angkara

541 64 13
                                    






























Chaewon memapah Yujin yang sekarang sedang dalam keadaan mabuk. Dengan susah payah tangan Chaewon meraih kenop pintu dan akhirnya pintu apartment mereka terbuka. Chaewon menarik tangan Yujin yang berada di bahunya dan menurunkan Yujin di sofa ruang TV.

"Hah, berat bgt sih" Ucap Chaewon

Chaewon berjalan ke dapur untuk membuatkan Yujin minuman hangat yang bisa meredakan rasa mabuknya. Saat Chaewon kembali ke ruang TV, Yujin sudah tertidur di atas sofa itu. Chaewon menghela nafasnya lalu meletakan teh itu di meja dekat sofa setelah itu dia duduk di samping Yujin.

Chaewon tak menyangka kehidupan Yujin selama ini sangat berat. Saat mereka makan di kedai kaki lima tadi, Yujin sudah sepenuhnya mabuk karena minum alkohol dengan jumlah yang banyak. Disitulah Yujin mengeluarkan semua isi hatinya, dan Chaewon hanya mendengarkannya.

Mulai dari kehidupannya semasa kecil yang sudah mendapat kekerasan fisik, sampai kehidupannya sekarang yang tetap dikucilkan di keluarganya. Semua itu Yujin ceritakan dalam keadaan tak sadar. Terlebih lagi, Yujin baru saja kehilangan alasannya untuk masih tetap hidup, Wonyoung.

"Kenapa lu selama ini bohongin diri lu sendiri dengan semua senyuman lu? " Tanya Chaewon disampingnya




















Wonyoung diajak makan berdua bersama Haruto, pacarnya yang tak bisa dibilang pacar juga. Entahlah, Wonyoung tak punya perasaan apapun tentang dia selain perasaan benci. Sedangkan Haruto hanya sebatas menyukainya bukan menyayanginya.

Disinilah mereka sekarang, resto mewah yang sudah dibooking hanya untuk mereka berdua. Wonyoung hanya memainkan ponselnya tanpa melirik orang didepannya yang sedari tadi tersenyum ke arahnya.

"Bisa ga sih ga main HP selagi kita berdua? " Ucap Haruto

Wonyoung tak menanggapi ucapan Haruto sama sekali dan tetap memainkan ponselnya. Haruto merasa jengkel karena Wonyoung tak menanggapinya sama sekali. Haruto mengambil ponsel Wonyoung dan menjatuhkannya ke lantai.

"Kamu apaan sih"

"Kamu yang apaan, aku ngomong tuh di denger"

"Terserah lah, keluarga aku aja ga pernah kamu hargain. Gimana aku mau ngehargain kamu? "

"Udh lah aku pulang"

Wonyoung mengambil tasnya dan pergi ke luar resto itu. Tak lupa dia mengambil ponselnya yang sudah tergeletak di ubin.

Haruto membanting gelasnya dan membiarkan beling gelas tersebut mengotori ubin resto.













Wonyoung membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Tanpa permisi ke orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu. Wonyoung menjadi tak suka orang tuanya karena hal perjodohannya dan menjadi jarang berinteraksi dengan orang tuanya.

Setelah mengganti bajunya, Wonyoung tiduran di kasurnya dan memainkan ponselnya. Saat sedang santai, tiba-tiba panggilan telfon masuk. Wonyoung sedikit terkejut karena melihat nama orang yang menelfonnya. Karena penasaran, Wonyoung pun menjawab telfon itu.

"Wonyoung ?" Ucap orang di seberang dengan suara serak

"Wonyoung-a" Aksen orang itu terbawa

"Gimana kabarmu ? Apa kamu bahagia? Maaf Wonyoung, aku bener bener minta maaf"

Wonyoung tak mengucapkan apa-apa selain merasakan sesak di dadanya.

"Aku pikir aku kuat, tapi ternyata engga sama sekali. Aku pengecut"

Aneh • 2kim | AnnyeongzHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin