• 15

94.3K 9.2K 14
                                    

□□□
Vote & Comments this chapter ♡♡♡
Don't Forget!
:)

.
.

Varold mengedarkan matanya, mencari dari mana asal pekikan yang cukup nyaring itu.

Pasalnya jika ada seseorang, pasti ia bisa merasakannya.

Tapi dari tadi dia tidak merasakan sesuatu apapun.

Apa lagi dalam keadaan seperti itu, seluruh kekuatannya berkali lipat.

Indranya menajam.

Ia memperhatikan sekitar dengan tajam. Mencari dimana seseorang yang berani berada di dekatnya.

Tidak lama ia melihat potongan gaun dari balik pohon yang tak jauh darinya.

Varold melangkah pelan dengan kekuatan yang bersatu dengan emosi dalam dirinya semakin membuncah.

Semakin dekat..

Lebih dekat..

Dan setelah sampai, Varold melihat perempuan yang sedang menenggelamkan wajahnya pada lutut yang ia dekap erat.

Varold menatap perempuan itu seksama.

Ia seperti tidak asing dengan perempuan itu atau mungkin seorang gadis.

Yang ia pertanyakan, mengapa ia tidak bisa merasakan keberadaan gadis itu.

Siapa dia?

Masih dengan tatapan tajam dan rahang yang mengeras, Varold melihat gadis itu mengangkat kepalanya perlahan.

Varold menatap mata wanita itu yang sedang sesenggukan dengan air mata yang berlinang.

Emosi serta kekuatan yang membuncah pada dirinya sedari tadi, perlahan normal.

Ia tahu gadis itu. Gadis yang ia tahan di ruang Trunfio.

Gadis yang juga dibawanya ke salah satu kamar atas perintah ibunya.

Gadis yang hanya ia yang dapat menyentuhnya ketika yang lain merasakan tubuh gadis itu seakan beku.

"Mengapa kau berada disini" desisnya tajam.

Sedang yang ditanya hanya terdiam menyeret tubuhnya menjauh.

Varold melangkah mendekat.

"Mengapa kau ada disini?!" Varold mengulang

"Ak..aku ingin kem..kembali kehidupku sebelumnya" ucap Veira terbata.

"Ta..tapi aku tid..tidak tahu caranya" lanjutnya.

Walaupun tidak bisa mengetahui keadaan tentang gadis itu, setidaknya varold masih cerdas untuk mengetahui gadis ini kabur dari istana.

Tanpa kata Varold  membuka portal dan menyeret wanita itu berdiri mengikutinya masuk.

Sesampainya di istana, Veira kembali dalam keadaan pingsan.

Varold sudah tau akan seperti itu.

Makanya ia langsung di kamar yang di tempati wanita itu sebelumnya.

Ia mengangkatnya dan membaringkannya di ranjang.

Ia memanggil ibunya dalam telepati.

Varold berlalu kembali dengan portalnya. Pergi entah kemana.


Tidak lama berselang, Cornelia muncul dari balik portalnya.

Bersamaan dengan itu,Veira mengerang halus

Perlahan membuka mata dengan tangan yang menyentuh dahinya yang berdenyt sakit.

Cornelia mendekat.

"Pelayan! ambilkan air" ujar sang queen.

Cornelia duduk di tepi ranjang dan perlahan menaruh tangannya di kening Veira.

Melihat itu, veira membatin bingung.

"Apa yang dilakukan wanita ini. Mengapa ia menyentuh dahiku dengan mata terpejam".

Merasakan sengatan di kepalanya, veira ikut memejamkan kedua matanya.

Hingga beberapa detik mereka kembali membuka mata dengan bersamaan.

Dengan itu rasa berdenyut yang tadi di rasakan Veira pada dahinya, kini hilang.

Cornelia tersenyum melihat veira canggung kebingungan.

"Kau dari mana? Aku mencarimu" tanya cornelia.

"Kau sebenarnya siapa"

Veira bukannya menjawab,ia balik bertanya.

"Itu bukan jawaban, dan sebelum kau menjawab itu katakan dulu siapa namamu" ucap Cornelia.

Ini sudah kedua kalinya mereka bertemu tap ia masih tidak tahu siapa nama gadis manusia itu.

Veira yang ditanya, hanya dia belum juga mengeluarkan suara untuk menjawab.

"Hey.. apa kau mendengarku?" Ucap Cornelia.

"Ak..aku veira" cicit veira.

"Ah Veira rupanya" ucap cornelia mengulang.

"Sekarang jawab pertanyaanku yang sebelumnya"lanjutnya.

"Aku hanya ingin kembali ketempatku" ujar veira perlahan.

Sebenarnya ia takut bukan karena wanita di depannya ini berwajah seram, hanya saja ia canggung.

"Apa kau tau kau sekarang berada dimana? Apa kau menyadarinya?" Tanya cornelia lagi.

"Aku tidak tau aku dimana. Tapi aku merasa sekarang aku tidak berada ditempatku hidup" jawab veira.

"Aku sempat berpikir bahwa ini adalah kerajaan ib..iblis. apa itu benar" lanjutnya terbata.

Cornelia terkekeh pelan mendengar ucapan veira.

"Pemikiran mu tidak sepenuhnya salah" jawab cornelia.

"Dan untuk kembali ke kehidupanmu, itu belum bisa"lanjutnya.

Mendengar itu, pikiran veira memunculkan banyak pertanyaan.

□□□
Part 15 akhirnyaaa..

Yuk next yukk!!

Vote 🌟& Comments Don't Forget Xoxo.

Thx♡
•indiez

Grąmoral MatęWhere stories live. Discover now