XXIII

5.1K 594 378
                                    

= (INTERMESO) LAMA SETELAH KEPERGIANKU, KAU AKAN INGAT PADA APA YANG TELAH KITA LAKUKAN BERSAMA =

.

.

.

Playlist: Splitter-Crystal Child

.

.

.

Donghyuck baru menyaksikan lima musim dingin ketika ia mati dan bertemu dengan Dewa Laut.

Mereka berlayar tepat di atas Seacourt, beberapa ratus meter di atas permukaan laut, di tempat legenda dan dongeng berada. Zaman dahulu, tepat di atas rentangan air ini, Dewa Laut membangun sebuah istana untuk Dewi Matahari, istana yang luar biasa indah untuk calon pengantinnya. Namun ketika Dewi Matahari melarikan diri dan menolak untuk menikahinya, kemurkaannya sungguh luar biasa hingga memengaruhi seluruh samudra bagaikan penyakit, dan semua kapal yang berani melintasi laut pun tenggelam, tak lagi pernah kembali ke permukaan. Umat manusia kemudian berdoa kepada Dewi, dan sang dewi menjawab. Dewi Matahari menenggelamkan istana itu jauh menuju dasar bumi, di tempat air terdalam, di mana para makhluk abadi menyembunyikan dendam mereka hingga tidak ada yang bisa menemukannya, satu-satunya tempat yang tak tertembus cahaya sang dewi. Dewa Laut dibuang ke dalam kegelapan, tak lagi mampu melihat cahaya sang tunangan. Laut telah kembali bebas, tetapi Seacourt tetap tercemar, penuh akan dendam.

Ketika Donghyuck jatuh, itu adalah sebuah kecelakaan, tentu saja, sebab tidak ada seorang pun yang ingin Pangeran Pulau Shar tenggelam di dalam laut yang berdekatan dengan Seacourt, tempat di mana air tampak tenang dan licin bagai cacian Dewa Laut dan tangan dinginnya yang selalu menarik, bahkan pelaut paling andal sekalipun, untuk jatuh ke dalam istananya.

Donghyuck tidak ingat bagaimana ia terjatuh, ia hanya ingat bahwa itu adalah perjalanan pertamanya menuju Lembah, perjalan pertama seumur hidupnya yang pendek dan indah. Ia bersemangat, ayahnya tampak berbicara pada sang kapten, dan para pelaut tertawa ketika melihatnya melompat di sekitar dek, terlalu bersemangat, dengan suaranya yang tinggi bagai burung kecil. Donghyuck ingat dengan kenangan pertamanya ketika melihat paus.

Itu adalah kawanan kecil dari mereka, yang memuncratkan air mancur setinggi gunung, yang seolah menyembur tanpa ujung dan membuat air berjatuhan di sekitar dek bagai hujan musim semi. Donghyuck menjerit, bersemangat, dan berlari menuju haluan kapal, tetapi orang-orang di sana tampak cemas. Donghyuck tidak mengerti dengan teriakan waspada yang tersuarakan selanjutnya, dan ketika ia berbalik, ia sadar bahwa para paus tidak mengejar satu sama lain. Mereka tengah melarikan diri. Dan kapal berada tepat di atas lintasan mereka. Itu adalah kenangan terakhir yang melintas di benak Donghyuck sebelum seluruh kapal berguncang, bertabrakan dengan sesuatu yang nyaris sama besar, dan kaki Donghyuck terpeleset. Hal itu terjadi sangat cepat hingga bahkan dirinya tidak punya kesempatan untuk menjerit.

Masyarakat Shar adalah pelaut, sebagaimana seharusnya. Sebelum Dewi datang dan memberikan Pulau Selatan untuk ditinggali, masyarakat Shar adalah orang-orang lautㅡrakyat Dewa Lautㅡberlayar dari satu tempat ke tempat yang lain, perompak dan penyamun yang lahir dan mati di laut, terkadang bahkan tidak sempat menyentuh daratan. Meski setelah kepercayaan gelap ditinggalkan, tradisi berlayar masih tetap bertahan. Donghyuck telah belajar berenang bahkan sebelum ia bisa berjalan.

Ketika air menghujamnya, Donghyuck tidak panik. Itu air, hanya air. Ia mengenal air bagai mengenal pantulan dirinya di cermin. Ia mendorong air keluar dari hidung dan berusaha untuk tetap membuka mata, merasakan garam yang menusuk iris matanya. Dalam otak kecilnya, insting memberitahunya untuk menggerakkan tubuh dan berenang ke permukaan, menuju cahaya. Ia mendongak. Untuk sejenak, permukaan air adalah atap bagi dunia yang lain, sebuah kaca biru tembus pandang yang mengurungnya. Kemudian, ia mendengar sebuah lagu.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang