BAB 2 (SKSD)

2.1K 74 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Wafa Xeanna.

Siang sepulang sekolah, aku dan Sari berjalan bersama untuk keluar kelas.

"Wa, yang tadi pagi itu beneran papa kamu? Ganteng banget tau," ucap Sari dengan suara cemprengnya.

"Iya, kenapa?"

"Gila papa kamu cakep banget tau. Bu Yuni aja sampai berubah baik gitu gara-gara papa kamu," ucapnya lagi.

"Biasa aja tuh," balasku.

"Yee, kamu mah biasa aja, tapi kalau kita yang lain luar biasa. Temen-temen sekelas aja sampai bengong liatin papa kamu," terangnya lagi.

Ini yang paling tidak aku sukai ketika Papa jalan keluar sendirian. Banyak wanita di luaran sana yang pasti akan melirik Papa saat jalan.

"Wafa Xeanna!"

Aduh, ngapain sih Bu Yuni pake manggil segala? Suara cempreng Bu Yuni mudah dikenali oleh semua orang walau belum melihat wujudnya saat dipanggil.

"Iya, Bu ada apa?" ucapku sambil berbalik badan menghadap ke Bu Yuni.

"Ee ... papa kamu gak jemput kamu?"

"Jemput kok, Bu. Pasti lagi di jalan."

"Ibu temenin nungguin papa kamu yah?" tanya Bu Yuni. Paling-paling biar bisa caper ke Papa. "Sari, kamu duluan aja. Wafa sama ibu," ucap Bu Yuni kepada Sari.

"Wa, beneran nih aku duluan?" tanya Sari ragu.

"Iya gak apa-apa kok kamu duluan," balasku.

"Ya udah, aku jalan dulu," pamitnya.

Setelah kepergian Sari, aku dan Bu Yuni melangkah ke luar area sekolah. Kami menunggu Papa datang di halte bis.

"Papa kamu masih lama?" tanya Bu Yuni yang mulai bosan menunggu.

"Iya, masih lama deh, Bu. Kalau Ibu capek, aku bisa nunggu sendirian di sini," ucapku berharap Bu Yuni pergi.

"Ah, enggak kok. Ibu gak capek."

Hadeh, gagal deh ngusir Bu Yuni secara halus.

Lama aku dan Bu Yuni nunggu Papa untuk datang. Sampai dari kejauhan aku melihat Papa datang dengan motornya.

"Papa!" teriakku saat Papa mulai mendekat.

"Eh ... Pak Devan. Ini saya lagi nemenin Wafa nunggu Pak Devan," ucap Bu Yuni saat Papa turun dari motornya.

Pandangan Bu Yuni tak pernah lepas dari Papa. Entah apa yang sedang dipikirkan Bu Yuni soal Papa, yang pasti aku sangat tidak suka jika Bu Yuni menyukai Papa.

"Makasih, Bu udah ditemenin Wafanya. Sekarang kami pamit dulu," pamit Papa kepada Bu Yuni.

"Sama-sama, Pak. Kayak sama siapa aja. Saya 'kan gurunya, sudah pasti dong saya menjaga anak didik saya," ucap Bu Yuni dengan nada malu-malu.

Argh!

Jangan bilang Bu Yuni suka sama Papa.

"Ya sudah, kami permisi dulu. Assalamualaikum," salam Papa.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now