BAB 3. Firasat

4.2K 636 88
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sepuluh malam, Sena kembali ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sepuluh malam, Sena kembali ke rumah sakit.

"Dari mana saja sampai jam segini, Sena?!"

Mata Sena terpejam sesaat usai Aksa membentak. Sena membuka matanya perlahan, ia tatap lantai kamar rawat Ares.

Kantuk Ares seketika hilang, ia perhatikan Aksa yang berhadapan dengan Sena. Kepalanya berdenyut, pening di kepalanya masih belum reda, suhu badannya juga belum turun.

Aksa menghela napas kasar. "Saat keluar tadi, kamu membeli apa?"

Sena menggigit bibir bawahnya, ia menggeleng pelan. Sejujurnya, Sena membeli mie instan karena lapar, dan hanya membawa sedikit uang di sakunya. Sena sendiri baru ingat jika ia tidak diperbolehkan makan makanan cepat saji oleh dokternya. Sena benar-benar lupa karena kalap, ia langsung berhenti memakan mie instan cup yang ia beli dan makan di minimarket tatkala teringat daftar pantangan makanannya.

"Di mana botol obatmu?"

Sena memainkan jemarinya gusar, masih enggan menatap Aksa.

"Ada di rumah," cicit Sena.

"Kenapa bisa tertinggal? Ayah 'kan sudah bilang, bawa botol obatmu kemana-mana."

Sena mendongak, menatap Aksa yang masih menekuk wajah. Sena mengulum bibir. "Tadi 'kan terburu-buru kemari ... aku lupa membawanya."

"Ayo pulang," ujar Aksa seraya membalikkan badannya meraih kunci mobil yang ia letakkan di nakas rumah sakit. "Ares, ayah pulang ke rumah sebentar, ya. Setelah itu, ayah kemari lagi. Sebentar, kok."

Aksa membalikkan badan, ia langkahkan kakinya menuju pintu kamar rawat Ares. "Ayo, Sena. Lama sekali bengongnya. Ayah tunggu di mobil."

Sena menghela napas kala ayah menutup pintu. Tangan Sena terangkat menyentuh dadanya yang berdenyut nyeri. Sena menurunkan tangannya, berjalan menuju pintu kamar rawat Ares.

"Kak," panggil Ares.

Sena menghentikan langkah, ia menatap Ares yang kini sudah beranjak duduk di ranjangnya.

Detak. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang