PART 22

116 8 1
                                    

Arga membaringkan tubuh dengan lemas di kasur kamarnya, menghembuskan napas lelah dan menatap langit-langit hingga akhirnya ia tertidur.

"Arga.."

Arga menoleh mendapati seorang gadis cantik dengan setangkai mawar putih ditangannya.

Gadis itu duduk di sebelah Arga, diam beberapa saat dan akhirnya membuka suaranya.

"Ada masalah?" Tanyanya.

Arga menggeleng.

"Belajar untuk ikhlas dan memaafkan masa lalu Ga. Kamu tidak hidup untuk masa lalu, tetapi untuk masa depan."

"Maaf." Ucap Arga sambil menunduk.

"Semuanya karena aku, kamu jadi pergi."

"Aku gak pergi Ga, aku menitipkan sesuatu untuk kamu jaga. Aku harap kamu bisa menjaga pemberian itu." Gadis itu tersenyum manis sambil memberikan bunga mawar tadi pada Arga.

"Banyak hal yang menanti kamu di depan sana, melihat ke belakang hanya membuat kamu terpuruk." Lalu perlahan gadis itu hilang.

Arga terbangun dari tidurnya dengan napas terengah dan keringat di pelipisnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Setelah diam beberapa saat, ia terduduk sebentar lalu mengambil kunci mobilnya.

Milly yang baru saja keluar dari ruang guru harus berpapasan dengan Dio yang hendak memasuki ruangan tersebut. Seperti enggan melihat, Milly langsung pergi menjauh dari hadapan Dio membuat Dio berbalik dan mengejarnya.

"Mil." Panggilnya yang tak di gubris oleh Milly.

"Milly!" Dio berlari mengejar Milly yang sudah menaiki anak tangga.

"Mil." Dio yang berhasil mengejar Milly itu pun menghadang Milly.

Milly hanya menatap sebentar lalu berusaha menghindari Dio namun tak bisa.

"Gue mau ngomong."

Lagi-lagi Milly hanya diam dan memalingkan wajahnya ke samping seperti tak ingin melihat Dio.

"Mil, please."

"Ya ngomong aja."

"Tapi nggak di sini."

"Nggak bisa, gue gak ada waktu."

"Oke. Pertama, gue mau minta maaf soal waktu itu. Gue tau gue salah dan-"

"Mario!" Milly memanggil Mario, membuat Dio menoleh ke belakang dan menghentikan ucapannya.

"Gue maafin, udah ya." Milly pergi meninggalkan Dio dan berlari kecil menghampiri Mario sambil memberikan buku tulis yang ia pegang.

"Apaan?" Mario terlihat bingung.

"Itu buku lo kan? Udah cepet ke kelas." Ajak Milly menarik lengan baju Mario.

Dio yang melihat itu pun hanya bisa menghela napasnya, ia telah membuat Milly benar-benar menjauh.

Sesampainya di kelas, Mario memberikan kembali buku tulis itu pada Milly.

"Ck ck ck, lo jadiin gue tameng?" Milly mengambil buku itu dan tanpa berkata apapun lagi terduduk di kursinya.

Arga menghentikan mobilnya di suatu tempat, tetapi ada rasa sakit yang ia rasakan saat ia tiba di sana. Ia tidak turun, hanya diam dan menatap ke luar. Setelah beberapa saat, ia memutar mobilnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut.

TIINNNN!

Suara klakson mobil membuat Milly hampir terjungkal karena saking kagetnya, ia mengerlingkan matanya hendak mengomel namun lelaki tampan itu keluar dari mobil mewahnya.

"Hai." Tanpa dosa, Arga tersenyum manis sambil menghampiri Milly.

"Lo udah gila ya?! Lo mau bikin gue mati jantungan?"

"Jangan marah-marah mulu, cepet tua loh." Ledek Arga sambil menarik tas Milly hingga terlepas.

"Yuk kita pulang," Arga menarik tangan Milly dan membuat amarah Milly padam seketika.

"Cieee, di jemput Ayang Bebeb." Ledek Mira yang hanya dibalas senyuman oleh Arga dan pelototan mata Milly.

Arga menyimpan tas Milly di jok belakang dan membukakan pintu depan mobil untuk Milly.

"Kata siapa gue mau balik sama lo?"

"Terus kalau bukan gue sama siapa?"

Milly diam, memang supirnya tidak bisa menjemputnya hari ini.

"Gue kan mau balik bareng Mira tadi."

"Tadi kan? Berarti sekarang sama gue, ayo cepet naik."

Milly menatap Arga yang sedang menaikkan sebelah alisnya sambil menengok sedikit ke dalam mobil, mengisyaratkan Milly untuk masuk.

Milly pun tidak bisa mengelak dan akhirnya memasuki mobil Arga.

Setelah ikut masuk dan memakai seat belt, Arga membuka suaranya.

"Mau makan apa?"

"Siapa bilang mau makan?"

"Tuh" mata Arga menatap ke arah perut Milly.

"Ih jangan liat-liat!" Milly menutupi tubuhnya.

"Maksud gue, itu perut lo bunyi gitu masa gak denger?"

Milly menunduk malu karena perkataan Arga benar, Milly pikir Arga tidak mendengar suara perutnya yang meronta meminta makan ternyata ia dengar juga.

"Suaranya bisa ke dengeran ke bulan kali tuh saking lapernya hahaha." Milly melotot menatap Arga yang meledeknya.

"Jadi, mau makan apa?"

"Terserah."

"Kok terserah? Yang mau makan kan kamu."

"Kamu."

Milly menengok ke arah Arga.

"Mau makan sama apa Milly?"

"Gak tau." Balasnya sambil berbalik menatap luar jendela.

"MCD? KFC? Hokben? Yoshinoya?"

"Gak mau makan ayam-ayaman."

"Steak?"

"Bikin gendut."

"Sate?"

"Di mana?" Ujar Milly yang menengok ke arah Arga lagi.

"Katanya gak mau ayam-ayaman."

"Itu kan sate."

"Apa bedanya?"

"Di bakar, bukan di goreng."

"Emang sate dari apa?"

"Dari daging."

"Ya daging apa?"

"A-ayam." Ujar Milly pelan.

"Tuhkan, katanya gak mau makan ayam."

"Tapi kan ada sate kambing, sate kelinci."

"Emangnya kamu suka?" Tanya Arga.

Milly menggeleng.

"Jadi mau apa nih?"

"Tau ah, terserah!" Arga tersenyum kecil.

"Oke, kita makan sate ayam." Ujarnya sambil menancapkan gas meninggalkan sekolah dan pergi ke kedai sate ayam.

- - -

AMDove le storie prendono vita. Scoprilo ora