XIX

5.1K 622 240
                                    

= APABILA ADA TEMPAT DI MANA AKU BISA TERUS BERSAMAMU, AKU AKAN MENDATANGI TEMPAT ITU =

.

.

Playlist: Human - Christina Perri

.

.

Mark cukup awas dengan tatapan bingung yang mengarah padanya seiring langkahnya mengikuti Dongyoung, bersama tubuh yang terbalut oleh pakaian yang tidak bisa disebut pantas. Ia mendelik pada seorang pelayan yang tanpa malu menatap dada telanjangnya, mengintip dari balik jaket yang ia kenakan. Wanita itu dengan cepat menunduk dan segera terbirit pergi sebelum Mark mampu mengomelinya.

"Kenapa kau tidak memanggilku lebih cepat?" bisiknya, dan Dongyoung mengernyit.

"Kau pikir aku tidak berusaha? Bahkan Jaehyun tidak bisa memberiku izin untuk masuk, atau mungkin bahkan dia tidak mau. Aku harus menunggunya pergi sebelum bisa memasuki kamarmu."

Tindakan Dongyoung yang mempertaruhkan karier politiknya, dan mungkin bahkan kebebasannya, demi membantu Mark tidak dapat lepas dari pikiran pemuda itu, tetapi sekarang pusaran rasa cemas yang terurai di benaknya terasa begitu mendesak dan membuatnya tidak mampu memikirkan hal selain posibilitas bahwa sahabat Donghyuck akan mati di tangan ayahnya.

"Raja memberi perintah dengan sangat jelas. Kau tidak seharusnya diganggu, terlebih hanya karena hal ini."

"Hanya? Maksudmu gerakan politik pembunuhan ini? Usaha pembunuhan atas perwakilan diplomatik negara lain? Apa orang-orang di Pulau Selatan tahu bahwa putra seorang bangsawan didakwa atas ... apa? Pengkhianatan? Apa yang ayahku dakwakan pada Jeno? Apa yang telah pemuda itu lakukan? Dia selalu bersama Donghyuck!"

Dongyoung berhenti dengan tiba-tiba manakala mendengar suara gemerisik petugas patroli malam.

"Bisakah kau memelankan suaramu, Mark? Tidak satu pun orang di istana tahu penyebabnya. Masalah ini belum resmi. Dan kita tidak seharusnya ada di sini."

"Kau membicarakan soal pengeksekusian." Mark berbisik kali ini, tetapi kata-kata itu tetap terdengar seolah menuduh, dan Dongyoung mengangkat sebelah alis sebab nada suara macam itu.

"Itu adalah apa yang kudengar dari sang menteri. Maksudku, itu yang ayahmu inginkan, tapi aku tidak berpikir hal itu akan benar terjadi. Tindakan itu ... secara diplomatis tidaklah bijak."

"Itu memang sama sekali tidak bijak!" seru Mark. "Apa kau tahu siapa Jeno Lee? Siapa ibunya? Apabila ayahku ingin bunuh diri, dia seharusnya langsung membakar istana ini, karena kalau kita menyentuh sehelai rambut saja dari kepala Jeno Lee yang berharga, kita akan langsung mendapat kunjungan dari Kekaisaran dan Pulau Selatan yang meminta penjelasan, bahkan sebelum salju pertama tahun ini."

"Dan itulah alasan mengapa Dewan Pribadi sang raja dipanggil malam ini untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Dakwaan resmi belum dikeluarkan, jadi kau masih punya waktu untuk melakukan sesuatu. Aku tidak tahu apa yang mereka tuduhkan pada Jeno Lee, tetapi dia dikurung di dalam kamarnya dengan penjagaan ketat siang dan malam untuk memastikan bahwa dia tidak kabur."

Mark mengumpat pelan begitu Dongyoung selesai bicara. Mereka hanya berjarak beberapa kelokan saja dari kamar pribadi sang raja yang selalu memiliki penjagaan ketat.

"Kau harus pergi," ucap Mark. "Akan lebih baik kalau ayahku tidak melihatku bersamamu."

Itu adalah tindakan pencegahan yang tidak perlu, sebab besok sang raja akan tahu bahwa Dongyoung-lah yang memberi peringatan pada Mark, dan Dongyoung pun sadar akan hal tersebut. Namun tetap, pemuda itu datang memberitahunya, dan Mark sangat bersyukur atas itu. Kesetiaan adalah sesuatu yang sangat berharga di dalam lingkup istana, dan hal itu harus dipergunakan dengan sangat hati-hati.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang