BAB 3 (Bunga Dari Siapa?)

1.4K 55 3
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Wafa Xeanna.

Wawa! Wawa! Bangun, Nak."

Suara siapa itu? Ah, iya. Itu suara Papa.

"Iya, Pa. Kenapa?"

"Bangun! Udah subuh. Sana salat, kebiasaan begadang sampai lupa salat subuh kamu," ucap Papa dari balik pintu.

"Iya bentar," ucapku sambil berjalan membuka pintu. "Gak usah teriak bisa kali, Pa."

"Emang kalau gak teriak kamu bangun? Dah sana ambil wudu," titah Papa.

Aku sekarang tidak bisa banyak membantah ucapan Papa lagi. Sebagai seorang muslimah, memang ini 'kan kewajibannya? Yah, walaupun harus melawan rasa ngantuk.

Aku ke belakang mengambil sebuah cerek untuk aku gunakan sebagai media berwudu.

'Airnya dingin banget sih,' gumamku saat kulitku terkena air.

Dengan perlahan aku menyelesaikan wudu dan bergegas untuk salat.

****

"Wa, tukang sayur kelilingnya udah datang tuh," ucap Papa sambil melihat ke arah luar pagar.

"Terus?"

"Belilah, Wa. Masa diajak gelud."

"Papa mau makan apa? Biar disesuaiin sama sayur yang Wawa beli," ucapku ke Papa.

"Apa ajalah, Wawa kalau masak juga pasti papa makan kok," puji Papa.

"Oke."

"Eh, tunggu-tunggu. Ini sekalian balikin rantangnya Bu Susi." Diberikannya rantang Bu Susi ke aku.

Malas sebenarnya berinteraksi dengan para ibu-ibu kepo kompleks ini. Dari semenjak mama meninggal, semuanya jadi ngejar-ngejar papa.

Setelah menerima rantang makanan, aku langsung memakai sandal swallowku dan berjalan ke luar.

"Mang, beli sayur kangkungnya seikat, tempe sepotong, tahu sepotong, ikan seekor. E ... sama apa lagi, yah? Itu aja dulu deh, Mang," ucapku ke Mang Ucup—penjual sayur.

"Eh, Neng Wafa. Makin cantik aja. Belinya buat sarapan, Neng?" tanya Bu Rima, salah satu ibu-ibu kompleks.

"Hehe, makasih, Bu. Ini mau beli buat dimasak untuk makan siang, papa gak suka sarapan soalnya," terangku. "Eh, Bu Susi, ini rantang makanannya. Makasih, makanannya aman gak ada pelet."

"Agak pedes sih, ngomongnya tapi gak apa-apa deh," balas Bu Susi.

"Emangnya teh, Bu Susi ngirim makanan gitu ke rumahnya kamu?" tanya Mang Ucup dengan bahasa Indonesia yang masih tercapampur dengan logat Sunda.

"Iya, Mang."

"Eleh-eleh, si Eneng teh bakalan punya mama baru? Atau cuman mau ngemodusin papahnya si Eneng aja?" tanya Mang Ucup lebih lanjut.

"Yee, yang bilang punya mama baru siapa? Tanya aja sama Bu Susi, ngapain ngirim makanan ke papa?" jawabku sedikit ketus.

"Janda semakin di depan ini mah," timpal Bu Yuyun, ibu-ibu komplek yang lain.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now