BAB 7 (Pacar Papa?)

842 40 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Yang gak tau cara menghargai usaha seseorang dan gak tau tata krama saat bertamu, gak usah baca cerita ini yah.  Makasih 😇

Follow IG: syhnbahy__

.
.
.

POV Wafa Xeanna.

Selesai dengan treatment wajah, aku kembali ke bawah untuk makan siang bersama Papa.

"Kamu pake apa, Wa?" tanya Papa yang melihat wajahku yang ada maskernya.

"Ini? Ini masker. Dipake di muka biar glowing," balasku.

Tidak ada balasan lagi. Mungkin karena ini adalah ranahnya perempuan sehingga ayah tak banyak protes.

Kami makan dengan keadaan diam lebih banyak. Yah jelas, aku tak bisa banyak berbual dengan masker yang masih melekat di wajah.

Selesai makan barulah aku mencuci wajahku.

"Kayak ada yang kurang deh," gumamku.

Dari kamar mandi sampai ke ruang tamu, aku mencoba mengingat kembali apa yang aku lupakan.

"Oh, iya. Selfie! Aku lupa selfie!"

Dengan cepat aku menuju kamarku untuk mengecek gawai yang aku tinggalkan. Namun sayang, gawaiku ternyata kehabisan baterai.

Karena selfie adalah ritualku sehabis maskeran, maka aku putuskan untuk menggunakan gawai Papa saja. Kamera pada gawai Papa juga lebih bagus dari kamera gawaiku.

Baru saja kaki ini berjalan menuju ruang tamu tempat Papa biasa mengisi baterai pada gawai, aku mendengar suara orang yang sedang berbicara dari telepon.

"Hahahah, bisa diatur masalah itu," ucap Papa kepada orang yang berada di seberang.

"..."

"Nanti kita atur pertemuannya. Saya yakin dia bakal senang sama calon ibu barunya," ucap Papa lagi.

"..."

"Kalau sudah waktunya, kita akan meresmikan hubungannya," balas Papa mengakhiri panggilan telepon itu.

Ibu baru?
Peresmian hubungan?
Apa Papa sudah memiliki pengganti mama yang pantas untukku?

Argh!

Aku harus mencari tahu semuanya. Ini harus segera diperjelas sebelum terlambat.

"Wa? Ngapain?" tanya Papa yang ternyata sudah menyadari keberadaanku.

"A-anu, Pa, mau minjam HP," ucapku sekenanya.

"HP? Buat apa? Wawa 'kan punya," balas Papa kembali dengan pertanyaan.

Tinggal diberikan saja, apa sih susahnya? Apa Papa menutupi sesuatu dariku?

"HP Wawa lowbet, Pa. Harus dicharge dulu. Lama nunggu, makanya minjem punya Papa," jelasku agar tidak mendapat pertanyaan lebih lanjut.

"Ya udah, tapi selepas dipakai kembaliin yah," ucap Papa mengingatkan.

Setelah gawai Papa berada di tanganku, aku sesegera mungkin memeriksa panggilan keluar dan panggilan masuk. Tidak ada yang aneh.

"Apa nomornya udah dihapus, yah?" gumamku pelan.

Tak ingin ambil pusing, aku melanjutkan aktifitasku dengan berselfie ria dengan gawai Papa.

My Papa is Duda Keren (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now