BAB 13 (Papa ke Mana?)

528 30 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Wafa Xeanna.

Hari ini aku pulang tanpa jemputan dari Papa. Kami langsung menuju ke rumah teman kami yang lain untuk mengerjakan tugas sekolah.

"Panas," ucapku saat hendak pulang ke rumah.

Karena rumah temanku yang tidak begitu jauh dengan rumahku, maka aku putuskan pulang dengan berjalan kaki.

Rasa dahaga yang menyelimutiku terlalu kuat jika terus ditahan, akhirnya aku putuskan untuk sekedar mampir di warung pinggir jalan untuk membeli sebotol minuman segar.

"Bu, air Aqua-nya satu," ucapku kepada penjual.

"Iya, Neng."

Lalu diberikannya sebotol air mineral. Tapi, anehnya yang aku minta merek "Aqua" malah dikasih "Le Mineral".

Aneh memang.

"Bu, kok Le Mineral, sih?"

"Lah, 'kan sama atuh, Neng," balasnya.

"Beda, Bu."

"Sama-sama air mineral 'kan?"

"Beda di rasa sama merek, Bu."

"Yang penting 'kan air putih," jawabnya.

Aku yang tidak ingin berdebat lebih lanjut, aku berikan saja uang untuk membayar minuman itu.

Perjalanan kembali aku lanjutkan. Tidak membutuhkan banyak waktu sebenarnya untuk mencapai rumah. Hanya saja karena beberapa kali mampir, makanya jadi lama.

Saat akan memasuki gerbang komplek, dari kejauhan aku bisa melihat Papa dan bu Susi berboncengan menuju ke luar komplek.

"Ke mana mereka?" gumamku.

Mau ngikutin, tapi udah capek. Kalau nggak ngikutin nanti malah penasaran.

"Pak, papa sama bu Susi mau ke mana?" tanyaku kepada satpam komplek yang sedang duduk.

Karena sebelum keluar, aku sempat melihat Papa dan bu Susi berhenti terlebih dahulu di hadapan satpam komplek.

"Oh itu, mau ke pasar katanya," balas pak satpam.

"Hah? Ke pasar? Mang Ucup 'kan ada." Agak kaget juga sih, dengernya.

"Nggak tau, Neng. Tadi sih, gitu katanya."

Aneh juga rasanya, kalau alasannya sekedar beli sayur 'kan, bisa beli di mang Ucup.

"Emang mang Ucup gak jualan?" tanyaku memastikan.

"Nggak jualan, Neng."

"Konspirasi itu, Pak! Jangan percaya!" tegasku kepada satpam komplek.

"Loh, kok jadi saya? Saya 'kan cuman jagain gerbang," balasnya yang tak terima.

"Lah, terus gimana?"

"Yah, nggak tau."

Sudah! Sudah! Jangan berlarut-larut. Pikir, Wa, pikir.

"Ikut apa jangan, yah?" gumamku pelan.

Kriuk! Kriuk! Kriuk!

Aduh, baru juga mikir, malah lapar duluan.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now