47. DISAKSIKAN OLEH TIGA KELINCI

2K 355 1.1K
                                    

Ceritain dong awal mula kalian nemu cerita JENARO atau direkomendasiin siapa gitu hihihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceritain dong awal mula kalian nemu cerita JENARO atau direkomendasiin siapa gitu hihihi. Aku kepo nih😁

Yuk tim spam komen meluncur!!


Part ini mengandung keuwuan dosis tinggi😍. Jadi ramaikan yaaaaaa

➖➖➖

47. DISAKSIKAN OLEH TIGA KELINCI

"Sini peluk."

Dua kata bagai sihir yang membawa perhatian Oife beserta tubuhnya mendekat ke sumber suara. Memeluknya tanpa bertanya lebih dulu apa maksud dari ucapannya. Tanpa bertanya bagaimana bisa seseorang itu memilih memihaknya sampai Oife merasa kalau hadirnya adalah sebuah ilusi.

Tidak pernah terlalu berharap pada siapapun yang mengenalnya untuk memihaknya bahkan menaruh setitik harapan di satu orang yang Oife anggap penting dalam hidupnya selain ibunya.

Oife tidak pernah setenang dan senyaman ini dalam pelukan seseorang. Menjadikan dadanya tempat dia bersandar, meluapkan sesak di hati kala semua orang mulai meninggalkannya.

Hanya suara ini,

Suara yang kini terdengar lembut di indera pendengarannya.

Hanya usapan ini,

Usapan yang kini menghantarkan hangat di punggung kecil nan rapuhnya.

Hanya kalimatnya yang mengatakan masih ada aku,

Kalimat yang kini menjadikannya terjaga dari sesuatu yang suatu saat bisa kembali menyakitinya.

Oife hanya butuh Jenaro.

Oife hanya butuh cowok itu.

Bila sedikit mengutamakan egonya, Oife ingin cinta yang besar dari Jenaro. Oife ingin menjadi seseorang yang paling bahagia dengan memilikinya. Oife tahu Jenaro bukanlah seperti apa yang sebelumnya dia bayangkan. Jenaro bisa sangat manis dengan caranya sendiri. Oife percaya akan hal tersebut.

"Ada aku, Oife. Aku akan jadi tempat kamu berlindung, tempat kamu berbagi keluh kesah, tempat kamu bersembunyi dari kejamnya dunia." Usapan ringan yang begitu menenangkan miliknya membuat Oife kian erat memeluknya. Jenaro sengaja mengabaikan tatapan-tatapan bingung dan sinis dari mereka yang baru saja menyakiti hati cewek yang saat ini tengah dia peluk.

"Dan kapanpun kamu ingin pulang, pintuku akan selalu terbuka untuk kamu."

"Maaf aku terlambat." Jenaro menyesalinya. "Maaf karena aku terlalu lama sadar akan segala kesedihan dan penderitaan yang kamu alami."

JENARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang