yang tidak bisa memiliki anak."

"Apa maksudnya?"

"Aku tidak peduli akan hal itu, Kira."

Tangan Rhino meremas pelan jemariku dan membawa ke pangkuannya, "Memilikimu sudah menjadi suatu hal yang sangat berharga dalam hidupku."

"Omong kosong."

Sambil menarik tanganku dari genggamannya, aku berjalan cepat menuju pintu keluar. Saat aku membuka pintu itu, pintunya kembali tertutup karena dorongan keras dari tangan Rhino yang sekarang berada tepat di belakangku.

Hembusan napasnya terdengar berat dan berderu, membuatku tak berani menoleh ke belakang. Kurasa jaraknya cukup dekat, karena hembusan napasnya berada tepat di belakang leherku. Itu membuatku merinding.

"Kenapa kau begini?"

Aku mencoba membuka sekuat tenaga untuk membuka pintu tapi tidak bisa. Kekuatan Rhino lebih besar, dan yang pasti tubuh kurusku ini tidak mungkin menandinginya. "Aku mau keluar."

"Jelaskan dulu, kenapa kau begini, Kira?"

"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Bukannya aku meninggalkanmu karena kau sudah menjadi monster? Lalu penjelasan apa lagi yang perlu kau ketahui?"

Tak ada suara lagi. Aku hanya merasakan napasnya semakin memanas di belakang sana. Sial, aku bahkan tak berani menengok.

"Kau punya alasan kenapa meninggalkanku, 'kan?"

Aku menelan saliva gugup karena suara berat Rhino yang terdengar lirih. Astaga... Aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa.

"Jawab aku, Kira!"

"Bukankah sudah jelas?" Aku memberanikan diri untuk menoleh ke arahnya. Menatap matanya yang sedikit memerah ke arahku, "Kau itu monster mengerikan."

"Kau berani berbohong padaku."

Tunggu... Seringai Rhino yang sekarang ia tampilkan, seakan ia tau sesuatu. Aku tidak menampikkan jika aku takut dengannya, sekarang ataupun saat ia berubah. Tapi alasan yang aku keluarkan tadi hanya sebuah kata-kata.

















Karena pada faktanya, menurut hatiku yang paling dalam, aku tidak peduli jika dia monster mengerikan atau bukan.



















"Apa yang Chris lakukan padamu?"

Sepertinya Rhino tau sesuatu. Tidak mungkin tiba-tiba ia berbicara seperti itu tanpa adanya pancingan, 'kan?

"Meredith yang memberitahukanmu?"

Benar. Ia langsung tersenyum. Bahkan sekarang badannya semakin menempel ke tubuhku. "Jelaskan."

"D-dengan menempel seperti ini?"

"Dengan menempel seperti ini."

Dan setelahnya, aku tidak tau apa yang akan Rhino lakukan setelah bibir kami bertemu.

Aku pasrah.







[✓] SURVIVE OR DIEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz