BAB 11. Baik-baik saja

3.7K 551 175
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ares membolak-balikkan ponsel yang layarnya menampilkan kontak Sena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ares membolak-balikkan ponsel yang layarnya menampilkan kontak Sena. Nomor Sena tidak aktif sejak Ares coba untuk menghubunginya semalam. Padahal, satu jam sebelumnya, Aksa masih bertukar telepon dengan Sena. Ares lantas menghela napas dan menyangga kepalanya pada meja kantin. Ia cemas. Pelajaran sedang berlangsung, tapi Ares memilih untuk membolos sebentar di kantin setelah izin ke kamar mandi pada guru yang tengah mengajar.

Kakak kambuh karena aku, Kakak pingsan karena aku.

Ares tahu dan sadar diri. Jika dalam keadaan kacau seperti kemarin, Ares selalu tidak sengaja membentak Sena, selalu berucap kasar padahal ia tidak pernah bermaksud untuk menyalahkan Sena. Semua terjadi diluar kendalinya. Ares tidak bisa mengendalikan dirinya jika menyangkut soal Sena. Terkadang, Ares benci dirinya sendiri yang seperti ini.

Maka dari itu, ketika ayah mengajaknya untuk tidur di rumah sakit, Ares menolak. Karena baginya, akan lebih baik jika ia jauh dari Sena dan tidak memedulikannya sebentar sampai ia tenang. Sebentar saja, agar Ares tidak kalap dan malah menyakiti Sena dengan mulutnya saat emosi.

Akan tetapi, Ares selalu merasa bersalah setiap harinya pada Sena karena terus lari seperti ini. Karena dirinya, Sena tidak bisa mendapat apa yang ia inginkan dan karena dirinya, Sena seperti ini. Aksa lebih memilih untuk menemani Ares ketimbang Sena, sejak dulu.

Aksa lebih bisa mengontrol emosinya saat berhadapan dengan Ares ketimbang saat berhadapan dengan Sena. Kenapa?

"Ares."

Ares melirik, menatap Luna yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Hela napas terdengar, Ares lantas berdiri dan Luna sontak menahan tangannya.

"Kenapa menghindariku?"

"Apa yang mau kamu bicarakan?" balas Ares singkat. Luna menelan ludahnya kemudian mencicit. "Soal kemarin."

Ia melanjutkan. "Soal Sena. Dia tidak masuk hari ini."

"Ya. Aku juga tahu. Lepas tanganmu."

Luna lantas melepas genggamannya pada pergelangan tangan Ares.

Detak. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang