PART 14

136 10 0
                                    

"Mil." Panggil Arga seusai menyantap sajian yang nikmat tadi.

"Lo ada acara nggak hari sabtu ini?" Milly diam tampak berfikir.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Gue mau ajak lo ke pernikahan." Milly langsung tersedak.

"Arga gue masih punya masa depan yang cerah, gue pengen lulus SMA dulu terus gue kuliah nyampe S2 terus gue pengen jadi wanita kar-"

"Ngaco. Gue nggak bakalan ngajak lo nikah sekarang lah. Maksud gue nikahan nyokap."

Milly diam.

Arga membuka isi tasnya, mengeluarkan sesuatu dari sana dan menyodorkannya pada Milly.

"Sabtu ini nyokap gue nikah. Haha.. bahkan nikahnya pas banget di hari ulang tahun gue. Kado dari nyokap gue pernikahan konyol itu kali ya?" Ucap Arga yang terdengar sangat sendu.

Milly membuka undangan itu dan membacanya, ia membaca dimana resepsi dan akad dilaksanakan. Tapi sayang.. ia tak melihat siapa pengantin pria nya.

Setelah itu ia menatap Arga, ia bingung harus bicara apa.

"Ga, lo-" Milly memegangi lengan Arga, memberinya kekuatan.

"Lo harus ikhlas. Ini udah takdirnya, mau lo marah mau lo gimanapun ini udah jalannya. Sekarang mending kita pulang." Ujarnya yang sangat menenangkan bagi Arga. "Makasih Mil." Ujar Arga dengan senyum tipisnya.

- - -

Tok.tok.tok

"Millo gue boleh masuk nggak?" Tanya Milly dari luar.

"Masuk aja, kagak dikunci." Milly membuka pintu kamar Millo.

"Nyokapnya Arga mau nikah sabtu ini. Lo tau?" Tanya Milly. "Noh liat," Millo menunjuk tv yang berada dikamarnya.

"Aku nggak bakal pakai yang heboh banget sih ya, aku pengen yang simple tapi tetep elegan aja."

"Oh kalau nanti aku ada sungkeman pakai adat bali, dari dia nya sih yang ada keturunan bali nya."

Milly melihat acara itu, dilihatnya ibunda dari Arga itu sedang diwawancarai tentang pernikahannya yang akan diadakan minggu ini.

"Kasian ya Arga." Ucap Millo.

"Lo tau Mil? Orang tuanya itu orang-orang sibuk semua. Setidaknya kita beruntung punya orang tua kayak Mami sama Papi. Ya walaupun Mami suka kumpul sama temen arisannya, Papi suka bolak-balik New york. Kita beruntung punya mereka." Ucap Millo membuat Milly hanya diam menatap adiknya.

"Gue jadi kangen Mami Papi.." Ujar Milly, padahal kini kedua orang tuanya itu sedang menonton tv dibawah.

Milly dan Millo saling tatap, sedetik kemudian mereka berlomba ke lantai bawah.

"MAMI PAPI!" Seru mereka, Milly berlari memeluk Rakha, dan Millo berlari memeluk Clara.

Clara dan Rakha mengerutkan dahi mereka, bingung akan sikap kedua anaknya ini.

"Kalian kenapa?" Tanya Rakha.

"Milly kangen.."

"Millo juga.."

Ada-ada saja memang, mereka sudah SMA tapi kelakuan seperti anak TK. Tak apalah, mereka begitu karena takut kehilangan.

"Kalian aneh, padahal Mami sama Papi dari tadi disini kok nggak kemana-mana." Ujar Clara tertawa gemas akan tingkah anak-anaknya.

"Child, snack time?" Milly dan Millo mengangguk.

- - -

Tok.tok.tok.

"Siapa?" Tanya Arga dari dalam kamar. "Gue." Suara itu, suara Mario. Ya Mario Januarta, sahabat sekaligus sepupu yang Arga miliki. "Masuk."

"Ga lo-"

"Gue dateng kok Yo, gue ajak Milly kesana ntar." Mario tersenyum.

"Good, gimanapun Aunty masih nyokap lo." Ujarnya duduk di meja belajar Arga.

"Perkembangan lo sama Milly gimana?" Tanya Mario.

"Biasa aja, ya lo taulah gue masih belum bisa sepenuhnya ngelupain dia." Mario mengangguk.

"Ga, intinya sekarang lo harus liat ke depan dan jangan terus-terusan nengok ke masa lalu. Sebenernya, lo nggak perlu lupain itu semua. Karena kenangan diciptakan untuk dikenang dan bukan untuk dilupakan." Ucap Mario yang memang benar-benar bijak.

Ya, jikalau meminta saran atau semacamnya Arga akan bercerita pada Mario bukan temannya yang lain. Karena sikap dewasa Mario lah yang paling Arga sukai jika ia sedang butuh nasihat atau semacamnya.

"Gue mau mencoba Yo.. gue mau mencoba singgah ke hati nya Milly." Ujar Arga.

"Bukan singgah Ga, lebih tepatnya lo berlabuh ke hatinya Milly."

- - -

Milly terbangun pada pukul 9 pagi, karena hari ini sekolah sudah bebas, entah kenapa Milly jadi malas masuk.

Karena lapar, setelah menyikat giginya ia turun ke lantas bawah. Ps : Milly belum mandi.

Ketika di dapur, ia mendengar suara Clara sedang berbicara dengan seseorang di ruang tamu, entah siapa. Membuat Milly penasaran dan melangkah ke ruang tamu.

"Dio?" Ujar Milly mendapati Dio yang tengah berbincang dengan Mami nya.

"Nah tuh kebo nya udah bangun." Sindir Clara.

"Lo ngapain Di?" Tanya Milly. "Kamu tuh ya, semalem juga Dio ke sini jam delapan. Eh kamu udah tidur. Terus jam delapan pagi nya juga, eh kamu masih tidur. Jam sembilan baru bangun." Milly melihat jam dinding besar. Benar ucapan Clara kalau sekarang sudah jam sembilan.

"Gue mau ajak lo keluar." Dio angkat bicara. "Oke, gue mau mandi dulu," Ujarnya segera berlari ke kamarnya.

"Kita mau ngapain ke butik?" Tanya Milly ketika mereka sampai di butik ternama di ibu kota.

"Bantuin gue pilih tuxedo ya." Milly mengangguk, tanpa bertanya lebih lanjut.

"Bagusan yang mana? Ini, ini atau ini?" Tanya Dio yang menunjukan tiga tuxedo. Yang pertama berwarna hitam, lalu putih dan juga biru donker. Milly memperhatikan ketiganya, kemudian melihat Dio.

"Biru deh kayaknya." Ujarnya.

"Mba, saya mau yang biru ini." Si pramuniaga mengangguk kemudian mengambil tuxedo yang berada di lengan Dio untuk dikemas.

"Buat apa sih Di?" Tanya Milly yang baru saja rasa penasaran itu muncul.

Namun Dio tidak menjawab, ia hanya memberikan senyuman pada Milly. Membuat cewek itu bingung tentunya.

- - -

AMWhere stories live. Discover now