Bisa karena terbiasa

1.5K 161 16
                                    

Ya kali ga kuy, kuy lah wkwkwk. Kalo bisa tembus 20 votes, author up sebelum Selasa, tp kalo ga tembus yaudah lah, tunggu lah ya sampe Selasa, my readers🤭

Met malming bebb✨
...

..

.

🤴 H A P P Y  R E A D I N G👸

.

.
.

Demi menjadi istri dan calon ibu rumah tangga yang baik, bukan hanya bisa memasak saja, Rani jadi terbayang, bagaimana kalau nanti anaknya ulang tahun, dan ia ingin merayakannya secara kekeluargaan terlebih dahulu baru acara besar.
Itu artinya ia juga harus bisa membuat kue ulang tahun.
Agar anak-anaknya kelak akan merasakan arti dari kasih sayang ibu yang sesungguhnya.
Sedang tersenyum sendiri dengan rencananya hari ini, saat memasukkan kemeja-kemeja Saka ke dalam lemari, ia bisa melihat pria itu sedang memakai pakaian yang lagi-lagi bukan ia setrika dan urus sendiri.

Sejujurnya, semua pakaian Saka memang ada sebagian yang sudah diurus terlebih dahulu, dan sebagian ada yang Rani urus secara khusus, ia ingin mencuci, menyetrika dan melipat pakaian-pakaian itu dengan tangannya sendiri sebagaimana apa yang dilakukan oleh istri kepada suami.
Namun saat kancing ke empat dari kemeja Saka yang ingin dipasangkan, pria itu tiba-tiba mengeluh, ternyata kancingnya putus.
Saka masih setengah malas, sungguh ia malas untuk membuka dan mengganti kemejanya lagi.
"Saka engga mau ganti pakaian aja?"
Pria itu tahu maksud Rani, gadis itu tentu saja mau kemeja yang telah ia siapkan yang dipakai.

Pria itu menggeleng dan mulai mencari peniti untuk kemejanya.
Tapi Rani langsung sadar, dan berkata,
"Jangan pakai peniti, sini biar Rani bantu."
Dengan kotak berwarna merah marun, ia membuka alat jahit dan benang berwarna putih.
Saka hanya mengamati apa yang ingin diperbuat gadis ini.

Pelan-pelan memasuki benang ke dalam jarum lalu menguncinya, Saka tidak pernah tahu bahwa jari jemari gadis ini sudah tampak lincah dalam hal jahit-menjahit.
Posisi mereka sama-sama tegak, cukup dekat hingga membuat keduanya canggung. Walaupun mereka bepergian berdua atau melakukan apapun berdua, tapi mereka tidak pernah dalam posisi kurang dari sepuluh sentimeter,
Apalagi jari Rani sibuk menjahit kancing itu agar bisa kembali menempel ke tempa semula.

Setelah itu, barulah Rani tersenyum dan mengancingkan semua kancing yang ada di kemeja Saka.
"Kan enak dilihatnya, rapih. Saka suka yang rapih-rapih, kan? Rani jadi suka lihat Saka pakai kemeja ini."
Ujung-ujungnya walaupun ia tidak memakai kemeja yang disiapkan oleh Rani, tapi ia memakai kemeja yang telah diperbaiki Rani.
Tanpa sepengetahuan Saka, tentu saja Rani sudah memperhatikan hal-hal kecil begini.
Inilah saat-saat yang ia tunggu. Ia ingin suami dan anaknya kelak merasakan hal-hal kecil yang membuat istimewa, betapa hangatnya ketika bisa menjadi yang dibutuhkan dan bisa melengkapi.
Ia tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun. Karena momen-momen kecil lah yang kelak menjadi kenangan tak terlupakan.

Saka pun melirik ke arah kaca dan memakai jasnya, namun saat akan keluar, ia membalikkan tubuh ke arah Rani,
"Aku pergi dulu."
Mendengarkan ucapan suaminya membuat senyuman Rani merekah, matanya pun berbinar senang.
Tadi itu suaminya pamit bekerja kan?
Ini Raysaka lho, Raysaka Wahyu Mahendra berpamitan dengannya?
Rani langsung menyusul dan mengikuti langkah kaki Saka.
Tidak lupa membawakan bekal untuk suaminya, semua sudah siap.
Rani pun melambai-lambaikan tangannya ketika suaminya sudah berada di mobil hingga pergi.
Suasana hatinya benar-benar sedang baik.
Senangnya oh senangnya.

Re-wedding(?) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang