XXX

4.3K 559 244
                                    

Sorry lama update yaa. Please enjoy the story

.

.

.

= BERAPA BANYAK CINTA YANG BISA KAU HASILKAN DARI LUKA =

.

.

.

Playlist: Talk Me Down - Troye Sivan, The Other Side - Ruelle (The Brick Slayer Remix), Arms Unfolding - Dodie

.

.

.

Api tengah menyanyikan lagu kepada sang badai ketika Donghyuck akhirnya terbangun.

Mark menyaksikannyaㅡia telah menunggu selama dua hari yang panjang nan melelahkan, tidak berani pergi hingga yakin bahwa Donghyuck terbebas dari bahaya. Bibir bawah Donghyuck bergetar dengan alis yang bertaut, sedikit tersembunyi oleh gulungan bulu yang Mark jadikan bantal. Lelaki itu mengeluarkan napas pendek, pun dalam sekejap bergerak bangkit, mencari-cari pedang atas dorongan insting bertahan. Namun, tidak ada pedang di sisinya, dan ia bahkan tidak berhasil sampai duduk tegak, melainkan mengerang atas rasa sakit di kakinya dan kembali menjatuhkan diri. Mark berada di sisinya, menariknya bangkit, dan menyandarkan Donghyuck di dadanya.

"Hei, sudah tidak apa-apa sekarang. Tenang. Tenang."

Donghyuck berkedip. Langit-langit yang tampak tak familier tertangkap matanya, tersapu oleh cahaya perapian. "Di mana kita?" tanyanya dengan suara serak yang menyakitkan, dan Mark menyuruhnya diam.

"Minum," gumam Mark.

Donghyuck, untuk kali ini, melakukan sebagaimana pemuda itu menyuruhnya. Ia membiarkan Mark menyodorkan botol ke mulutnya, pun meneguk air hangat di dalamnya hingga tetes terakhir. Ia menjilat bibir begitu selesai.

"Lagi," pintanya dan Mark menurut, memegang kepala Donghyuck selama lelaki itu minum hingga puas dengan jakun yang bergerak naik-turun.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Mark.

"Seperti tahi. Segalanya sakit." Donghyuck menggaruk leher. Kedua matanya seketika membola ketika kukunya merasakan lapisan baju dalam. "Di mana pakaianku?"

Ia kembali memutar leher ke arah Mark, tetapi Mark menatap ke perapian dan menolak menampilkan rona.

"Basah," ucapnya. "Aku tadi mencucinya dan seharusnya sekarang sudah kering. Kau mau mengenakannya lagi?"

Ia melihat Donghyuck meringis dan memejamkan mata malu.

"Sudah berapa lama?" Donghyuck melihat sekeliling. Raut cemas mengisi wajahnya. "Di mana kita? Di mana yang lain? Kau tidak menelanjangiku di depan yang lain, kan?"

Manis rasanya mendapati Donghyuck lebih mengkhawatirkan itu ketika Mark menghabiskan berhari-hari menderita sebab memikirkan keselamatannya. Entah bagaimana, hal itu membuat segalanya terasa remeh, nyaris seperti Donghyuck tidak menghabiskan waktu selama dua hari terbakar demam bagai sebuah bintang kecil merah dalam dekapan Mark.

"Memang, makanya aku membunuh mereka semua karena sudah melihat tubuhmu."

Donghyuck mengeluarkan suara napas tercekik dan berusaha memukul kaki Mark, tetapi ia tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya, sehingga tangannya jatuh dengan lemas di paha Mark.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang