BAB 26. Seandainya.

2.7K 504 257
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang hanya tahu bahwa Sena adalah pemuda belasan tahun yang tidak punya mimpi, masa depan, sakit-sakitan dan sering merepotkan orang lain ketika kambuh atau pingsan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua orang hanya tahu bahwa Sena adalah pemuda belasan tahun yang tidak punya mimpi, masa depan, sakit-sakitan dan sering merepotkan orang lain ketika kambuh atau pingsan. Terakhir kali ketika ia pingsan di sekolah, teman-temannya hanya berkata, "oh, Sena pingsan lagi. Ayo, siapa yang mau bawa dia ke UKS?" dengan tenang. Tidak sedikit pula yang memandang Sena sebagai laki-laki yang cari perhatian dengan pingsan dengan embel-embel jantung lemah yang selalu Sena bawa ke mana-mana. Mereka iri, karena Sena tetap naik kelas padahal Sena pernah tidak masuk sekolah berbulan-bulan. Iri, karena di mata mereka Sena adalah anak yang pintar dan tetap mendapat nilai bagus meski ia sudah tertinggal banyak materi.

Tapi, mereka tidak pernah tahu bahwa Sena mati-matian menahan malu ketika siuman di UKS dan menyadari bahwa ia pingsan lagi, bahwa Sena pernah sekarat dengan bibir yang sudah membiru karena jantungnya bocor, bahwa dokter sudah angkat tangan mengenai kondisi Sena, bahwa ada Ares yang selalu memberikan buku catatannya pada Sena setiap Sena masuk rumah sakit agar bisa belajar.

Mereka hanya tahu bahwa Sena adalah remaja laki-laki yang ringkih, namun sebenarnya begitu kokoh dan gigih untuk bertahan hidup dikala orang lain justru mengakhiri hidupnya sendiri.

Sedangkan Ares, semua orang hanya tahu bahwa Ares adalah calon orang sukses---berbeda dengan saudara kembarnya. Menjadi duta pelajar Bandung, berkarir di dunia model di usianya yang masih muda, menjadi finalis Top Model Batik se-Jawa Barat dan punya banyak teman. Namun, jangan lupa bahwa sampai sekarang Ares masih berusaha bertahan dari cibiran dan opini miring mengenai dirinya.

Model laki-laki biasanya banci, model laki-laki biasanya gay, model laki-laki biasanya memang dipuja karena wajahnya bukan karena prestasi. Biasanya, biasanya dan biasanya.

Padahal, Ares beberapa kali memenangkan timnya dalam lomba debat di sekolah, Ares juga bisa menjawab dengan lancar dan tenang pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan juri Duta Pelajar Bandung. Ares sebenarnya pintar, tapi malas. Ares hanya belajar jika sudah mendekati minggu-minggu ujian kenaikan kelas atau setelah Sena mengomelinya.

Mereka hanya memberi berbagai spekulasi, mencibir tentang asumsi dan khayalan mereka sendiri, tanpa tahu bahwa Ares nyaris dibuat gila karena mendengarnya, tanpa tahu bahwa Ares sampai sering membolos karena tidak ingin bertemu teman-temannya dan tidak berani bercerita pada Aksa, tanpa tahu bahwa Ares mati-matian untuk bersikap tetap waras di tengah kondisi dan lingkarannya yang seperti itu.

Detak. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang