PART 25

100 9 0
                                    

Pagi harinya, Milly mengecek kembali ponselnya.

Masih sama,

Arga hanya membaca dan tidak membalas pesan darinya.

"Ini si Arga kenapa deh?"

"Apa jangan-jangan dia sakit? Kalau dia lagi sakit gimana?" Pikir Milly tiba-tiba panik.

"Duh gue harus apa dong?" Milly mengacak rambutnya.

Mario mengambil ponselnya yang berdering, diangkatnya telpon itu.

"Hallo?"

"Mario, Arga di mana?"

"Lo pagi-pagi nanyain Arga ke gue? Ya di rumahnya lah."

"Arga lagi sakit?"

"Kagak."

"Terus?"

"Ya gak ada terusannya Mil. Kenapa sih?"

"Arga gak bales chat gue."

"Kecapean kali dia."

"Kecapean?"

"Semalem gue, Arga sama yang lain abis balapan."

Hening, tak ada jawaban dari Milly di sebrang sana.

"Hallo? Mil?"

Tuut.tuut.

"Kenapa deh dia?" Gumam Mario.

Milly mematikan telponnya, wajahnya menampakkan kekecewaan, ia pun memblokir nomor Arga karena kesal.

- - -

"Radmilly!" Milly menengok dan mendapati Raskal yang berlari ke arahnya.

"Ini," Raskal memberikan sekotak susu cokelat dan roti sobek pada Milly.

"Buat gue?"

Raskal mengangguk, tanpa mengatakan apa pun lagi ia pergi meninggalkan Milly.

Dari kejauhan, Arga melihat Milly yang sedikit kebingungan dan kemudian memasukkan pemberian Raskal itu ke dalam tasnya. Milly yang merasa sedang diawasi itu menengok ke arah tempat Arga berdiri tadi, tetapi ia tak menemukan apa pun di sana. Milly akhirnya berjalan menuju kelas untuk melaksanakam ujian nasional hari pertama.

Ketika Milly memasuki ruangan, dilihatnya Arga yang sedang bersenda gurau dengan beberapa temannya, bahkan ia terlihat sangat asyik sehingga tidak melirik ke arah Milly sekalipun. Sepuluh menit kemudian, pengawas ujian datang, dan ujian akhir itu pun di mulai. Setelah beberapa lama kemudian, ujian hari pertama selesai sehingga siswa-siswi yang mengikuti ujian sesi 1 itu pun dipersilahkan untuk pulang.

Arga keluar kelas terlebih dahulu dibandingkan siswa-siswi diruangannya. Ketika Milly ikut keluar, Arga sudah tak terlihat lagi. "Gak ada minta maaf atau ngomong apa gitu sama gue?" Gerutu Milly.

"Ada. Gue mau minta maaf."

Milly menengok ke belakang.

"Untuk semuanya."

Milly diam sesaat, "Dio, gue udah maafin lo."

"Gue mau minta lagi kesempatan Mil."

"Untuk?"

"Deket sama lo..-"

Milly diam memperhatikan.

"Bukan sebagai sahabat aja."

"Maaf, tapi gue nggak bisa." Ujar Milly yang kemudian pergi meninggalkan Dio.

Milly yang baru saja tiba dirumahnya itu mendapati Arga sedang mengobrol di teras rumahnya bersama Millo.

Melihat Milly datang, Arga berpamitan pada Millo.

"Gue cabut ya Lo, thanks." Ujar Arga yang kemudian melewati Milly begitu saja.

"Ngapain tuh orang?" Tanya Milly.

"Ada urusan." Balas Millo yang langsung memasuki rumah.

Setibanya di kamar, Milly menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

"Harusnya gue gak sih yang marah? Kenapa jadi Arga yg ngehindarin gue?"  Milly memanyunkan bibirnya.

Ia mengecek ponselnya,

masih sama,

Arga tidak membalas pesannya.

"Tapi kenapa rasanya ada yang janggal ya?" Gumamnya.

    Arga yang baru saja tiba dirumah mewahnya itu mendapati sebuah mobil BMW putih terparkir di depan rumahnya.

"Mama?" Panggilnya ketika ia melihat Cattalia duduk di ruang tamu.

Cattalia tersenyum, menghampiri putra semata wayangnya itu dan memeluknya.

"Ngapain ke sini?" Tanya Arga dingin, bahkan ia tak membalas pelukan hangat Cattalia.

"Emangnya mama gak boleh jengukin anak mama sendiri?" Tanya Cattalia.

Arga terduduk di sofa, "Arga gak sakit, kenapa harus di jenguk?"

"Arga," panggil Cattalia yang ikut duduk disebelahnya.

"Mama mau minta maaf sama semua kesalahan mama pada kamu," Cattalia memegang tangan Arga.

"Mama sadar bahwa mama bukan ibu yang baik bagi kamu, bahkan ketika kamu membutuhkan mama pun mama gak pernah ada untuk kamu. Tapi bagaimanapun juga, mama sangat sayang pada kamu, karena kamu anak mama satu-satunya."

"Dan mengenai kondisi kamu–" Arga menatap Cattalia yang sudah menitikkan air mata.

"Papa kamu sudah memberitahu mama," Cattalia menangis.

"Arga, mama mohon sama kamu untuk terima pengobatan lagi... mama dan papa akan mencarikan kamu dokter terbaik, bahkan kalau perlu ke luar negeri pun itu gak jadi masalah." Cattalia menggenggam erat tangan Arga.

Arga berusaha melepaskan genggaman itu dan bangkit dari duduknya.

"Arga gak kenapa-kenapa. Mending mama sekarang pulang, sebelum mama dicari sama keluarga mama." Ucap Arga yang tak melirik Cattalia sama sekali.

Arga pun meninggalkan Cattalia yang masih menangis di ruang tamu megah itu.

- - -

AMWhere stories live. Discover now