Menjadi

3K 208 8
                                    

Mudah-mudahan Jumat ini bisaaa update aamiin
♥️♥️♥️

.
.
.

Saat dikatakan dokter bahwa operasi harus segera dilaksanakan, bagai petir yang langsung menyambar perasaan Saka, apalagi Rani. Jika, mereka harus melakukan proses bersalin, maka anak mereka akan prematur, semakin banyak hal yang mereka pikirkan, tapi mereka tidak memiliki pilihan.

"Gapapa, Rani. Kamu pasti bisa, semuanya akan baik-baik saja, serahkan kepada Allah." Rani malah semakin takut dengan perkataan itu tapi di satu sisi lain yang dikatakan Saka adalah bimbingan baginya. Ia juga tidak bisa memikirkan hal lain selain  berdoa, bahkan Saka juga yang dari tadi membimbingnya untuk berdoa.

Saka hanya bisa mengantar Rani hingga depan ruang operasi, karena operasi dilakukan secara caesar, dan Rani sendiri dibius.

Saka hanya bisa berdiri mondar-mandir seperti setrikaan, tidak peduli bahwa sekarang keluarganya, keluarga Rani dan bahkan orang lainnya duduk dan memperhatikan betapa khawatirnya dirinya ini.

"Nak, jangan gitu, kamu bikin Ibu semakin panik, makin gundah gitu lho." Tapi, Saka tidak menghiraukan dan tetap seperti itu. Karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, ia sudah berdoa, Rani sudah berusaha, kini mereka hanya tinggal menunggu kehendak Tuhan.

"Nak!"
Akhirnya Saka duduk, tapi kakinya yang tidak bisa diam, terus-terusan bergetar sehingga kursi lain ikut bergoyang.
"Walah, anak ini."
Tapi Yudhis paham dengan apa yang anaknya rasakan. Mereka adalah dua manusia yang sejenis kalau kata Sekar.

"Ikut Ayah."
Lalu mereka berdua pun pergi keluar sebentar ke halaman rumah sakit, Yudis menepuk pundak anaknya.
"Ayah tidak sadar bahwa kamu bahkam sudah mau jadi Ayah juga, Saka."

"Mungkin selama ini kamu tertekan dengan sikap Ayah yang keras, mungkin Ayah telah membuat kamu tersiksa secara batin dengan melakukan hal yang menurut kamu terpaksa melakukannya demi Ayah. Sebelum Ayah punya cucu, Ayah ingin mengucapkan terima kasih kepada kamu karena sudah menjadi anak yang baik, penurut, dan juga pengertian. Ayah bukan orang yang bisa banyak bicara, kamu paham Ayah gimana. Tapi, hal yang kamu rasakan ini persis waktu Ayah nungguin Ibu kamu lahiran."
Yudis lucu dengan ingatannya sendiri, ia ingat betul masa-masa itu, bagaimana pun Saka adalah anak satu-satunya yang ia miliki, ia tentu saja akan memgingat semua tentang itu.

"Kamu juga mungkin ngerasa kamu ragu sama perasaanmu. Ragu dengan pernikahanmu dengan apa yang dulu Ayah dan Ibu pernah alami dan Ayah tahu bahwa kamu masih trauma terhadap hal itu. Tapi, percayalah kalau suatu hubungan yang dilandasi dengan cinta saja tidak cukup, kita butuh komunikasi, memberitahukan satu sama lain terhadap apa yang dirasakan. Ayah memang tetap begini, tapi kamu mungkin bisa berkomunikasi lebih baik lagi terhadap keluarga kamu agar kelak istri dan anakmu ga merasakan apa yang kamu rasakan."

Saka masih terdiam, ia tidak pernah berbicara sedalam ini dengan Ayahnya, karena memang mereka berdua tidak berkomunikasi dengan baik.
"Yang bisa tahu perasaan kita paling baik adalah kita. Kita ga bisa buat orang lain mengerti kalau kita ga beri tahu orang itu dengan mulut kita sendiri."
Yudis pun mulai mengajak Saka kembali ke arah ruangan operasi, tepat ruang operasi terbuka,
Yudis pun berkata,
"Semoga kamu bisa jadi orang tua yang baik."

....

Re-wedding(?) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang