VI

10.1K 1.3K 246
                                    

= MUSIM GUGUR DATANG SEBAGAI SEPASANG SAYAP DINGIN =

•••

Musim panas datang dan berakhir; panas yang membutakan pada hari di sekitar danau telah menghilang. Matahari tertelan oleh kabut basah nan tebal, jatuh dari perbukitan bagaikan asap, menyebar seperti sulur putih di sekitar istana, seolah tudung pengantin bagi ratu musim dingin yang hendak datang.

Kemudian, hujan.

Hujan selama berhari-hari membuat istana menjadi lembap, suram dan gelisah. Donghyuck merasa terlalu gelisah, pucat dan lemah, menyusuri koridor seperti jiwa yang hilang di balik balutan jaket musim dingin milik Mark, sambil bersin, batuk, terlihat, terdengar, bahkan terasa menyedihkan.

Ia bergelayut pada Mark ketika malam, menggigil karena dingin, karena rasa sakit dan karena semua harga diri yang harus ia telan bulat-bulat hanya demi meminta bantuan. Sakit, bisiknya, keluar dari belahan bibir yang pecah-pecah, dan Mark semakin menariknya ke dalam dekapan, menautkan kaki mereka, dan mengusap punggungnya hingga tubuh Donghyuck berhenti gemetar di dadanya. Donghyuck menyembunyikan wajah di ceruk leher Mark, menggerakkan bibir di sekitar tanda gigitan yang ia tinggalkan, dengan cara yang ia tahu akan membuat Mark tersentak dan merasa panas meski di tengah hawa dingin menggigit. Mark memeluknya semakin erat.

Setelah satu minggu hujan yang tenang namun tak berkesudahan, yang rintik-rintik halusnya mengetuk-ketuk kaca jendela, langit semakin terbuka dan alam semesta tumpah ruah, terpecah dalam hawa-hawa dingin, dengan rintik-rintik kasar yang tampaknya akan berubah bagai bongkahan es siang nanti. Donghyuck tidak bangun pagi itu. Ia mendekam di dalam kamar Mark, bersembunyi di balik balutan rasa nyaman dan meringik tanpa kata, suara serak dan menyedihkan, setiap kali orang-orang berusaha membangunkannya. Tabib istana didatangkan, menatap padanya sebelum kemudian pada Mark, yang berdiri di sisi ranjang dan siap menghajar siapa pun yang menyakiti pasangannya. Sang tabib mendesahkan napas dan meminta Mark untuk pergi.

"Berdiri di sini tidak akan membuatnya baik-baik saja, Yang Mulia. Biarkan aku mengerjakan tugasku dengan damai."

Mark pun pergi. Seiring langkah yang menjauh, ia mampu merasakan Ikatan yang seolah mengendur di antara keduanya, berjumbai dan lemah bagai bayangan Donghyuck dalam pikirannya. Mark melewatkan sebagian besar waktu pagi dengan kacau, memaksa menemui para bangsawan bersama kakaknya hingga Sungmin menyuruhnya pergi; tolong, kau benar-benar tak berguna di sini. Ia mendatangi barak latihan setelah itu, bertanding dengan Yukhei di lapangan berlumpur untuk mengalihkan perhatian dari gumpalan selimut menggigil yang ia tinggalkan di dalam kamar. Pedangnya rontok ketika melawan perisai milik Yukhei yang bagaikan palu godam, menciptakan bekas penyok di pedang kayunya, dan kemudian terjadi lagi, lagi, hingga perisai Yukhei terlepas dari tangan dan pemuda itu mengumpat, mengatakan bahwa sudah cukup untuk hari ini, sebelum Mark benar-benar membunuhnya.

(Mark berdoa sepanjang waktu. Seluruh warga istana tengah menahan napas di tengah badai, berdoa agar heat sang Pangeran Permaisuri segera tiba. Namun Mark, Mark berdoa supaya heat Donghyuck tidak segera datang. Semoga. Semoga.)

"Terlalu dini," ujarnya pada Yukhei, ketika mereka mengatur napas di bawah lindungan kanopi barak, memandangi rintik hujan yang menghujam tanah. "Kami bahkan belum membahas soal itu."

"Tidak biasanya kau membicarakan seks heat, kau selalu..." Yukhei mengedikkan bahu, membentuk gestur vulgar dengan tangannya yang membuat Mark memutar mata dengan kesal, kedua alisnya bergerak. "Haruskah kuberi gambaran sedikit?"

Mark mendorongnya hingga menubruk pagar besi, membuat pemuda itu jatuh dengan bokong menubruk tanah berlumpur.

"Ini sama sekali tidak sopan, Yang Mulia, aku hanya berusaha untuk membantu."

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang