PART 3

342 21 2
                                    

Hening. Sepanjang perjalanan, sampai si pemilik motor menepikan motornya disebuah taman dan menyuruh Milly untuk turun juga.

Si pemilik motor menarik lengan Milly dan menyuruhnya duduk disalah satu kursi ditaman itu, setelah Milly terduduk si pemilik motor yang masih mengenakan helm itupun pergi entah kemana.

"Itu orang aneh banget sih, tiba-tiba bawa gue ke taman. Udah tau gue pengen balik." Gerutu Milly. Tak lama orang itu kembali membawa dua es krim vanilla di tangannya. Kemudian ia memberikan itu pada Milly. Milly bukan orang yang munafik, di siang hari panas ini memang enak kalau makan es krim apalagi es krim itu rasa vanilla, kesukaannya. Tanpa ragu Milly mengambil es krim itu.

Si pemilik motor ikut duduk disebelah Milly, membuka helm nya tanpa Milly sadari, karena ia asik dengan es krim nya.

"Maaf.." Ujar orang disebelah Milly yang tak lain dan tak bukan adalah si pemilik motor. Yang otomatis membuat Milly menoleh.

Deg!

Mata Milly melebar, es krim yang dipegangnya kini jatuh ke tanah.

"Maaf Milly.." Lanjut orang itu. Orang itu menoleh sehingga ia dan Milly saling tatap.

"Maafin gue karena gue pipi lo jadi lebam gitu." Ya orang itu adalah Arga. "Nama lo Milly 'kan?" Milly masih diam. "Gue tau lo pasti tau gue, siapasih yang nggak kenal gue? Bu Maya dan yang lain aja sampe enek sama gue haha." Ujar Arga.

"Gue cuma pengen minta maaf sama lo, jujur gue ngerasa bersalah. Mungkin lo kaget dengan gue yang tiba-tiba bawa lo kesini. Gue Cuma mau minta maaf aja kok." Milly memalingkan wajahnya.

Sungguh untuk pertama kalinya, kini ia harus berurusan dengan orang yang sangat ia benci seantero SMA Harapan.

"Lo benci gue ya?" Tanya Arga. Milly masih tak menoleh. "Gu-gue mau pulang," Ujar Milly seraya bangkit. "Gue antar," Ujar Arga yang ikut bangkit. "Gu-gue bisa pulang se-sendiri." Entah mengapa mendadak Milly menjadi terbata-bata karena gugup.

"Sebagai permintaan maaf," Arga menarik lengan Milly. "Gue bisa sendiri Ga!" Ujar Milly kesal. "Yaudah, kalau gitu lo balik sendiri." Ujar Arga yang sekarang menjadi acuh. Milly berdecak kemudian meninggalkan Arga.

Dio mengutak-atik telponnya untuk menelpon Milly.

Dio is calling...

Milly yang sedang berjalan itu tersenyum kemudian mengangkat telpon dari Dio.

"Halo Di?"

"Lo dimana Mil? Gue udah selesai latihan."

"Lagi di taman."

"Taman? Taman mana?"

"Taman.. AAAAAAA!"

Tiba-tiba saja suara teriakan terdengar dari sebrang yang membuat Dio langsung panik.

"Halo? Milly?"

Tak ada jawaban.

Milly terjatuh begitu seorang preman mengambil ponselnya dan satu nya lagi secara paksa mengambil tas nya.

"Bang! Bang saya mohon balikin!" Milly bangkit dan berusaha merebut tas nya. "Diem lo bocah!" Kedua preman itu membuka tas Milly dan hendak mengobrak-abriknya. "Bang balikin!" Ujar Milly yang sudah menangis. Namun, Milly malah di dorong oleh salah seorang preman dengan anting besar ditelinganya. Beruntung Milly tidak terjatuh. Seseorang telah terlebih dahulu menahannya. "Minggir." Ujar orang itu kemudian pada Milly.

"Balikin bangsat!" Ujar Arga marah kepada kedua preman itu. "Bocah sialan." Preman berkaos merah menonjok wajah Arga membuat cowok itu tersungkur.

"ARGA!" Pekik Milly terkejut. Milly hanya bisa diam, berdiri dibalik pohon dengan air mata.

Arga bangun dan langsung menonjok si preman berbaju merah. Tak terima temannya diterkam Arga, Preman beranting tadi menjatuhkan ponsel serta tas Milly dan kemudian ikut menghajar Arga. Arga dengan energinya, melawan dua penjahat itu seorang diri. Untung saja ia mahir dalam hal seperti ini, karena dahulu ia pernah mengikuti taekwondo.

Bugh! Bugh! Bugh!

Tiga jotosan terakhir yang Arga berikan pada preman beranting, karena temannya telah tersungkur terlebih dahulu. Kemudian, Arga menginjak dada si preman itu dengan satu kaki nya. "Pergi lo dari sini, sebelum lo dan temen lo mati dihadapan gue." Si preman beranting yang notabene nya masih kuat berjalan itu pergi dengan membawa temannya.

Arga mengambil ponsel serta tas Milly dan kemudian menyerahkannya pada gadis itu. "Ayo pulang." Milly mengangguk pelan dan kemudian mengikuti Arga berjalan ke motornya.

-  -  -

"Aw! Sshh.." Arga meringis ketika Milly mengobatinya. "Ini kan luka Ga, tahan. Lo harus diobatin," Milly mengarahkan kompresan es batu itu ke ujung bibir Arga yang sobek. Arga diam, menatap Milly dan mengagumi gadis itu dalam hatinya.

Hidung mancung, bibir merah muda alami, bulu mata yang lentik, serta bola mata yang besar dan indah itu membuat jantung Arga berkontraksi tak karuan, apalagi melihatnya dengan jarak sedekat ini.

Ketika Milly menatap Arga, matanya bertemu dengan mata manik milik Arga. Ia terdiam, dan suasana menjadi hening. Mereka saling tatap satu sama lain.

"Milly!" Ujar Dio yang tiba-tiba masuk ke rumah Milly.

"Dio!" Ucap Milly bangkit dari duduknya.

"Lo nggak apa-apa kan? Ada yang luka?" Milly menggeleng.

"Mil lo-" Ucapan Dio berhenti ketika matanya dengan mata Arga bertemu.

"Lo ngapain disini?" Ujarnya menghampiri Arga yang sudah berdiri. "Lo ngapain Milly?" Bentaknya menarik kerah baju Arga.

"Dio!" Milly menarik Dio. "Arga nggak salah." Ucapan Milly yang menurut Dio gadis ini malah membela musuhnya sendiri. "Gue pulang." Ujar Arga mengambil tas nya dan keluar dari rumah Milly. "Dia ngapain lo?" Milly menggeleng. "Udahlah nggak usah dibahas lagi. Mending lo balik terus istirahat." Dio menatap bingung sahabatnya. "Bener lo nggak kenapa-kenapa?" Tanya Dio lagi memastikan. "Hm. Gue nggak kenapa-kenapa kok." Dio mengangguk. "Yaudah gue balik." Milly mengangguk dan kemudian berkata "Hati-hati Di!".

-  -  -

Happy weekend :*

Salam Saturn🌾

AMWhere stories live. Discover now