BAB 24. Tunggu aku bangun.

2.6K 528 199
                                    

[ Theme Song ]
Blue & Grey - BTS

[ Theme Song ]Blue & Grey - BTS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠⚠⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠⚠⚠

Diam tidak selamanya emas. Devan sadar akan hal itu tatkala Sena merengkuh erat dirinya. Tatkala Sena mengusap puncak rambut dan menepuknya lembut. Sekali saja, Devan ingin mengadu pada Sena. Devan tidak tahu ke mana ia harus pulang.

Sungguh, Devan menyesal pernah berkata bahwa ia membenci orang yang sakit-sakitan seperti Sena karena merepotkan. Nyatanya, kehadiran Devanlah di keluarga mereka yang jauh lebih merepotkan.

Akan tetapi, Devan tidak bohong jika ia benci melihat Aksa memperlakukan Sena demikian. Memperlakukan Sena berbeda dari Ares dengan dalih dari Aksa bahwa Aksa tidak ingin merasa terlalu kehilangan ketika Sena pergi. Devan kesal mendengarnya. Karena Devan pun pernah merasakan sesaknya.

"Memangnya kamu punya teman yang bisa melindungimu, Devan? Tidak ada, Sayang. Kamu gay, mereka jijik. Lagipula, siapa suruh menjadi gay?"

Leana menarik poni Devan, membuat anak semata wayangnya lantas mendongak dengan sorot mata yang kosong.

"Bunuh diri dosa lho, Sayang. Kenapa tadi kamu malah berniat bunuh diri? Biar ibu saja yang menanggung dosanya. Atau mungkin kamu sudah lelah jadi mainan Ibu? Kebahagiaan Ibu? Hm?" Leana tersenyum tipis. "Rasanya kurang seru kalau kamu bunuh diri. Lebih baik tetap hidup menjadi mainan Ibu. Kamu mau meninggalkan Ibu sendirian?"

Leana menyentak cengkeramannya pada rambut Devan. Tubuh Devan terhuyung, ambruk membentur lantai marmer yang dingin. Devan menatap sayu tangannya yang memar karena terantuk pinggir meja. Sekujur badan Devan sakit dan perih usai Leana melukai punggungnya dengan silet untuk melampiaskan rasa stres. Devan akui, ibunya memang gila. Leana sudah selayaknya barang yang rusak dan tidak bisa diperbaiki.

Ah, tidak. Sedari awal, kedua orang tuanya memang sudah rusak. Ayah kandungnya selalu melakukan kekerasan fisik pada Leana. Melukai Leana. Sampai mental Leana rusak. Sampai Leana nekat membunuh suaminya, ayah Devan dengan tangannya sendiri sambil tertawa dan berkata, 'ternyata menyenangkan melihat orang lain menjerit kesakitan'. Lucunya, kejadian pembunuhan sang ayah oleh Leana yang waktu itu Devan lihat dengan mata kepalanya sendiri malah dicatat sebagai kejadian perampokan di rumah Devan.

Detak. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang