XXXVII

4.7K 501 221
                                    

Catatan dari Pududoll: Aku butuh banyak waktu untuk menulis. Bukan hanya karena aku lagi banyak kerjaan, aku juga lagi berusaha terkait kesehatan mentalku. Menulis bukan kegiatan prioritas, tapi aku senang ngelakuinnya ... Tolong diingat kalau aku juga manusia biasa. Aku hanya menulis di waktu luang ....

Catatan dari Dee: Menurut catatan, Pududoll nggak hanya megang satu cerita on-going, dan nasibnya kurang lebih sama dengan Honeymouthed; butuh banyak waktu untuk dikerjakan. Jadi dia butuh waktu lebih untuk membagi hidupnya ke dalam banyak hal. Bersabar. Semua orang pasti ngerasain rindu berat, tapi satu-satunya kuasa yang kita punya adalah atas kesabaran masing-masing. Great work needs time to be wonderfully done. At least, we got it in Honeymouted. No matter how long we wait, it would still be worthy in the end. Peace.

.

.

.

= CAHAYA TETAP AKAN MENGIKUTI, MEMBALUR DI SEKITARKU DAN MEMBALUT KAKIKU, LAYAKNYA GELOMBANG PASANG =

.

.

.

Playlist: Woven Song - Ólafur Arnalds; Lilies - Ethel Cain, Nancy Necromancy; Fade Into You - Mazzy

.

.

.

Ada air yang menggantung di bulu mata Mark, dan ia melihat Donghyuck dalam tiap tetesnya, basah dan buramㅡsemuanya, berkumpul jadi satu ketika ia berkedip. Air juga membasahi telapak tangan Mark, tulang selangka Donghyuck, serta lantai batu gelap; menetes dari pinggir bak mandi porselen. Tempat itu terlalu kecil bagi tungkai yang saling bersinggungan; menempelkan kulit dengan kulit, juga napas terengah dua laki-laki yang beradu bagai sepasang kapal di tengah laut. Tirai air tersibak sebagai dampaknya.

Pinggul Mark bergerak naik, berusaha meraih gesekan, tetapi tidak ada ruang untuk bergerak. Siku dan lututnya membentur pinggiran bak, sedang pinggul terjebak oleh berat badan Donghyuck di pangkuannya. Keduanya dipastikan memar-memar besok. Mark kemungkinan akan menyuruh Woobin menghancurkan bak kecil ini dan membawa yang lebih besar dari Saira segera setelah rut-nya usai, bak yang memungkinkannya merangkul Donghyuck tanpa salah satu dari mereka harus berbenturan dengan porselen dingin. Namun kini, hanya ini yang mereka punya: sebuah bak dan satu sama lain.

"Kau seharusnya menunggu sampai aku keluar dari air," Mark terengah. Penisnya berkedut ketika Donghyuck menyapukan jari telunjuk di puncaknya, sentuhan yang terasa tak tertahankan meski di bawah air.

"Kau seharusnya menunggu sampai kau keluar dari air," Donghyuck membalas, dan air bercipratan di antara mereka, sebuah badai dalam bak. Donghyuck sedikit merosot turun, dan Mark mampu merasakan bentuk penis tegangnya melalui gaun tidur yang basah. "Atau rut-mu sebegitu mendesak hingga kau tidak bisa menunggu sampai kita tiba di ranjang?"

Oh, Mark mendamba, tetapi bukan karena rut, belumㅡbelum. Ia mendambakan hal-hal kecil yang hilang akibat satu malam penuh kemarahan tiga bulan lalu; pada sentuhan Donghyuck di bawah air sementara mereka duduk diam di dasar kolam, dengan kaki yang terbentang bersebelahan, menikmati kehadiran satu sama lain. Ia mendambakan rambut basah Donghyuck yang apabila dikeringkan menjadi ikal berantakan, keriting menggembung, dan sentuhannya di pergelangan tangan Markㅡujung jemari yang lembut dan berkerutㅡketika ia membantu Mark berdiri. Donghyuck dan obsesinya akan kegiatan mandi sungguh mengacaukan bak mandi Mark selamanya, dan ia menginginkan bak mandinya kembali, ia ingin segalanya kembali. Pemikiran itu membuat Mark melunak, benar-benar kontras dengan tatapan Donghyuck yang membuat liar. Ada senyum kecil di sudut mulut Donghyuck, sikap sombong yang menantang, dan Mark ingin merusaknya hingga lelaki itu terengah. Ia sangat ingin menyentuh Donghyuck dengan sangat kasar, dalam cara yang orang-orang seperti mereka, bangsawan dengan emas yang melingkupi kepala dan jari jemari, tidak seharusnya lakukan. Namun, bak ini terlalu kecil. Terkutuklah sifat impulsif Mark. Ia seharusnya menunggu sampai keluar dari air. Kini, ia hanya bisa mencemooh diri sendiri.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang