Alasan

3.7K 223 19
                                    

Maap telattt:(
Yaampun aku ujian akhir hari ini hehe, doain yaa semoga hasilnya memuaskan, doain juga semoga aku makin semangat nulis,
Love you guys♥️

...

Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.
Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.
Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.

Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.
Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.
Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!
Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!
"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."

Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar satu jam lagi untuk mengejar Rani, wanita yang sampai sekarang memang masih istri sahnya di mata hukum.

Saka mengebut dengan kecepatan di atas rata-rata seakan-akan hanya dirinya lah yang mempunyai jalan raya.
Ia juga masih mencari alasan mengapa ia seperti ini. Ia hanya akan mencoba mengikuti kata hatinya walaupun selama ini hati nuraninya telah ia tumpulkan bersama dengan semua perlakuannya yang mematikan kata-kata yang dibisikkan suara jernih dari dalam dirinya.

Degup jantungnya sama cepat dengan kecepatan mobilnya.
Kalau begini bukan hanya mobilnya saja yang bisa terancam, tapi kestabilan dirinya, lama-lama jantungnya bisa ikut meledak.
Matanya harus terfokus dengan spion kaca mobil dan melihat jam sedangkan pikirannya melalang buana dipenuhi oleh Rani, Rani dan Rani.

Sebut saja ia labil, tidak tegas, bodoh atau apapun itu.
Ia pun menaikkan gas mobilnya agar melaju lebih kencang dari ini, sudah seperti pembalap betulan saja.

Begitu sampai di bandara Soekarno hatta keberangkatan International terminal tiga, ia pun langsung menemui kenalannya terlebih dahulu agar bisa diberi masuk mencari Rani. Kenalannya sempat bernego agar Rani saja yang keluar, tapi Saka sangsi, waktu tinggal kurang lebih empat puluh menit lagi keberangkatan. Mana mau Rani keluar?

Setelah mengatakan bahwa ini adalah hidup dan matinya perkawinan mereka dan tentunya tanpa mengatakan hal detail lainnya, mana mau Saka bercerita ataupun curhat, dengan orang tuanya saja ia tidak pernah mengatakan apapun, apalagi orang asing?
Ia pun mulai melebarkan matanya memantau dari pintu masuk, ia mencari tanda-tanda keberadaan Rani sambil mengambil napas pelan-pelan.

Siapa yang akan menyangka seorang Raysaka Wahyu Mahendra yang biasanya menghela napas karena Mahawari Aqila Dewi kini menjadi kehilangan napas karena mencarinya seperti ini?

Lalu ia pun melihat Rani yang duduk sendirian, gila, kini gadis itu bisa bepergian sendirian? Kemana anak kecil yang bahkan tidak bisa berbuat apapun di rumahnya selama ini?

Ia pun menghampiri gadis itu yang keadaannya tak lebih baik darinya.
Lesu, mata panda, melamun sendirian.
Gila, bisa-bisa gadis ini akan hilamg di London nanti. Ia ingin menarik semua ucapannya untuk membiarkan Rani kuliah S2 sendirian. Mana bisa anak ini hidup sendiri kalau begini.

Saka tegak sambil mengatur napasnya pelan di depan Rani.
Gadis itu yang tadinya melihat arah depan dengan tatapan kosong pun terkejut bukan main melihat suaminya, ah calon mantan suaminya, atau bahkan mantan, entahlah apapun itu tiba di depan manik matanya.
Pria itu menarik tangannya begitu saja dan membuatnya harus membawa dua tasnya yaitu ransel biasa dan tas tangan.
Kalau barang lainnya ia sudah masukkan di bagasi pesawat.

Ia mencoba melepaskan tangannya dengan pelan, tapi genggaman Saka sangat erat. Entah apa pria ini. Apa yang sedang Saka coba permainkan lagi? Sungguh, ia sudah lelah dengan semua kepura-puraan ini.
"Apa sih?"
Rani dengan keras menghentakkan tangannya sendiri sehingga ia bahkan merasa tangannya sedikit terkilir karena ternyata memang sangkin kerasnya genggaman Saka membuat tangannya sakit saat melepaskannya begitu.

"Pulang."
Rani menggeleng-gelengkan kepalanya dan menunduk, ia tak yakin mampu menatap tatapan Saka yang parahnya semakin ia lihat semakin membuatnya merasa diinginkan.
"Keputusan aku sudah final."
Saka menatap Rani diam.
"Pulang. Kamu tidak perlu sampai pergi begini."
Kini Rani yang menghela napasnya,
"Dulu... Aku ngomong sama kamu, kamu bilang pergi aja. Sekarang..."
Rani akhirnya menatap mata Saka, mata pria itu yang entah mengapa seperti jujur tapi ternyata hanya ada dusta di dalamnya,
"...saat kamu bukan siapa-siapa lagi dan aku ga peduli kamu mau ngomong apa, baru kamu mau larang aku buat pergi?"
Gelengan gadis itu kembali di pandangan Saka.

"Udah donk, aku capek lho."
Lalu Rani mulai mundur dan ingin kembali ke tempat duduknya yang tadi namun Saka menahannya.
"Aku sayang sama kamu."
Kalimat itu tidak lagi manis dan membuat perasaan Rani girang. Ia membalikkan wajahnya sedikit.
"Kamu nyakitin aku, tahu ga?"
Ia pun ingin melanjutkan jalannya lagi, tapi kini Saka kembali menahan dan ia langsung mengangkat tanganngaagar tidak ditahan Saka.
"Udah, Saka! Udah!"
Ia menatap Saka, sialnya matanya kembali berair. Berapa kali harga dirinya harus rendah di depan pria ini?

"Aku cinta sama kamu, tapi kalau kamu kayak gini aku juga bingung. Aku ga mau bingung lagi, Saka. Aku ga mau kebawa perasaan lagi sama kamu. Tolong biarin aku hidup dengan tenang, please. Aku mohon sama kamu, Saka. Kamu mau apa sih dari aku?"
Rani menghapus air matanya dan setelah ia menghapus air matanya, ia sedikit merasa pusing.
Gila, ia belum makan dari tadi malam, bahkan dari minggu-minggu sebelumnya setelah pengakuan Saka ia tidak bisa memakan dengan baik.

Tiba-tiba Saka memeluknya,
"Aku jujur. Kali ini aku jujur sama kamu."
Rani pun melemas, ia hanya bisa diam.
Begitu Saka melepaskan pelukannya, Rani pun pingsan dan Saka kembali memeluk gadis itu.

Ia panik, ia pun langsung menggendong Rani secara bridal style dan membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat di bandara.
Astaga, tampaknya jantung Saka akan terus berdegup dengan kencang sepanjang hari ini.

...

Aku berencana buat taruh cerita ini di apk 'Goodnovel' juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berencana buat taruh cerita ini di apk 'Goodnovel' juga.
Soon ya, aku mohon dukungannya dari kalian♥️♥️♥️

Re-wedding(?) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang