PART 4

290 20 4
                                    

"Den, makan malamnya dah siap." Ujar Bi Inah. "Tolong bawain ke kamar Bi, Arga lagi males ke bawah." Pintanya. "Bentar ya Den." Sebenarnya, Arga tidak bermaksud untuk menyuruh Bi Inah. Namun, ia takut jikalau ia bertemu dengan Bara, papanya. Melihat kondisi wajah Arga yang terdapat luka pasca menolong Milly tadi. Walaupun selama ini Arga selalu makan sendirian di meja makan, tapi ia takut jika tiba-tiba saja bertemu dengan Bara.

Merasa bosan, sambil menunggu Bi Inah ia menyalakan televisi di kamarnya.

Pemirsa, kali ini publik dibuat terkejut oleh penyanyi serta aktor cantik kebanggan negeri ini. Yang tak lain dan tak bukan adalah Catalia Stewart.

Arga bungkam, ketika ia menyalakan televisi dan infotaiment menyebutkan nama itu. Dan ia langsung terfokus pada layar kaca dihadapannya, membuatnya tak sadar bahwa Bi Inah sudah datang membawa nampan.

Aktris cantik berusia 46 tahun itu diketahui kini sedang menjalin hubungan dengan seorang pengusaha batu bara. Dan yang mengejutkannya lagi, dalam kurun waktu dua pekan mendatang, mereka akan melaksanakan pernikahannya disebuah gedung kawasan elit, dengan mengundang...

Arga masih diam dan terfokus. Bi Inah menatap sendu kearahnya, dengan mata yang berkaca-kaca.

Jadi bener. Batin Arga.

"Den, makanannya.." "Arga nggak jadi makan." Ujarnya mematikan televisi lalu merebahkan diri ke kasur, membelakangi Bi Inah. "Kalau Aden mau makan, panggil Bibi ya.." Ujar Bi Inah yang kemudian keluar dari kamar Arga.

- - -

"Milly!" Seru Mira yang melihat gadis itu diambang pintu kelas dengan lemas. "Lo nggak apa-apa kan? Lo baik-baik aja?" gadis itu mengerutkan kening begitu sahabatnya melontarkan beberapa pertanyaan padanya. "Gue baik. Kenapa?" Mira menghembuskan napas lega. "Dio tuh kemaren nelponin gue, dia takut lo kenapa-kenapa." Milly mengangguk. "Jadi gimana?" Tanya Mira membuat Milly bingung. "Apanya?" Tanya Milly. "Lo sama Dio lah, doi care loh." Milly mengangkat bahu.

"Ya lo tau sendiri, se care apapun dia, gue itu cuma sahabatnya. Nggak ada kata lain. Dan harusnya gue tau itu," Milly mengerucutkan bibirnya.

"Yaelah hari gini lo masih kelibat prenjon? Nggak jaman kali sist." Milly menoyor kepala Mira.

"Seenggaknya gue nggak ditinggal-tinggal terus. Nggak kayak lo, kenal-deket-phpin- ditinggal- nangis kejer. Gitu ae terus siklus hidup lo." Ujar Milly yang memang apa adanya. "Sialan." Ucap Mira.

Jam Istirahat tiba, kini Milly dan Mira telah duduk disalah satu kursi dikantin. Sedari tadi, mata Milly tak fokus pada mie ayam di depannya. Mata nya terus berkeliling, mencari seseorang.

"Mil," Panggil Mira yang tak dihiraukan oleh Milly. Tak lama kemudian, batang hidung Dio sudah terlihat memasuki kantin. Namun, Milly masih tak menyadarinya.

"Gue haus," Dio mengambil es teh yang sedang dipegang oleh Milly. Lagi-lagi Milly tak menyadarinya, sampai saat ini Dio telah terduduk di kursi sebelahnya.

"Radmilly!" Dio menepuk pundak Milly, membuat Milly tersadar. "Eh? Sejak kapan lo disini?" Tanyanya melihat Dio yang sudah duduk disebelahnya. "Yee, lo nya kemana aja dari tadi?" Milly terdiam.

"Baliknya lo kemana Mil? Gue mau ngajak lo nonton." Ajak Dio. "Sekarang?" Dio mengangguk. "Gue nggak nih Di?" Tanya Mira. "Nggak ah, lo kan masih butuh waktu sendirian untuk menangis selepas ditinggal si Rian. Haha.." Ledek Dio. "Kampret." Ucap Mira kesal.

"Gimana Mil?" Tanya Dio setelah Mily terdiam cukup lama. "Gimana apanya?" Milly balik bertanya. "Nonton?" Sekali lagi Milly terdiam tampak berfikir. Dan kemudian..

"Maaf Di, gue nggak bisa."

Dio mengangkat sebelah alisnya. Mira pun nampak bingung pada sahabatnya, yang tak biasanya ia menolak ajakan Dio. "Gu-gue ada urusan." Ucapnya pelan. "Urusan apaan?" Tanya Mira ikut nimbrung. "Gue.. gue.."Milly berfikir kembali. "Gue mau nemenin Millo. Iya nemenin, soalnya gue udah janji mau nemenin dia pergi balik sekolah." Dio mengangguk mengerti. "Oh yaudah, lain kali aja ya Mil. Oh ya gue balik ke kelas dulu." Milly mengangguk. Dan sekarang Mira menatap Milly dengan pandangan curiga.

"Mir, lo kekelas duluan aja. Gue mau ke toilet dulu." Ujar Milly ketika dirinya dan Mira sedang berjalan menuju kelasnya. "Toilet? Lo udah berani ke toilet sendiri?" Milly mengangguk kemudian mendorong Mira. "Udah sana." Ketika ia sudah memastikan punggung Mira tak lagi terlihat, ia kembali ke kantin.

Disana, dipojok kantin. Ia melihat segerombolan yang tak asing lagi bagi seluruh siswa maupun guru SMA Harapan. Milly menarik napas dalam, kemudian menghampiri gerombolan itu.

Mario yang terlebih dahulu melihat Milly datang, langsung berdiri tegap dan menghampiri gadis yang menjadi teman sekelasnya itu. "Ada apa Mil?" Tanyanya. "A-Arga di-dimana?" Ucap Milly terbata-bata.

"Hah? Arga? Lo nanyain Arga? Gue ng-"

"Mario!" Mario mengerutkan dahi nya bingung.

Pasalnya ia sangat tahu betul bahwa Milly benci dengan geng nya. Terutama Arga, Milly sangat membenci nya. "Dia kan di skors seminggu." Jawab Mario. "Gue minta alamatnya." Ucap Milly pelan. "Lo minta alamat? Mil, lo... Jangan bilang lo mau bales dendam sama dia ya? Wah parah lo." Milly tak menjawab dan langsung memberikan ponselnya. "Tulis cepet." Perintahnya. Mario pun langsung mengetik alamat rumah Arga di memo ponsel Milly setelah itu ia berikan pada gadis itu. "Jangan bilang sama semua temen lo." Ujar Milly yang melihat teman-teman Mario tengah menatap mereka berdua.

"Itu cewek yang waktu itu nggak sengaja kejotos si Arga 'kan?" Tanya Aldo selepas kepergian Milly. Mario mengangguk. "Siapa namanya? Mau ngapain dia?" Tanya Bagas. "Milly. Lah gue kan temen sekelasnya." Aldo dan Bagas mengangguk. "Milly? Cantik juga." Gumam Rian. "Heh setan, awas lo jadiin dia target." Mario menoyor kepala Rian. Ya, Rian ini adalah playboy tingkat akut. Bahkan, Mira pun pernah menjadi korbannya.

"Dari toilet tapi kok gue nggak liat lo?" Ucap Mira ketika Milly telah duduk dikursinya. "Eh? Gue..-" "Mil, apa yang lo sembunyiin?" Tanya Mira. "Gue mau ke rumah Arga." Mata Mira reflek melebar mendengarnya.

- - -

Huhhh maaf ya kalau jelek hm :(

Jangan lupa vomment nya tq ^°^
Next chapter di private ya!

Salam Saturn🌾


AMOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz