BAB 19. Saling menyakiti

2.9K 567 186
                                    

Ini kenapa sih di work ini mesti kepencet terus padahal work lainnya engga, mau nangis aja (T⌓T)
Ini kalian doain apa deh? Apa gara-gara kalian pada doain biar cepet update? (T⌓T)

[ Theme song ]
Bunda - Potret

[ Theme song ]Bunda - Potret

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu kamar Sena terbuka, Aksa melangkah masuk perlahan dengan hati-hati tanpa menghidupkan lampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pintu kamar Sena terbuka, Aksa melangkah masuk perlahan dengan hati-hati tanpa menghidupkan lampu. Hawa dingin menusuk permukaan kulit Aksa. Gorden kamar Sena sedikit bergerak tertiup angin malam, Sena lupa menutup jendela rupanya. Aksa lantas menutup jendela kamar Sena, kemudian berjalan memutari ranjang Sena.

Aksa meraih selimut yang sedikit tersingkap, menariknya sampai ke pangkal leher Sena yang tengah terlelap. Tanpa terucap satu patah kata apa pun, Aksa duduk di tepi ranjang Sena. Tangannya bergerak, merapikan rambut Sena yang berantakan.

"Celine, please. Aborsi saja, ya?"

Aksa duduk di ranjang, menghadap Celine yang tidur memungginya. Ia sentuh lengan Celine dengan lembut. Istrinya menggeleng.

"Mereka sudah diberi nyawa, Sa."

"Aborsi karena kondisi medis diperbolehkan, Celine. Jika memang dengan adanya mereka malah membahayakan nyawa ibunya."

Celine membalik badan, beranjak duduk berhadapan dengan Aksa.

"Semalam aku bermimpi bertemu mereka. Kedua-duanya menangis sambil memelukku. Kamu pikir aku tega mengaborsi mereka? Kamu sudah liat video tentang proses aborsi?"

Detak. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang