• 28

74.4K 8K 218
                                    

□□□
Vote & Comment this chapter ♡♡♡
Don't Forget !!
:)

.
.

Perlahan veira kembali melangkahkan kakinya memasuki rak buku terbuka itu.

Ia benar-benar tidak melihat apapun setelah memasukinya.

Tiba-tiba terdengar benda yang tergeser dan ia panik saat melihat rak buku itu tertutup rapat.

Ia menggedor dengan panik berharap ada yang menolongnya.

Veira terus menggedor hingga tangannya sakit.

Ia jatuh terduduk dengan pandangan kosong dan air mata yang berlinang.

Mata nya terbuka lebar tetapi yang ia lihat hanya kegelapan. Tak ada apapun.

"Apa ada orang disini??!!" Teriaknya.

"Kumohon tolong aku.." ucapnya sesenggukan.

Ia kembali berdiri dan meraba-raba, hingga ia menemukan tembok dingin.

Veira terus meraba hingga kepalanya terantuk sesuatu.

"Apa ini bohlam?" Tanya sembari menarik tali yang terjuntai.

Dan lihatlah ruangan ini berubah menjadi terang temaram.

Ruangan ini tidak berisi apapun yang aneh.

Hanya sebuah meja kerja di ujung ruangan,serta buku-buku yang tersusun rapi seperti mini perpustakaan.

Veira menyadari, tidak jauh dari meja kerja itu terdapat sebuah pintu.

Pintu biasa yang tidak terlalu besar.

"Apa itu kamar mandi?" Gumamnya

Veira berjalan mendekat dan membukanya.

Yang pertama kali dilihatnya adalah sebuah hutan lebat dengan pepohonan yang menjulang tinggi.

Hutan itu tidak terlalu kelam karena masih terdapat bias cahaya matahari di sela-sela pepohonan.

Veira tertarik memasukinya. Ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan pintu yang terbuka lebar.

Ia menyadari terdapat bunga-bunga liar yang tumbuh cantik di hutan itu.

Tidak seperti hutan-hutan sebelumnya yang ia temui.

Hutan ini terkesan kelam tetapi indah.

Dan yang ia pertanyakan,mengapa hutan ini terhubung dengan pintu tadi.

Veira terus berjalan hingga ia mendapati sebuah sungai hijau yang begitu menyejukkan mata.

Terdapat air terjun kecil di bagian kanannya dengan bebatuan yang tersebar di beberapa bagian.

Veira berjalan mendekat merasakan udara yang sejuk memasuki rongga dadanya.

"Terlihat menyenangkan merendam kaki diairnya" ucapnya senang.

Perlahan ia mendekat lalu duduk di bebatuan dengan menjulurkan kakinya.

Yang pertama ia rasakan ialah dinginnya air yang begitu menenangkan.

Rasanya ia ingin berendam disana menikmati suara air terjun yang berjatuhan.

Matahari memantul langsung pada bagian tengah sungai kecil itu.

"Apakah itu dalam" gumamnya lagi.

Veira kembali menjulurkan tangannya, menangkup air dan membasuh wajahnya.

Grąmoral MatęTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang