BAB 16 (Bapak Gula Dijenguk)

518 30 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Wafa Xeanna.

"Apa?! Bapak gula mau dijenguk sama bu Yuni?!"

Inilah reaksi yang diberikan Sari ketika aku menceritakan kejadian pagi tadi.

Berlebihan!

"Biasa aja, Sar. Jangan berlebihan," ucapku menyuruhnya untuk tenang.

"Biasa aja? Ini genting, Wa! Genting!" jeritnya lagi.

"Terus kamu maunya gimana?"

"Kita juga harus ke sana. Sepulang sekolah segera meluncur ke TKP!"

Entah ini saran yang bagus atau tidak, tapi setidaknya ini tidak terlalu buruk bukan?

Aku hanya mengangguk pertanda mengiyakan saran Sari.

Selanjutnya kelas diisi dengan beberapa pelajaran dengan guru yang ... lumayanlah.

****

"Sekarang kita ke mana dulu?" tanyaku pada Sari.

Saat ini kami sedang berada di halte bis dekat sekolah. Kami akan menjalankan misi urgent. Yah, itulah yang diucapkan Sari saat bersikukuh untuk datang ke rumah.

"Kita ke ... mana yah? Kita beli jajan dulu, habis itu baru ke rumah kamu," jawabnya.

"Ngapain jajan?"

"Ya untuk ngisi perut, emang mau ngapain lagi? Lagian nih ya, adab namu ke rumah orang sakit itu bukannya bawa buah tangan yah? Ini aku lagi meraktekkin," jelas Sari panjang dikali lebar.

Memang benar apa yang dibilang Sari. Salah satu adab menjenguk orang sakit adalah dengan membawa buah tangan.

"Udah, ayo cepet. Di sana ada stand martabak. Kita beli martabak aja," ucapnya sambil menarik tanganku.

Dibawanya aku ke stand martabak yang ada di dekat sekolah. Di sini banyak pilihan rasa martabak.

"Kayaknya enak semua yah, Sar," kataku sembari melihat menu yang tertulis.

"Iya. Kamu mau rasa apa? Eh, bukan kamu. Papamu suka rasa apa?"

"Loh, kok cuman papaku doang?"

"Emang kamu sakit juga? Udah cepat, nanti bu Yuni malah duluan datang ke rumah lagi."

Tak ingin membuang banyak waktu lagi, aku memesan sekotak martabak dengan rasa coklat untuk Papa.

****

Sekarang kami sudah tiba di rumah. Masih belum ada tanda-tanda kedatangan tamu. Itu berarti masih ada waktu untukku bersantai, paling tidak sampai terdengar suara berisik dari bu Yuni maupun bu Susi.

Eh, bu Susi tahu nggak yah kalau Papa sakit?

Martabak yang baru kami beli, aku hidangkan di atas meja makan. Papa pasti suka kalau di kasih martabak rasa cokelat.

Papa makan dengan lahap. Bahkan dirinya berpesan agar membelinya lain waktu.

Sekilas, aku melihat Sari yang menatap ke arah Papa. Bagaimana tidak, body Papa tercetak jelas pada baju kaus milik Papa.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now