28. PERINGATAN TERAKHIR

2.1K 334 132
                                    

Aku pasang target ya gais buat part ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pasang target ya gais buat part ini. Soalnya part ini tuh puanjangg.
100 vote + 70 coment.

Pasti kalian bisa💙

Kalo memenuhi target, dua hari kemudian aku update. Jadi ga nunggu lima hari kemudian😊

➖➖➖

28. PERINGATAN TERAKHIR

Ada tumpukan beban yang telah bertahun-tahun Oife pikul di kedua pundaknya. Sejak kedua orang tuanya bercerai, beban hidupnya terus bertambah. Kian hari semakin berat saja.

Berawal dari kedatangan Melani sebagai Ibu barunya. Disusul kekuasaan wanita itu di rumahnya yang sempat merasakan keharmonisan walau nyatanya tidak bertahan lama. Dilanjut dua pahlawan yang senantiasa menjaganya dan melindunginya dari kejamnya kehidupan berubah layaknya orang asing. Sedikit banyaknya, sang Ayah masih peduli pada Oife. Atau bisa jadi karena terpaksa.

Daripada pening memikirkannya, Oife lebih ingin bersyukur pada dirinya yang telah kuat menjalani pahitnya hidup. Tidak mudah diterpa badai, tidak mudah ditumbangkan. Oife bersyukur sebab dia diberikan hati sekuat baja. Meski Oife sering bertanya-tanya kapan masanya berakhir. Selama Oife sanggup, Oife akan terus melaluinya. Tidak peduli dengan orang-orang yang senang menekannya, Oife ingin menjadi apa adanya.

Seperti saat ini. Berpenampilan apa adanya dengan rambut perak panjang miliknya yang berkibar dihembus angin, seragam nyaris memamerkan lekuk tubuhnya juga wajah cantik bersinar tanpa make up. Terlihat natural namun tidak di mata orang lain.

Bahkan ketika Oife kembali menjalankan hukuman berdiri di depan tiang bendera karena berpendirian teguh tidak ingin mengecat balik warna rambutnya, kecantikan alaminya tetap menguar kemana-mana membuat sekumpulan cowok kelas sebelas yang sedang pemanasan di pinggir lapangan segera berhenti menggerakkan badan guna memandang lapar ke arah Oife. Teriknya matahari saja bisa dikalahkannya dan Oife sama sekali tidak merasa capek ataupun mengeluh seperti siswi yang hari-hari sebelumnya pernah berada di posisinya.

"Kalo kakinya pegel sini atuh Neng duduk di pangkuan Aa." Salah satu adik kelasnya itu menyahut nakal yang setelahnya disoraki teman-temannya. Tentu saja ingin modusin Oife.

"Bahaya Tur! Bahaya! Entar dede lu bangun gimane?" sahut cowok berkaos putih polos yang kemudian memakan permen gagang dan sesekali menjilatnya dengan gerakan sensual. Memasukkan lalu mengeluarkannya secara perlahan. Sampai mendapat geplakan bertubi-tubi dari yang lain.

"Otak lu anjrit bener Jak! Biasa aja ngemutnya! Jangan sambil ngebayangin yang iya-iya!" Cowok yang barusan menyahut namanya Raka. Bisa dibilang dia ketua komplotan anak kelas sebelas. Soal wajah tidak perlu diragukan lagi kesempurnaannya. Hampir sebanding dengan Jenaro walau Jenaro minus akhlak. Sedang Raka kebalikannya. Urakan begitu kalau masalah menyayangi perempuan, Raka jelas rajanya.

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang